Kemenparekraf Perkirakan Ekowisata Diminati Pascapandemi

Ekowisata adalah salah satu cara untuk meningkatkan kepedulian wisatawan.

ANTARA /Wahdi Septiawan
Warga menangkap ikan menggunakan jaring angkat tradisional di Danau Sipin, Buluran Kenali, Telanaipura, Jambi, Kamis (16/4). Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) memprediksi produk ekowisata di Indonesia akan sangat diminati pascapandemi Covid-19.
Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) memprediksi produk ekowisata di Indonesia akan sangat diminati pascapandemi Covid-19. Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggaraan Kegiatan (Event) Kemenparekraf/Baparekraf Rizki Handayani menjelaskan, pandemi ini mengubah jenis atau tipe dan pengelolaan destinasi termasuk di dalamnya kegiatan ekowisata.

Baca Juga


Untuk itu perlu evaluasi dan penataan ulang pola perjalanan ekowisata yang disesuaikan dengan kondisi new normal. “Kami prediksikan kegiatan wisata berbasis alam atau outdoor paling cepat rebound karena ecoturism bukan mass tourism tetapi wisata minat khusus. Kita mendukung akan kembalinya atau malah berkembangnya ekowisata di Indonesia. Ke depannya, kami akan konsentrasi di wisata ‘Ecotourism’ dan ‘Wellness Tourism’,” kata Rizki Handayani dalam keterangannya, Kamis (21/5).

Terlebih dengan hadirnya kondisi new normal atau tren baru dalam berwisata dimana wisatawan akan lebih memperhatikan protokol-protokol wisata, terutama yang terkait dengan kesehatan, keamanan, dan kenyamanan.

Direktur Indonesia Ecotourism Network (INDECON) Ary S Suhandi menjelaskan Ecotourism, Adventure Tourism, dan Wellness Tourism diperkirakan memang akan menjadi produk-produk yang paling diminati pascapandemi. Khususnya untuk kegiatan dengan grup kecil dan aktif seperti interaksi di luar ruangan, kegiatan edukasi alam untuk keluarga, hingga aktivitas yang berkontribusi pada konservasi alam.

Adventure juga berpeluang besar, khususnya kegiatan dalam grup kecil dan aktivitasnya dinamis, seperti trekking, snorkeling, dan diving. Wellness Tourism juga diprediksi cepat ‘rebound’. Banyak orang membutuhkan kebugaran pascakerja rutin yang tinggi dengan marketnya adalah orang dari kota,” ujarnya.

Ary menjelaskan, ekowisata merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kepedulian wisatawan pada pentingnya menjaga kualitas lingkungan kawasan tempat mereka berwisata. Hanya, dalam konteks ekowisata perlu penyempurnaan, dimana keuntungan devisa bukanlah kiblat satu-satunya. Ekowisata juga memikirkan kelestarian dan pelibatan masyarakat lokal.

“Covid-19 mengajarkan kita banyak hal, selain mitigasi risiko juga salah satunya tentang pentingnya manajemen pengunjung, mengatur kuota, hingga membagi kelompok besar ke dalam kelompok kecil pada saat kegiatan wisata,” katanya.

Sementara itu, Direktur Via Via Tour & Travel Sry Mujianti mengatakan, pascapandemi akan terjadi pola perjalanan wisata baru. Kombinasi alam dan budaya biasanya menjadi pilihan utama wisatawan. Hal ini akan semakin lengkap apabila didukung dengan interpretasi yang kuat di setiap destinasi.

“Sebagai contoh, untuk klaster Jogja-Solo-Semarang (Joglosemar) biasanya menghubungkan kota-desa kemudian ada klaster Jawa Timur, mulai dari Malang hingga Banyuwangi. Wisatawan akan lebih memilih untuk melakukan perjalanan dengan jarak yang relatif dekat atau menempuh waktu lebih singkat,” ujarnya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler