WHO: Kesulitan Bicara Bisa Jadi Gejala Covid-19
Gejala Covid-19 terus bertambah, salah satunya ialah kesulitan bicara.
REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Gejala infeksi Covid-19 yang dilaporkan para ahli semakin bertambah. Setelah beberapa gejala dikonfirmasi, seperti demam, batuk, diare, hilang kemampuan mencium bau dan mengecap, kini ada indikasi gejala kesulitan bicara.
Dikutip laman The Sun, Sabtu (16/5), sampai saat ini ada lebih dari 33 ribu kematian yang disebabkan oleh virus penyebab Covid-19 di Inggris. Dalam beberapa pekan terakhir, penelitian telah menunjukkan bahwa virus juga dapat ditularkan melalui percikan dari orang tanpa gejala saat mereka sedang berbicara.
Sekarang Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengeklaim ada gejala kesulitan bicara pada pasien Covid-19. Pasien yang mengalami gejala-gejala ini diharuskan menghubungi praktisi perawatan kesehatan.
Dari semakin banyak penelitian yang melibatkan peran mulut dan penyebaran virus, para ahli menyimpulkan bahwa obat kumur dapat membunuh virus corona terdahulu dan mengurangi risiko infeksi. Namun, efektivitasnya terhadap virus corona tipe baru penyebab Covid-19 masih dalam pengujian.
Para ahli telah menyerukan penelitian mendesak tentang manfaat potensial dari obat kumur untuk memerangi Covid-19. Pengujian masih dilakukan untuk memeriksa apakah merek populer dapat menonaktifkan virus di tenggorokan, di mana virus dianggap berkembang biak.
"Sebagian besar orang yang terinfeksi virus Covid-19 akan mengalami penyakit pernapasan ringan hingga sedang dan sembuh tanpa memerlukan perawatan khusus," tulis laporan WHO.
Kesulitan bernapas atau sesak napas, nyeri atau rasa tertekan di dada, hingga kehilangan kemampuan berbicara atau bergerak menjadi gejala yang cukup serius. Namun, penting juga untuk menilik faktor lain yang menyebankan sulit bicara sebelum menemui tenaga medis. Kehilangan bicara dapat disebabkan oleh kondisi medis psikologis.
Penyintas Covid-19 sering kali tidak dapat berbicara akibat tekanan virus pada paru-paru. Hal ini sering membuat pasien merasa sesak napas dan seperti tidak dapat berbicara. Beberapa pasien tidak dapat merangkai satu kalimat bersama sebelum dirawat di rumah sakit akibat infeksi virus.