UNY Bantu Produksi APD untuk Tenaga Medis

UNY tetap memproduksi APD mengingat ketersediaan APD tenaga medis masih sangat minim.

ANTARA/Abriawan Abhe
Alat Pelindung Diri (Ilustrasi)
Rep: Wahyu Suryana Red: Agus Yulianto

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Prodi Pendidikan Teknik Busana (S1) dan Tata Busana (D4) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) ikut berkontribusi memproduksi alat pelindung diri (APD) secara massal. Mulai dari baju hazmat, masker sampai pelindung wajah.


Kontribusi ini didasari keprihatinan melihat tenaga medis yang merupakan garda terdepan melawan Covid-19, tapi malah sering kali cuma berbekal APD ala kadar. Koordinator, Adam Jerusalem mengatakan, total ada 400 set APD yang diproduksi.

Dia menuturkan, APD yang mereka produksi akan dibagikan kepada sejumlah layanan kesehatan di empat kabupaten di DIY. Mulai Kabupaten Sleman, Kabupaten Bantul, Kabupaten Kulonprogo, Kabupaten Gunungkidul, dan Tim Covid Crisis Centre UNY.

Adam menjelaskan, baju hazmat yang mereka produksi cuma terdiri dari tiga jenis pakaian mengingat terbatasnya ketersediaan bahan. Seperti parasit, spunbound 50 gsm dan spunbound laminasi 75 gsm.

"Kami menyadari baju yang dihasilkan ini belum tentu sesuai standar karena tidak dilakukan uji medis yang terstandar," kata Adam, Senin (21/4).

Namun, kata Adam, UNY tetap memproduksi APD mengingat ketersediaan APD tenaga medis masih sangat minim. Menurut Adam, penggunaan APD ini lebih baik daripada tidak memakai sama sekali, walaupun tidak menjamin 100 persen aman dari virus.

Untuk itu, Adam menekankan, APD yang mereka produksi memang ditujukkan kepada tenaga medis yang tidak bersentuhan langsung dengan pasien Covid-19. Kalaupun dipakai, ditekankan untuk pakaian pelapis dan harus dilapis APD terstandar.

"Langkah ini kami ambil karena melihat fakta minimnya ketersediaan APD yang membuat banyak petugas kesehatan, khususnya tenaga medis di daerah, terpaksa masih menggunakan pelindung seadanya," ujar Adam.

Koordinator Prodi D4 Tata Busana, Triyanto menambahkan, proses produksi APD dilakukan hampir setiap hari sejak 6 April 2020. Dilakukan di lab garment dan dari rumah melibatkan 10 mahasiswa Tata Busana perantau yang tidak bisa mudik.

Selain itu, mereka memproduksi masker kain yang terdiri atas tiga lapis, yang dimaksudkan untuk goptimalkan pencegahan infiltrasi virus. Bahan lapisan luar waterproof, sehingga bisa mencegah terserapnya droplet dari orang sekitar.

"Lapisan tengah berbahan viselin yang difungsikan sebagai filter atau penyaring atas mikron yang masuk ke masker dan lapisan dalam berbahan kain antibakteri, serta penutup wajah yang berfungsi untuk menutupi wajah dari droplet," kata Triyanto. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler