Penjelasan Imam Ghazali Soal Hakikat Cinta Sesama Muslim
Imam Ghazali menjelaskan makna cinta antara sesama Muslim.
REPUBLIKA.CO.ID, Mencintai sesama manusia karena Allah SWT semata, ungkap Imam al-Ghazali dalam mahakaryanya, Ihya' Ulumiddin, tidak akan berorientasi pada kepentingan meraih manfaat sepihak.
Cinta semacam ini akan mendapatkan dua keuntungan. Pertama, memperoleh balasan perasaan yang sama dari orang lain dan, kedua, pahala dari Allah yang merupakan imbalan terbesar serta paling berharga.
Seperti dikisahkan dalam buku Petunjuk Nabi Agar Siapa Saja Menyukaimu, Mencintaimu, Abu Idris al-Khaulani berkisah tentang ungkapannya kepada Mu-adz ibn Jabal tentang cinta.
Abu Idris berkata, "Aku sangat mencintaimu karena Allah."
Mu'adz yang berada tidak jauh di samping Abu Idris langsung menarik tubuhnya seraya mendekat, lalu berkata, "Sumpah Engkau mencintaiku karena Allah?" "Ya, aku bersumpah mencintai karena Allah," jawab Abu Idris.
Lalu, Mu'adz menyampaikan kepada Abu Idris tentang makna cinta seperti yang telah disampaikan Rasulullah.
"Bergembiralah, aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda tentang firman Allah. Orang-orang yang saling mencintai karena Allah, akan berada di bawah naungan singgasana-Ku pada hari di mana tiada naungan selain naungan-Ku"
Dalam riwayat lain, Rasulullah SAW berkisah. Suatu ketika hari masih gelap, matahari belum memancarkan sinarnya karena waktu baru saja selesai shalat Subuh. Ketika itu, seorang pemuda bergegas mengunci rapat rumahnya sebelum pergi mengunjungi saudaranya yang tinggal di desa berbeda yang jauh dari tempat tinggalnya.
Namun, di tengah perjalanannya, Allah SWT mengutus malaikat untuk menemuinya. Karena Allah mengetahui tentang perasaan cinta terhadap temannya yang akan dijenguknya setelah menunaikan shalat Subuh.
Malaikat yang diutus Allah SWT itu bertanya:
"Ke mana Kau hendak pergi?" kata malaikat kepada pemuda yang sedang buru-buru itu.
"Ke rumah seseorang," kata pemuda itu singkat.
"Di antara Kau dan dia ada hubungan saudara?" tanya malaikat lagi kepada pemuda itu.
"Tidak," lagi-lagi pemuda itu menjawab singkat.
"Atau karena dia punya kesenangan dan Kau menginginkannya," tanya malaikat lebih panjang pertanyaan dari sebelumnya.
"Tidak," kata pemuda itu sambil terus berjalan.
Tak putus asa, sang malaikat mengorek jawaban dari sang pemuda. "Lalu, untuk apa Kau mendatanginya?"
Kali ini, jawaban anak muda itu sedikit panjang. "Aku mencintainya karena Allah."
Mendengarkan perkataan itu, malaikat akhirnya menyampaikan siapa sebenarnya dirinya yang tadi bertanya tentang perjalanannya menuju rumah temannya itu.
"Aku adalah utusan Allah untukmu, menyampaikan pesan bahwa Allah mencintaimu karena cinta yang Kau berikan kepada saudaramu karena-Nya."