Masjid di Singapura akan Kembali Dibuka 2 Juni

Muslim Singapura didesak tetap beribadah di rumah.

AP Photo/Ee Ming Toh
Masjid di Singapura akan Kembali Dibuka 2 Juni. Seorang pekerja mengenakan pakaian pelindung (hazmat) dan masker mengepel lantai di Masjid Hajjah Fatimah di Singapura. Singapura membuka ruang shalat terbatas untuk jamaah pekerja di sejumlah masjid terkait wabah corona.
Rep: Mabruroh Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Masjid-masjid di Singapura akan dibuka kembali secara progresif mulai 2 Juni 2020. Masjid akan dibuka secara terbatas. Shalat berjamaah dan shalat Jumat masih ditangguhkan hingga pemberitahuan selanjutnya.

Baca Juga


Menurut Dewan Agama Islam Singapura (Muis), langkah kehati-hatian masih perlu ditekankan mengingat kemungkinan infeksi Covid-19 bisa ditemukan kapan saja. Karena itu, diharapkan masyarakat tetap mendukung upaya nasional mencegah penyebaran virus.

Singapura telah menutup masjid dari kegiatan keagamaan sejak 13 Maret 2020. Semua kegiatan dan pembelajaran agama dilakukan secara online. Sedangkan sholat jamaah ditiadakan. 

"Langkah-langkah pencegahan dilakukan (secara) maksimum untuk mengurangi kemungkinan gelombang kedua korban Covid-19, ketika negara mencoba kembali pada fase pertama pelonggaran," kata Muis dilansir dari The Straits Times, Kamis (28/5).

Masjid dibuka dari 2 Mei hingga 7 Mei 2020. Masjid dibuka dengan batasan jam operasional pukul 13.00 hingga 18.00 waktu setempat. Sebagian besar masjid hanya digunakan untuk sholat sendiri bukan berjamaah.

Masjid akan rutin dibersihkan dengan cairan disinfektan untuk mencegah virus corona. Serta setiap orang yang datang ke masjid akan dilakukan pengecekan suhu badan terlebih dahulu.

Di dalam masjid, tindakan menjaga jarak juga masih diberlakukan. Setiap masjid diprioritaskan untuk mereka yang tidak memiliki tempat sholat, misalnya kurir jasa ekpedisi, sopir kendaraan sewaan, dan sopir taksi.

"Kami mendesak masyarakat lainnya yang masih bisa melakukan ibadah di rumah untuk melanjutkannya di rumah," kata Muis.

Termasuk kepada kelompok rentan seperti manula dan anak-anak untuk menghindari masjid sementara waktu ini. Karenanya orang yang dapat mengunjungi masjid pun harus membawa kartu identitas atau dokumen identifikasi pribadi mereka yang dapat dipindai untuk sistem Safe Entry. 

"Mereka juga harus mematuhi langkah-langkah pencegahan, termasuk mengenakan masker, membawa perlengkapan sholat pribadi, dan tidak berbaur dengan orang lain di dalam masjid," ujar Muis.

Ketika tingkat penularan Covid-19 menurun, masjid secara bertahap akan meningkatkan jumlah jamaah. Tidak menutup kemungkinan kegiatan keagamaan dan sholat jamaah akan dibuka kembali.

"Tetapi langkah-langkah ini dapat diperketat lagi jika situasi nasional memburuk. Karena itu, kami mendesak masyarakat bekerja sama dengan para pemimpin masjid untuk terus mengekang penyebaran virus dengan menerapkan tindakan pencegahan yang diperlukan ketika memasuki masjid, dan hanya mendatangi masjid selama masa pendemi ini hanya jika diperlukan," katanya.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler