Kemenristek Rancang Lab Bergerak untuk Uji Hasil Swab Covid

Keberadaan lab bergerak mempercepat pemeriksaan sampel hasil swab

Dok IPB University
Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/Ka BRIN), Prof Bambang PS Brojonegoro. Kementerian Riset dan Teknologi melalui Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi tengah merancang laboratorium bergerak bio safety level (BSL 2) untuk menguji spesimen sampel swab terkait dengan virus corona jenis baru (COVID-19).
Red: Ichsan Emrald Alamsyah

REPUBLIKA.CO.ID,  PADANG -- Kementerian Riset dan Teknologi melalui Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi tengah merancang laboratorium bergerak bio safety level (BSL 2) untuk menguji spesimen sampel swab terkait dengan virus corona jenis baru (COVID-19).


"'Mobile' lab BSL 2 dirancang untuk optimalisasi tes PCR, terutama di daerah yang belum memiliki labor permanen," kata Menteri Riset Teknologi Bambang PS Brodjonegoro di Padang, Jumat (15/5).

Ia menyampaikan hal itu saat tampil sebagai pembicara pada webinar dengan tema "Riset, Inovasi, dan Aplikasi" untuk menanggulangi pandemi dan dampak COVID-19 yang digelar Universitas Andalas (Unand) Padang.

Menurut dia, keberadaan laboratorium bergerak bisa mempercepat pengetesan karena dapat memeriksa 260 sampel per hari. "Misalnya di Sumatra Barat di daerah yang jauh dari Padang, seperti Dharmasraya namun membutuhkan tes agar lebih cepat tinggal membawa lab 'mobile' ini ke sana," kata dia.

Ia mengatakan sejak awal April laboratorium bergerak tersebut sedang dalam tahap desain dan pada 28 April sampai 15 Mei memasuki proses manufaktur. "Pada 15-17 Mei 2020 akan dilakukan tes untuk memastikan semua sistem berjalan baik," kata dia.

Pada 20 Mei direncanakan siap beroperasi dengan spesifikasi kontainer setinggi 20 kaki. Bambang menambahkan laboratorium bergerak merupakan salah satu program yang dibuat untuk penyaringan dan diagnosis COVID-19.

Saat kasus COVID-19 pertama di Indonesia diumumkan, pihaknya segera membentuk Konsorsium Riset dan Inovasi untuk mempercepat penanganan pandemi itu. Konsorsium beranggotakan lembaga pemerintah nonkementerian, BUMN, Kementerian Kesehatan, BPOM, Dikti, RS, diaspora, dan perguruan tinggi.

Untuk program pencegahan saat ini konsorsium fokus pada penelitian terkait dengan tanaman obat, suplemen, dan alat pelindung diri, sedangkan untuk penyaringan dan diagnosis dikembangkan tes PCR dan tes cepat, serta dan laboratorium bergerak. Untuk alat kesehatan sedang dikembangkan ventilator, perangkat lunak data movement, peta geospasial, dan robot pemberian obat.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler