Haedar Nasir: Umat Islam Perlu Gunakan Nalar Sikapi Masalah

Haedar mengatakan masih ada pandangan keliru umat Islam soal wabah corona.

Republika/Wilda Fizriyani
Haedar Nasir: Umat Islam Perlu Gunakan Nalar Sikapi Masalah. Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nasir.
Rep: Imas Damayanti Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nasir mengatakan, di tengah berlangsungnya masa penyebaran pandemi virus corona jenis baru (Covid-19), umat Muslim diharapkan menaati imbauan beribadah di rumah saja.

Di masa darurat, hal ini dibolehkan. Dia menjabarkan, terdapat beberapa orang yang beranggapan meninggalkan masjid karena takut wabah Covid-19 merupakan tindakan keliru sebab masjid adalah tempat yang suci. Menurutnya, pandangan inilah yang justru keliru sebab hanya melihat sesuatu tidak secara komprehensif.

“Kita jangan melihat sesuatu dengan pandangan yang hitam-putih saja. Sunatullah saja berwarna-warni. Artinya, kita perlu gunakan nalar, keimanan, serta kejernihan hati kita dalam menyikapi suatu permasalahan,” kata Haedar dalam live streaming Pengajian Menyambut Ramadhan Keluarga Besar Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Kamis (23/4).

Dalam menghadapi pandemi Covid-19 ini, dia menjelaskan, umat Islam perlu menggunakan nalar yang kuat dan jernih. Hal itu sebagaimana yang dicontohkan oleh Sayyidina Umar bin Khattab ketika menemui lembah yang terdapat wabahnya.

Ketika itu Sayyidina Umar ‘melarikan’ diri dari wabah tersebut dan langkahnya dipertanyakan: “Hai Umar, apakah engkau lari dari takdir Allah?”

Sayyidina Umar, kata Haedar, menjawab dengan jawaban yang cerdas bahwa benar dia telah lari dari takdir Allah yang satu untuk menghadapi takdir Allah yang lain. Allah Mahatinggi, Mahasuci, dan kesucian masjid pun tidak perlu dipertanyakan lagi.

Sehingga menurutnya, bukan perkara ketakutan mana yang manusia rasakan lebih tinggi antara Allah SWT dengan Covid-19 sehingga harus memilih keluar dan beribadah di masjid dalam kondisi seperti ini, namun bagaimana nalar berpikir secara benar.

Secara perbandingan, kata dia, ketakutan antara keduanya tidak apple to apple. “Untuk itu, saya mengajak kepada keluarga besar Muhammadiyah untuk memahami setiap permasalahan secara rasional, kontekstual, dan juga situasional,” ujarnya.

Baca Juga



BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler