Sentuhan Anak Indonesia di Kaki Beckham dan Pogba
Rudi Swasto mendesain sepatu yang dipakai Beckham dan Pogba.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lapangan hijau menjadi panggung tersendiri bagi para seniman pengolah si kulit bundar. Di atas hamparan rumput hijau ini mereka beraksi memamerkan kerja sama tim dan keterampilan individunya.
Tidak jarang hasil akhir menjadi sama kuat. Dari 11 atlet yang bermain, satu dua individu mampu tampil sebagai pembeda. Hasil kekuatan olah kaki, ketepatan dalam melesatkan bola, hingga kelincahan kaki dalam menggocek menjadi hal yang biasanya dimiliki pemain pembeda tersebut.
Bagi penggemar sepak bola, siapa yang tidak kenal David Beckham. Sang gelandang masyhur karena mampu menempatkan bola dengan akurat sesuai keinginannya, baik dalam memberi umpan maupun melepas tendangan bebas. Generasi 90-an pasti akan mengenali bintang Manchester United (MU) tersebut.
Sekarang, MU memiliki bintang baru lagi yakni Paul Pogba. Anak hilang yang sempat hijrah ke Italia tersebut kembali ke Old Trafford menempati posisi yang mirip dengan Beckham.
Keduanya memberikan banyak prestasi bagi individu dan klub yang dibelanya. Namun, dalam kesuksesan bintang-bintang bola liga dunia tersebut, ada andil besar dari seorang pemuda Indonesia.
Rudi Swasto, adalah pemegang peran kesuksesan sejumlah bintang dunia. Keakuratan tendangan, kemolekan dribel bola, kecepatan lari, hingga hentakan lesatan bola yang kuat, sangat bergantung dari jenis sepatu yang dipakai. Rudi hadir dalam kesempatan tersebut sebagai desainer sepatu yang dipakai para bintang lapangan itu.
“Saya kecemplung saja secara kebetulan dapat mendesain sepatu milik para megabintang bola dunia. Kebetulan saya dikontrak oleh salah satu perusahaan sepatu asal Jerman sebagai desainernya,” kata pemuda asal Klaten, Jawa Tengah tersebut, dilansir dari Antara, Ahad (3/5).
Raksasa sepatu tersebut adalah Adidas, yang merancang sepatu terbaik sesuai dengan karakter kaki pemain. Selain Beckham dan Pogba, masih ada, David Silva, Mesut Oezil, Robin van Persie, Dani Alves, hingga Zinedine Zidane, adalah beberapa bintang dunia yang menggunakan sepatu dengan sentuhan karya Rudi.
“Khusus Van Persie, dia pernah pesan langsung dengan kebutuhannya sendiri melalui tim teknisnya. Van Persie menginginkan pool sepatunya lebih panjang dari yang lain, agar cengkeraman di tanah lebih kuat dan tidak mudah jatuh,” kata Rudi sembari menunjukkan alas sol sepatu yang pernah digunakan Van Persie.
Untuk Beckam dan Zidane, Rudi menjelaskan, ia membuat sepatu mereka justru ketika mereka telah pensiun sebagai pemain, namun sang pemain masih menggunakan Adidas untuk sekedar berlatih di lapangan.
Rudi bekerja di salah satu pabrik komponen sepatu olah raga. Ia menjadi senior desainer untuk konsep-konsep sepatu bola. Untuk mengerjakan satu pesanan pemain bintang, ia membutuhkan waktu hingga enam bulan. Ini hanya untuk memperhitungkan konsep, kekuatan, aerodinamis, berat beban, hingga bahan yang tepat untuk digunakan pemain. Butul setahun penuh untuk merancang bentuk desain 3D dari sol hingga selesai bentuk sepatu penuh, sesuai dengan karakter dan kebutuhan pemain.
Seperti insinyur sipil, Rudi harus memperhitungkan berat beban pemain, kekuatan cengkeraman dalam tanah, jenis pertandingan rumput dan tanah lapang, kemampuan menerima tekanan, ergonomis, aerodinamis, kenyamanan di kaki hingga estetika visual sepatu bagi pemain.
Selain itu, pemilihan bahan juga menjadi dasar yang penting untuk melihat kelenturan sepatu dan harga produksi yang terbaik bagi pasar bisnis sepatu dunia khususnya, Adidas.
“Sepatu yang paling sulit saya kerjakan, adalah desain untuk Paul Pogba, sebab karakter pemain ini unik dalam bermain bola,” kata Rudi. Kesulitan yang ia maksud adalah sepatu tersebut harus mampu menunjang kemampuan dari Pogba.
Secara desain dan teknis, kemampuan sepatu yang dimiliki Pogba adalah karakter yang lentur, untuk memaksimalkan kemampuan mengolah bola, passing, shot dan juga daya tahan atau stamina.
Sedikit kesalahan dalam perhitungan gambar awal, walaupun hitungan milimeter maka akan mengurangi kecepatan dan daya tahan pemain dalam bertanding.
“Ada juga sepatu yang saat itu dirancang untuk pemain yang full bermain 90 menit. Berarti sepatu tersebut harus berbahan ringan, namun memiliki kelenturan ujung kaki yang lebih serta cengkeraman pool yang tidak terlalu panjang, sepatu itu milik Dani Alves,” kata lulusan STM tersebut.
Untuk memberikan hasil maksimal dalam desain sepatu, pihak Adidas selalu mengundang Rudi untuk hadir langsung ke Jerman dalam proses perencanaan dan finalisasi. Tidak jarang, pemain melalui tim teknisnya, terlibat langsung untuk mencoba sepatu ataupun sekadar menambahkan corak signature.
Posisi Rudi di sini seperti konsultan yang memberikan masukan, atas penambahan atau pengurangan bentuk prototipe yang telah dibuat. Adidas tak jarang meminta perubahan atas penyesuaian terhadap kebutuhan pemain dan pasar.