MTI: 900 Ribu Orang Sudah Mudik Saat Pandemi Covid-19

MTI mencatat ada 1,3 juta orang yang akan mudik dan berpotensi menyebarkan Covid-19.

Antara/Raisan Al Farisi
Petugas memeriksa suhu tubuh pemudik yang akan menuju Sumedang di perbatasan Kabupaten Bandung dengan Kabupaten Sumedang di Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Sabtu (11/4/2020). Pemerintah Kabupaten Sumedang memberlakukan karantina wilayah parsial (KWP) dengan mendirikan posko tim gugus tugas COVID-19 di sejumlah titik perbatasan untuk mencegah penyebaran virus Corona yang mungkin saja dibawa oleh pemudik.
Rep: Rahayu Subekti Red: Nur Aini

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Transportasi Indonesia (MTI) Agus Taufik Mulyono mengungkapkan, saat ini Kementerian Perhubungan (Kemenhub) mencatat sebanyak 900 ribu orang sudah mudik saat pandemi Covid-19. Karena itu, tersisa 2,6 juta orang yang belum melaksanakan mudik.

Baca Juga


Meski demikian, Agus mengatakan sekitar separuh dari 2,6 juta orang tersebut  merupakan aparatur negara hingga PNS yang dilarang mudik. "Jadi saat ini ada 1,3 juta orang yang dianggap masih ada potensi ingin mudik," kata Agus dalam konferensi video, Selasa (14/4). 

Dari 1,3 juta pemudik tersebut, Agus memprediksi nantinya berpotensi menyebar ke Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Sumatra Selatan, dan Lampung. Untuk Jawa Barat sebanyak 13 persen, Jawa Tengah dan Yogyakarta 41 persen, Jawa Timur 20 persen, serta Sumatra Selatan dan Lampung delapan persen. 

"Inilah yang perlu dilihat dampak dari mudik, itu terutama di Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Barat," tutur Agus. 

Dia menilai, semua daerah tersebut nantinya berpotensi sebagai wilayah penularan baru virus corona jika mudik masih belum dilarang. Untuk itu, Agus mendesak pemerintah segera menangani persoalan mudik selama pandemi virus corona atau Covid-19. 

Sebab, Agus menegaskan transportasi dan mobilisasi paling berpotensi menyebarkan wabah virus corona. "Sektor transportasi dianggap sebagai penyebab prima dari penularan virus corona dari hal-hal kecil mulai dari bertemu, bersalaman, kita melakukan mobilisasi, naik sarana transportasi, berlama lama di dalam, berkerumum, turun di pelabuhan di terminal, bandara, masih berkerumum. Ini adalah satu siklus yang sulit dideteksi penularannya tapi itu terjadi," kata Agus. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler