Muhammad SAW tak Bisa Membaca, Mengapa Ada Perintah Iqra?

Perintah iqra ditujukan kepada Muhammad SAW meski tak bisa membaca.

Muhammad Rizki Triyana (Republika TV)
Perintah iqra ditujukan kepada Muhammad SAW meski tak bisa membaca. Membaca Alquran (ilustrasi)
Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, Iqra', perintah membaca ini sedemikian pentingnya sehingga diulang dua kali dalam rangkaian wahyu pertama. 

Baca Juga


Allah SWT berfirman, ''Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.'' (QS Al-Alaq: 1-5).

Mungkin kita merasa heran ketika melihat bahwa perintah membaca ini ditujukan pertama kali kepada seseorang yang tidak pernah membaca suatu kitab apa pun sebelum turunnya Alquran (QS 29: 48), bahkan ia tidak pandai membaca suatu tulisan sampai akhir hayatnya (QS 7:157).

Namun, ada dua hal yang menyebabkan kita tidak lagi merasa heran. Pertama, arti iqra itu sendiri. Iqra yang diartikan dengan bacalah ini diambil dari kata qira'atan yang arti asalnya menghimpun. 

Sehingga, dari arti asal ini dapat dipahami bahwa perintah membaca tersebut tidak mengharuskan adanya teks tertulis yang dibaca, tidak pula harus diucapkan hingga terdengar oleh orang lain.

Kedua, sasaran perintah membaca ini tidak hanya ditujukan kepada pribadi Nabi Muhammad SAW semata-mata, tetapi juga untuk umat manusia sepanjang sejarah kemanusiaan, karena realisasi perintah tersebut merupakan kunci pembuka jalan kebahagiaan hidup duniawi dan ukhrawi. 

''Siapa saja yang menginginkan sukses di dunia, maka raihlah dengan ilmu. Siapa saja yang menginginkan sukses di akhirat, maka raihlah dengan ilmu. Dan siapa saja yang menginginkan sukses di dunia dan di akhirat, maka raihlah keduanya dengan ilmu,'' demikian sabda Rasulullah SAW.

Perintah membaca ini merupakan perintah yang paling berharga yang diberikan kepada umat manusia. Sebab, membaca merupakan jalan yang akan mengantarkan manusia mencapai derajat kemanusiaan yang sempurna. 

Sehingga, tidak berlebihan bila dikatakan bahwa membaca adalah syarat utama guna membangun peradaban yang mulia, yang sesuai dengan fitrah manusia. Allah SWT berfirman, ''Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.'' (QS Al-Mujadalah: 11).

Dengan demikian, membaca merupakan syarat pertama dan utama bagi keberhasilan manusia. Sehingga, tidaklah mengherankan jika membaca menjadi tuntunan pertama yang diberikan oleh Allah SWT kepada umat manusia. 

Namun, sangat disayangkan, mayoritas umat Islam yang terkait langsung dengan perintah ini masih rendah dalam merealisasikannya, sehingga umat Islam menjadi umat pengekor. Dalam beberapa bidang mereka jauh tertinggal dibanding umat-umat yang lain.

Agar menyadari pentingnya membaca, ada baiknya kita merenungi pernyataan sosiolog Muslim terkenal, Ibnu Khaldun, ''Yang kalah cenderung mengekor yang menang dari segi pakaian, kendaraan, dan bentuk senjata yang dipakai. Bahkan, cenderung meniru dalam setiap cara hidup mereka.'' 

 

sumber : Harian Republika
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler