Dokter di India Layani Pasien Secara Daring di Masa Pandemi
Banyak dokter beralih menggunakan panggilan video dan obrolan via WhatsApp
REPUBLIKA.CO.ID, GURUGRAM -- Saat sistem kesehatan India berjuang menghadapi virus corona, semakin banyak dokter menggunakan media daring untuk melayani konsultasi pasien yang menderita penyakit ringan atau kronis. Untuk mencegah kerepotan di klinik dan risiko infeksi yang menyertainya, banyak dokter beralih menggunakan panggilan video dan obrolan melalui WhatsApp, selain panggilan telepon biasa, untuk merawat pasien yang menderita penyakit seperti diabetes atau kondisi ginjal.
"Ada penguncian, pasien tidak bisa datang, tetapi penyakit ini tidak akan menunggu," kata Sushila Kataria, direktur kedokteran internal di Rumah Sakit Medanta di Gurugram, dekat New Delhi, seperti dilansir Reuters, Jumat (29/5).
Kataria mengatakan dia sudah mulai merawat hampir 80 persen pasien secara daring, dengan pemeriksaan fisik terbatas hanya untuk kasus-kasus mendesak. Meskipun sejak akhir Maret karantina wilayah diberlakukan di India, salah satu aturan paling ketat di dunia, jumlah infeksi virus di negara itu mencapai lebih dari 165 ribu dengan 4.706 kematian.
Penyebaran virus telah membuat pasien membanjiri banyak rumah sakit, yang sudah bergulat dengan kekurangan tempat tidur dan dokter. Keadaan itu mengalihkan perhatian para tenaga medis dari pasien-pasien nonvirus dan yang menderita penyakit kronis.
Dengan sistem kesehatan yang kewalahan, bahkan dalam masa-masa normal, India mengeluarkan pedoman pengobatan jarak jauh sebagai dorongan untuk konsultasi melalui internet. Pasien dapat membuat janji dan melakukan pembayaran di muka secara daring, dengan konsultasi tindak lanjut gratis, bahkan sebelum pandemi.
Dokter umum Devendra Taneja mengatakan panggilan video darurat paling mahal, dengan panggilan yang dijadwalkan di muka lebih murah dan biaya untuk panggilan telepon lebih rendah, sementara obrolan WhatsApp adalah yang termurah.
Perawatan dari rumah meyakinkan beberapa orang, seperti Pradeep Kumar Malhotra, seorang pasien Taneja yang berusia 69 tahun yang baru-baru ini menjalani operasi tulang belakang. "Seseorang sebenarnya takut untuk pergi ke dokter. (Karena) kita mungkin tertular infeksi dari rumah sakit. Itu masalah besar," kata Malhotra.
Namun, dokter harus berjuang dengan koneksi jaringan yang buruk dan menemukan cara untuk membangun kepercayaan pasien. Tidak dapat melakukan pemeriksaan fisik pasien hamil bisa membuat frustrasi, seperti yang dialami dokter kandungan Mukta Kapila
"Tidak bisa memberikan sentuhan penyembuhan pada saat ini membuat Anda merasa sedikit tidak lengkap sebagai seorang dokter," ujar dia.