Foto Satelit Ungkap Detail Keberadaan Sungai Kuno di Mars
Banyak bukti menunjukkan sungai, danau dan samudra di Mars.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah satelit mengungkapkan adanya sungai-sungai kuno di Mars secara lebih rinci. Para peneliti telah berusaha menghabiskan beberapa dekade mencari bukti adanya air di Planet Merah tersebut.
Seiring kemajuan teknologi, semakin banyak bukti yang menunjukkan bahwa pada zaman dahulu terdapat sungai, danau, dan bahkan samudera di Mars. Di era modern planet saat ini, es dan debu mendominasi, sehingga tampak seperti tidak mungkin adanya air.
Namun, ternyata dari bukti-bukti yang ditemukan, miliaran tahun lalu, Mars merupakan planet dengan suhu yang lebih hangat dan memiliki cukup air. Ini merupakan kategori layak huni untuk manusia. Bahkan banyak ahli yang berpikir bahwa Mars adalah salah satu tempat di mana kemungkinan ada kehidupan lain di luar Bumi.
Sebuah satelit beresolusi tinggi telah menangkap gambar detail wajah tebing Mars berbatu yang mengungkapkan bahwa itu dibentuk oleh sungai lebih dari 3,7 miliar tahun yang lalu. Itu diperkirakan adalah waktu yang sama ketika kehidupan dimulai di Bumi.
Para ilmuwan kali ini juga pertama kalinya dapat memeriksa jenis baru dari dekat. Mereka yang melakukan penelitian terbaru adalah pakar geologi Francesco Salese dan William McMahon dari Universitas Utrecht, Belanda, didukung oleh tim internasional seperti Matt Balme dan Joel Davis, di mana hasil temuan dipublikasikan dalam jurnal Nature Communications.
“Kami belum pernah melihat singkapan dengan jumlah detail seperti ini yang bisa kami katakan sudah sangat tua. Ini adalah satu lagi potongan teka-teki dalam pencarian kehidupan kuno di Mars, memberikan wawasan baru tentang seberapa banyak air yang menghuni lanskap kuno ini,” ujar Joel.
Gambar-gambar juga menunjukkan bahwa proses sungai yang membentuk batuan ini terjadi selama periode waktu yang sangat lama.
Tim peneliti memeriksa gambar-gambar yang diambil oleh Eksperimen Sains Pencitraan Resolusi Tinggi (HiRISE) NASA di pesawat ruang angkasa Mars Reconnaissance Orbiter. Gambar-gambar diambil di dalam kawah dampak Hellas yang sangat besar di belahan selatan Mars, salah satu kawah terbesar di tata surya.
Kawah batu berlapis setebal 200 meter terlihat di dalam dinding tebing, diperlihatkan dengan cukup rinci sehingga Joel dan rekan-rekannya yakin bahwa itu adalah batuan sedimen, yang dibentuk oleh air yang mengalir. Sungai-sungai akan terus menggeser parit mereka, menciptakan gumuk pasir.
Gambar-gambar juga menunjukkan bahwa proses sungai yang membentuk batuan ini terjadi selama periode waktu yang sangat lama. Joel menjelaskan, sungai-sungai yang membentuk bebatuan ini bukan hanya peristiwa satu kali dan mungkin aktif selama puluhan hingga ratusan ribu tahun.
Bukti ini mendukung harapan bahwa batuan sedimen dari periode tersebut dapat menjadi ideal untuk mencari bukti kehidupan masa lalu di Mars. William McMahon, penulis utama makalah ini, mengatakan di Bumi, batuan sedimen telah digunakan oleh para ahli geologi selama beberapa generasi untuk memberikan batasan pada kondisi seperti apa di planet kita jutaan atau bahkan miliaran tahun yang lalu.
"Sekarang kita memiliki teknologi untuk memperluas metodologi ini ke planet terestrial lain, Mars, yang menampung catatan batuan sedimen purba yang meluas bahkan lebih jauh ke masa lalu daripada kita sendiri,” jelas McMahon.
Sementara itu, pads 2022, European Space Agency (ESA) berencana meluncurkan Rosalind Franklin ExoMars Rover atau kendaraan eksplorasi ruang angkasa yang akan mengeksplorasi medan serupa untuk menentukan apakah pernah ada kehidupan di Mars, serta agar lebih memahami sejarah air di planet ini.
Joel dan rekan-rekannya juga akan membantu tim ESA untuk menafsirkan temuan penjelajah. Gambar-gambar baru yang tertangkap oleh satelit dikatakan sebagai pertanda bagus bahwa rover dari badan antariksa Eropa bisa sukses dalam misinya.