Pemkot Optimistis Covid-19 di Surabaya tak Seperti di Wuhan
Pemkot optimistis kasus Covid-19 di Surabaya tidak seperti di Wuhan.
REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Pemerintah Kota Surabaya optimistis kasus Covid-19 di Ibu Kota Provinsi Jawa Timur itu, tidak seperti yang terjadi di Kota Wuhan, China. Wakil Koordinator Humas Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Surabaya, M Fikser mengatakan, terjadinya penambahan kasus baru Covid-19, lantaran Pemkot gencar melakukan rapid test dan swab test secara masif dan massal.
"Tentunya itu memengaruhi hasil. Ya kita berusaha untuk tidak terjadi seperti di Wuhan. Siapa yang menginginkan itu. Saya yakin yang menyampaikan juga tidak menginginkan seperti itu," kata Fikser.
Pernyataan Fikser tersebut merespons pernyataan Ketua Rumpun Kuratif Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jawa Timur dr Joni Wahyuhadi yang mengatakan, Surabaya bisa menjadi seperti Wuhan, jika warganya tidak patuh terhadap protokol kesehatan. Hal itu dikarena mayoritas kasus Covid-19 di Jawa Timur ada di Surabaya. Dari 4.112 kasus yang ada di Jawa Timur, Rabu (27/5), Kota Surabaya menyumbang 2.216 kasus, sedangkan Sidoarjo dan Gresik yang termasuk dalam wilayah Surabaya Raya menyumbang masing-masing 565 kasus dan 153 kasus.
Fikser menjelaskan, sejak awal Pemkot Surabaya membuka diri dan menerima bantuan serta dukungan dari semua pihak. Ia berterima kasih atas bantuan dari pemerintah pusat, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Badan Inteligen Negara (BIN) yang bersedia memberikan bantuan untuk meminjamkan mobil laboratorium agar persoalan ini dapat segera teratasi.
"Kita terbuka selama ini menerima dukungan semua pihak. Kita berharap yang menyampaikan itu bisa bergabung di gugus tugas Surabaya. Untuk sama-sama kita melakukan penanganan itu," ujarnya.
Selain itu, Kepala Diskominfo Surabaya ini menyampaikan sekitar 22 ribu lebih rapid test sudah dilakukan di berbagai wilayah di Kota Pahlawan. Dari angka itu, warga yang hasil rapidnya reaktif langsung dilakukan isolasi di hotel dan dipisahkan dengan anggota keluarganya sembari melakukan test swab sampai hasilnya keluar.
"Jika positif tapi kondisinya baik, maka kami rawat di Asrama Haji Sukolilo. Tetapi jika kondisi pasien mengalami keluhan maka kami rawat di rumah sakit," katanya.
Bahkan, Fikser pun menegaskan bahwa pemerintah kota juga menambah kapasitas ruangan di dua rumah sakit milik Pemkot Surabaya yakni RSUD dr. Sowandhie berjumlah 40 dan RSUD Bhakti Darma Husada (BDH) sebanyak 100 orang. Ada juga RS Husada Utama dan RS Siloam yang siap menampung.
Fikser juga berterima kasih kepada TNI dan Polri yang turut membantu pemerintah kota dalam menghadapi pandemi ini. Dari semua itu, ia juga menyebut bahwa saat ini masyarakat juga dilibatkan aktif melalui Kampung Wani Jogo Suroboyo.
"Mereka (warga) di dorong sebagai garda terdepan. Untuk melakukan pemutusan mata rantai dari level kampung dan saling bergotong royong menghentikan pandemi ini," katanya.