Jika Ramadhan Masih Masa Pandemi Covid-19 Menurut Ketua PBNU
Banyak kultur Ramadhan yang tidak bisa diterapkan selama pandemi Covid-19.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulma (PBNU) H Marsudi Syuhud mengatakan, jika saat Ramadhan masih terjadi pandemi, tentu saja banyak kultur yang tidak bisa diterapkan, sebut saja ibadah Tarawih, sungkeman, mudik, dan ziarah. Akan ada sesuatu yang dirasa hilang nantinya.
"Berarti ada sesuatu yang hilang. Kalau pikiran kita ada referensi ajaran agama yang diaplikasikan ke kehidupan nyata maka jadilah budaya," kata Marsudi saat dihubungi Republika.co.id, Rabu (15/4).
Marsudi menekankan, sebagai makhluk individu berjamaah, masyarakat harus bisa menyesuaikan jika pandemi corona masih belum selesai selama Ramadhan. Pasalnya, dicegahnya kultur-kultur tertentu karena ada sesuatu mudarat di sana.
Namun, kultur itu tetap bisa dilakukan dalam bentuk yang lain dengan akhlak yang baik. Contohnya, apabila raga atau fisik tidak bisa mudik, orang bisa tetap mengirim uang kepada keluarga di kampung. Apabila tidak sungkeman, masyarakat bisa saling menyapa melalui sarana lain.
Jika tidak bisa beribadah berjamaah, umas Muslim dapat manfaatkan kesempatan itu unthk berkumpul bersama keluarga, mulai dari mengajarkan anak-anak mengaji hingga beribadah bersama. Saat Ramadhan masih pandemi, dahulukan yang lebih penting, yakni menjaga kesehatan dan jiwa yang merupakan tujuan syariah besar.
Penting untuk tetap mengikuti anjuran pemerintah dan agama, yakni menjaga kesehatan raga maupun jiwa. Bila belum ada penurunan kasus wabah secara signifikan, ambil hikmah adanya keakraban dengan kelurga.
"Ajari anak Tarawih, bapak jadi imam, ibu makmum, berjamaah. Syiar agama tetap bisa dilakukan. Lebaran tetap kirim uang. Memang berat karena budaya bepuluh tahun jadi hilang, tapi anggap lebih enak bisa mengajari anak belajr agama," kata Marsudi menambahkan.