Imbas Corona, Program KTA Perbankan Turun Hingga 40 Persen

Rata-rata permintaan kredit perbankan turun selama corona

Tim Infografis Republika
Kredit bank (ilustrasi)
Rep: Novita Intan Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pandemi corona menghantam laju perekonomian. Kondisi ini turut memengaruhi permintaan kredit termasuk Kredit Tanpa Agunan (KTA) beberapa industri perbankan.

Executive Vice President Non Subsidized Mortgage & Personal Lending Division BTN Suryanti Agustinar mengatakan kredit konsumer dengan jaminan SK pegawai dengan pembayaran angsuran secara payroll atau kolektif mengalami penurunan hingga 40 persen sejak pandemi virus corona.

“Penurunan sebesar 20 persen hingga 40 persen. Hal ini disebabkan karena perusahaan banyak yang work from home atau tidak operasional dengan diberlakukannya PSBB dan akhirnya berdampak juga terhadap penghasilan pegawai tersebut,” ujarnya ketika dihubungi Republika.co.id di Jakarta, Rabu (29/4).

Sehubungan dengan hal tersebut, lanjut Suryanti, perseroan cenderung memfokuskan kepada pegawai yang sedang menikmati kredit konsumer. “Untuk men-top up kreditnya dan untuk debitur yang lunas atau akan lunas untuk kembali mengisi ulang kreditnya dengan diberikan gimik-gimik menarik untuk keringanan biaya proses dan hadiah,” ucapnya.

Hal senanda juga diungkapkan Direktur PT Bank CIMB Niaga Tbk Lani Darmawan menambahkan selama pandemi virus corona terjadi penurunan pada permintaan kredit.

“Rata-rata permintaan kredit turun selama corona. Saat ini kami masih tetap on bisnis,” ucapnya.

Menurutnya saat ini masyarakat menahan permintaan karena melambatnya daya beli. “Hal ini mungkin khawatir untuk kemampuan bayarnya. Jadi masyarakat menahan untuk minta kredit ke bank,” ucapnya.

Direktur Riset CORE Indonesia Piter Abdullah mengungkapkan saat ini permintaan kredit tanpa agunan di bank akan berkurang. Hal ini karena masyarakat menahan diri untuk membelanjakan uang.

"Akan berkurang karena yang biasa ambil KTA itu yang serba nanggung mau belanja tapi kurang. Tapi sekarang yang belanja sedikit kan semuanya terdampak Covid-19," ucapnya.

Piter mencontohkan kemampuan membayar masyarakat terjadi mulai dari kehilangan pekerjaan, pendapatannya berkurang sampai tidak diketahuinya penyelesaian virus corona.

"Minat konsumsi akan turun, mereka akan mengutamakan survive dulu. Yang membeli baju lebaran atau kebutuhan yang tidak penting akan direm dulu pasti karena COVID-19 ini memang membuat konsumsi menurun," ucapnya.

Baca Juga


Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler