Muslim Akola India Bantu Kremasi Pria yang Ditolak Keluarga

Pihak keluarga menolak melakukan kremasi jenazah pria tersebut.

www.freepik.com
Pihak keluarga menolak melakukan kremasi jenazah pria tersebut. Virus corona (ilustrasi).
Rep: Zahrotul Oktaviani Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, AKOLA – Seorang pria Hindu berusia 78 tahun meninggal karena serangan jantung, Sabtu (23/5). Namun keluarganya menolak untuk melakukan ritual terakhir, kremasi.  

Baca Juga


Untuk membantu proses ritual, beberapa pemuda Muslim dari organisasi setempat menginisiasi melakukan kremasi keesokan harinya. Istri dari pria ini diketahui sedang menjalani perawatan Covid-19 di Akola Government Medical College and Hospital (GMCH).  

Kepala Departemen Sanitasi Akola Municipal Corporation, Prashant Rajurkar, mengatakan putra lelaki tersebut tinggal di Nagpur. Dia dengan jelas menolak melakukan kremasi untuk jenazah sang ayah.  

"Karena itu, organisasi Muslim setempat, Akola Kutchhi Memon Jamaat, mengambil alih tanggung jawab. Beberapa pria Muslim menyalakan pembakaran di krematorium Ahad kemarin," ujarnya dikutip di The Indian Express, Selasa (26/5). 

Akola merupakan salah satu hotspot Covid-19 terbesar di Maharashtra dengan 25 kematian an lebih dari 400 kasus positif.  Komisaris Divisi Amravati, Piyush Singh, mengatakan istri dari almarhum lelaki itu diterima di GMCH pada 23 Mei sekitar jam 4 sore.  

Pihak GMCH melakukan pemeriksaan swab karena sang istri diketahui memiliki gejala Covid-19. Beberapa jam kemudian, sekitar pukul 18:30, Ketua GMCH menerima pesan jika pria tersebut pingsan di rumah. 

"Ambulans sudah dikirim, tetapi ternyata dia sudah meninggal. Laporan istri positif keluar keesokannya di pagi hari. Sesuai protokol, kami tidak mengambil swab dari mayat tetapi dari kerabat dekat. Hingga saat ini kami menunggu laporan," kata Piyush Singh.

Ketua organisasi Muslim, Javed Zakeria, menyebutkan setelah Akola melaporkan kematian pertamanya, mereka memutuskan untuk melakukan pemakaman bagi pasien yang keluarganya tidak mampu melakukannya.  

Untuk kasus pertama, mereka telah mendapat izin dari orang tua pasien. Setelahnya, mereka membantu 60 pemakaman dengan 21 jenazah di antaranya adalah pasien Covid-19. Lima jenazah merupakan orang Hindu.  

Relawan yang bekerja disebut mengenakan perlengkapan pelindung secara menyeluruh. Dalam proses kremasi sebelumnya, pekerjaan mereka berhenti setelah penumpukan kayu. Namun untuk proses kremasi kemarin, mereka juga yang menyalakan pembakaran.  

Sang putra disebut tidak bisa dihubungi dan tidak menghadiri prosesi. Namun dia telah mengirimkan uang 5.000 rupee India setara 976 ribu rupiah untuk biaya upacara kematian. 

"Pemakaman Ahad kemarin membuat marah beberapa orang. Mereka kesal mengapa nama almarhum ada di domain publik, dan putranya kesal karena liputan media,” katanya.

Senin (25/5) kemarin, satu orang lagi meninggal akibat Covid-19 di Akola. Total pasien meninggal akibat Covid-19 di wilayah ini menjadi 25 orang. Korban terakhir adalah seorang wanita, yang dirawat di GMCH pada 19 Mei dan telah dites positif pada 23 Mei.

Akola juga telah melewati batas 400 kasus untuk Covid-19. Wilayah Nagpur juga mencatat kematian Covid-19 pada hari Senin, menjadikan total delapan orang. Sementara wilayah Vidarbha mencatat ada 53 kematian.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler