Parade Militer Hamas Saat Lepaskan Sandera, Media Israel: Ini Penghinaan Menyakitkan

Media Israel mengecam parada militer Hamas saat pembebasan sandera

AP Photo/Abdel Kareem Hana
Pejuang Hamas dan Jihad Islam menahan kerumunan saat mobil yang membawa sandera Israel, di Khan Younis, Jalur Gaza selatan , Kamis 30 Januari 2025.
Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA CITY— Adegan Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) yang membebaskan sejumlah tahanan Israel pada hari Sabtu (1/2/20205) memicu reaksi kemarahan di media Israel, yang melihat cara gerakan ini mengikuti setiap serah terima sebagai unjuk kekuatan, mengejek pendudukan dan mengirim pesan yang kuat baik ke dalam maupun ke luar.

Dalam sebuah tindakan penuh tantangan, Brigade Al-Qassam, sayap militer Gerakan Perlawanan Islam (Hamas), menyerahkan tawanan Israel-Amerika Keith Shmonsel Segal pada hari Sabtu.

Sebelumnya pada hari ini, Hamas membebaskan tahanan Yarden Bibas dan Ofer Calderon, sebagai bagian dari gelombang keempat dari kesepakatan pertukaran bagian dari tahap pertama perjanjian gencatan senjata yang mulai berlaku pada 19 Januari 2025.

Dikutip dari Aljazeera, Ahad (2/2/2025), Unit bayangan Al Qassam menyerahkan Segal, 65 tahun, di pelabuhan Gaza, dengan disaksikan ratusan pejuang dari berbagai brigade.

Seperti pada adegan serah terima sebelumnya, senjata-senjata Israel yang dirampas oleh perlawanan dari IDF selama Operasi Badai Al-Aqsa ada di pundak para pejuang Qassam, namun senjata yang lebih berkualitas dipamerkan selama penyerahan Segal.

Ulasan dan kemenangan

Surat kabar Maariv berfokus pada foto-foto yang menunjukkan para pejuang Hamas tersenyum dan bangga dengan apa yang mereka gambarkan sebagai "barang rampasan" yang mereka dapatkan dari tentara pendudukan, terutama senapan Tavor, senjata yang digunakan oleh unit-unit elite tentara Israel.

BACA JUGA: Perburuan Tentara Israel di Brasil dan Runtuhnya Kekebalan Negara Zionis

Surat kabar tersebut berpendapat bahwa parade tersebut dimaksudkan untuk memperkuat citra Hamas sebagai organisasi yang menang dan kuat, dan memperingatkan dampaknya terhadap moral di Israel.

Sementara itu, Channel 13 mengajukan pertanyaan tajam tentang kinerja IDF selama periode menjelang pembebasan.

"Dari mana semua orang ini berasal? Apa yang dilakukan IDF selama 14 bulan? Apa yang IDF capai di Gaza?" tanya Channel 13, mengacu pada sejumlah besar anggota Hamas yang muncul hari ini, bersenjata lengkap dan berseragam lengkap.

 

 

Dia merujuk pada pernyataan sebelumnya oleh Menteri Pertahanan Yoav Galant, yang mengumumkan penghapusan brigade Hamas di Rafah, Khan Younis dan Utara, yang mengklaim bahwa gerakan tersebut telah terpecah dan kelelahan, pertanyaan yang mencerminkan keraguan yang semakin besar tentang keefektifan perang Israel selama 15 bulan di Gaza.

Sinisme Hamas

Israel Broadcasting Corporation (IBC) membahas aspek lain dari peristiwa tersebut, menyoroti apa yang disebutnya sebagai "ironi" Hamas dalam memperlakukan para tahanan.

Lembaga penyiaran tersebut mencatat bahwa tahanan Amerika Keith Shmonsel Segal menerima tas hadiah tambahan untuk istrinya, Aviva, yang dibebaskan selama gencatan senjata pertama pada November 2023.

Perilaku ini dimaksudkan untuk mengirim pesan psikologis dan mengeksploitasi simbol-simbol untuk memperkuat citra Hamas sebagai organisasi yang penuh kasih dan berpengaruh, kata komisi tersebut.

Channel 24 Israel juga menganggap bahwa pilihan Hamas atas pelabuhan Gaza untuk menyerahkan Keith membawa pesan pembangkangan terhadap Netanyahu dan Gallant, karena daerah itu adalah milik Batalion Pantai, yang mengawasi penyerahan tersebut, dan pasukan angkatan laut Qassam melakukan pelatihan di sana.

BACA JUGA: Serangan Yaman yang Merepotkan Israel dan Jatuhnya Pamor Militer Amerika di Kawasan 

Saluran tersebut mengatakan bahwa pelabuhan Gaza dianggap sebagai pusat penting bagi kehadiran para pemimpin militer dan politik senior Israel. Netanyahu tiba dua kali di pelabuhan Gaza dengan menggunakan kapal militer.

Begitu juga dengan mantan Menteri Pertahanan Israel Yoav Galant dan Kepala Staf Angkatan Darat Israel, yang mengunjungi pasukan Israel melalui pelabuhan ini, dan melakukan tur di dalam Gaza, dan tank-tank Israel terkadang tiba.

Hampir genap dua pekan sejak kesepakatan gencatan senjata Gaza disetujui bersama oleh Israel dan kelompok perjuangan kemerdekaan Palestina, Hamas pada 19 Januari lalu, serangan Israel yang telah menewaskan lebih dari 47.400 warga Palestina untuk sejenak menemukan jeda.

Kesepakatan yang tercapai usai pembicaraan panjang itu terdiri dari tiga tahap. Dalam periode tahap pertama kesepakatan yang akan berlangsung selama 42 hari, terdapat sejumlah butir kesepakatan, mulai dari penarikan pasukan Israel, pertukaran tahanan dan sandera, masuknya bantuan kemanusiaan, hingga dibukanya kembali perlintasan Rafah.

Baca Juga


Berikut sejumlah implementasi dari butir-butir kesepakatan tahap pertama: 

 

Setengah juta warga kembali
PBB melaporkan bahwa hampir setengah juta orang telah kembali ke wilayah utara Jalur Gaza sejak gencatan senjata mulai berlaku per Jumat (31/1/2025).

Mengutip Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), Juru Bicara Sekjen PBB, Stephane Dujarric mengatakan bahwa mitra-mitra kemanusiaan menyampaikan warga Palestina yang mengungsi juga bergerak dari utara ke selatan, meskipun dalam jumlah yang lebih kecil.

PBB bersama mitra kemanusiaannya turut meningkatkan respons di sejumlah titik pemantauan di sepanjang jalur tersebut. Pemantauan tersebut mencakup pertolongan pertama dan dukungan psikologis bagi mereka yang rentan.

Pertukaran tawanan capai gelombang keempat
Sesuai tahap pertama kesepakatan yang akan berlangsung selama 42 hari, sebanyak 33 tawanan Israel akan dibebaskan dengan imbalan sekitar 1.700-2.000 tahanan Palestina.

Sebanyak 32 warga Palestina dibebaskan dari penjara Israel pada Sabtu sebagai bagian dari gelombang ke-empat kesepakatan pertukaran tawanan antara Israel dan Hamas.

Namun, Hamas mencatat secara keseluruhan sebanyak 183 warga Palestina akan dibebaskan pada hari tersebut.

Pada hari sebelumnya, Jumat (31/1/2025), Brigade Al-Qassam, sayap bersenjata Hamas, telah membebaskan tiga tawanan dari Gaza dan menyerahkannya kepada Palang Merah Internasional.

Perbatasan Rafah dibuka, pasien berobat ke Mesir

Kelompok pertama pasien dan warga Palestina yang terluka, yang terdiri dari 50 orang anak, meninggalkan Jalur Gaza melalui perbatasan Rafah pada Sabtu untuk menjalani perawatan medis di Mesir.

BACA JUGA: Tornado Api yang Bakar Los Angeles Telah Disebutkan Alquran 14 Abad Silam?

Keberangkatan mereka menandai hari pertama pembukaan perbatasan Rafah sesuai dengan perjanjian gencatan senjata yang mulai berlaku pada 19 Januari.

Direktur Rumah Sakit di Kementerian Kesehatan Gaza, Mohammed Zaqout, menyampaikan bahwa ada lebih banyak pasien yang siap untuk berangkat ke Mesir dengan jumlah sekitar 6.000. Selain itu, ada ekitar 12 ribu lainnya yang sangat membutuhkan perhatian medis.

Sumber: aljazeera

Poin Kesepakatan Gencatan Senjata - (Republika)

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler