Pelayan dalam Islam Hingga Diidentikkan untuk 2 Masjid Suci
REPUBLIKA.CO.ID, Khadam atau khadim berasal dari bahasa Arab yang artinya pelayan. Pada mulanya, istilah ini di dunia Arab diberikan kepada para pembantu rumah tangga atau pelayan yang berstatus merdeka (bukan hamba sahaya).
Tugas mereka adalah menyelesaikan urusan rumah tangga seperti memasak, menghidangkan makanan, membersihkan tempat tidur, menyapu, mencuci pakaian, mengurus taman dan memelihara kuda atau kendaraan bahkan sampai mencukur jenggot majikan.
Mengutip Ensiklopedi Islam terbitan PT Ichtiar Baru Van Hoeve Jakarta, dalam buku cerita Alfu Lailah wa Lailah (Seribu Satu Malam), mereka disebut al-farrasy (tukang membereskan tikar). Tradisi khadam di dunia Arab, mulai ada ketika bangsa Arab (Islam) menjadi golongan elite penguasa.
Kemudian istilah khadam ini menjadi istilah yang memiliki arti terhormat setelah setiap surat yang dikirim oleh para sultan penguasa daerah kepada para panglimanya diawali dengan kalimat ila khadimina (kepada para penglimaku) sebagai pengganti sapaan ila shahibina (kepada para sahabatku).
Di kalangan para elite Kerajaan Turki Usmani (Kerajaan Ottoman), orang yang berstatus khadam dapat diketahui dari nama akhirnya yang ditambahi dengan 'agka'. Misalnya, jika seorang khadam bernama Mehmed Ali, maka biasanya ia dipanggil Mehmed Ali Agka.
Bagi masyarakat Turki Usmani, khadam mereka berasal dari orang-orang Yunani dan Armenia. Di kalangan Turki Usmani, istilah khadam kemudian juga diberikan kepada para pembesar kerajaan yang membantu sultan dalam menjalankan roda pemerintahan.
Di Mesir, pada masa abad ke-19 sudah ada organisasi yang menghimpun para khadam (dalam arti pembantu rumah tangga). Organisasi ini tugasnya menyalurkan khadam dan menyediakannya bagi yang memerlukan. Organisasi ini juga bertugas melindungi para khadam dari kemungkinan tindakan yang merugikan dari para majikannya.
Istilah khadam menjadi terhormat, jika yang dikhidmatinya sesuatu yang terhormat pula. Sultan Salim 1, penguasa Kerajaan Turki Usmani mengaku dirinya sebagai Khadim al-Haramain (Pelindung Dua Masjid Suci) ketika wilayahnya meliputi Hedzjaz (mencakung Mekah dan Madinah). Sekarang, penguasa Arab Saudi juga menamakan dirinya sebagai Khadim al Haramain karena bertugas melindungi dua kota suci yakni Mekah dan Madinah.