Umar Bin Khattab, dari Pembenci Menjadi Pencinta Rasulullah

Karena keberaniannya, Umar bin Khattab dijuluki al-Faruq.

MgIt03
Umar bin Khattab, dari Pembenci Menjadi Pecinta Rasulullah.
Rep: Ali Mansur Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ali Mansur/Wartawan Republika

Baca Juga


JAKARTA -- Umar bin Khattab merupakan salah seorang sahabat Nabi yang didoakan oleh Rasulullah secara khusus agar dapat memperkuat Islam. Dalam munajatnya, Rasulullah meminta agar Allah memperkuat Islam dengan salah satu 'Umar', yaitu Umar bin Khattab dan Amru bin Hisyam (Abu Jahal). Pada akhirnya Allah memberikan hidayah kepada Umar bin Khattab. 

Bukan tanpa asalan doa tersebut dipanjatkan. Pada masa sebelum Islam berkembang, baik Umar maupun Amru bin Hisyam merupakan sosok pemberani dan disegani serta ditakuti di kalangan kaum Quraisy. "Ya Allah muliakanlah Islam dengan salah satu dari dua Umar, Umar bin Khatab atau Umar bin Hasyim." Itulah doa Rasulullah, dikutip dari Sirah Nabawiyah karya Abdul Hasan Ali al-Hasani an-Nadwi.

Umar bin Khattab lahir 13 tahun setelah kelahiran Rasulullah SAW, tepatnya pada 581 Masehi. Lahir dari keluarga bangsawan, Umar bin Khattab dibekali dengan pendidikan yang baik, seperti dalam bidang perniagaan dan bela diri. Putra dari pasangan Khattab bin Nufail dan Hantamah binti Hisyam memeluk Islam pada bulan Dzulhijah tahun ke-6 kenabian. Sebelumnya masuk Islam, Umar merupakan salah satu tokoh kaum Quraisy yang membenci Rasulullah SAW.

Ketika kebenciannya memuncak, Umar bin Khattab berupaya mencelakakan Rasulullah SAW. Namun, dalam perjalanannya ia bertemu dengan Nu'aim bin Abdullah yang kemudian memberinya kabar bahwa Fatimah binti Khattab dan anak pamannya, Sa'id bin Zaid, telah memeluk Islam.

Sontak, mendengar kabar itu, Umar berbalik arah untuk melabrak dua saudaranya tersebut. Justru sesampainya di rumah, Umar bin Khattab menerima Islam setelah membaca surat Thoha ayat 1-8 dari mushaf yang dibawa kedua saudaranya itu.

Konversi Umar bin Kathab ke Islam memberikan kekuatan sendiri bagi umat Islam yang saat itu jumlahnya masih sangat sedikit. Bahkan, Umar lah yang paling lantang menyuarakan Islam di Makkah.

Ia juga meminta agar Rasulullah SAW menyebarkan Islam secara terang-terangan dan tidak lagi bersembunyi. Tidak hanya itu, ia pun berjanji akan menindak tegas siapa saja yang mencoba menghentikan dakwah Rasulullah SAW dalam menyiarkan kebenaran Islam. Berkat keberaniannya dalam menunjukkan keislamannya, Umar bin Khattab dijuluki al-Faruq. 

Menurut Ali Muhammad ash-Shalabi dalam Biografi Umar bin Khattab, gelar al-Faruq yang artinya 'pembeda' karena ia menunjukkan keislaman di Mekkah. Sebab, dengan Islam itu, ia mampu membedakan antara kebenaran dan kebatilan.

Namun, sebagian kalangan mengartikan al-Faruq sebagai penjaga Rasulullah SAW dan pencerai-berai barisan kaum kafir. Kemudian, Umar juga dicatat sebagai orang yang pertama kali digelari Amir al-Mu’minin--pemimpin orang beriman.

Selain itu, Umar bin Khattab juga memiliki keutamaan istmewa yang disampaikan Rasulullah SAW dalam sejumlah haditsnya. Di antaranya adalah sahabat Nabi Muhammad SAW yang dijamin masuk surga dan khalifah kedua dalam Islam yang telah membebaskan sepertiga daratan dunia dari kejahilan. Kemudian, tiga ucapannya ditanggapi secara langsung oleh Allah SWT dalam Alquran.

Dua puluh prestasi telah dirintisnya untuk kemajuan umat Islam. Kewibawaannya ditakuti oleh setan sehingga setan menyingkir dari jalan yang akan dilalui oleh Umar. Bahkan, Rasulullah pernah bersabda, "Sungguh pada umat-umat sebelum kalian ada orang-orang yang diberi ilham, dan seandainya pada umatku ada seorang yang seperti itu, dia adalah Umar." Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Hurairah.

Pada tahun 622 Masehi, Umar bin Khattab ikut bersama Rasulullah SAW bermigrasi atau hijrah ke Yatsrib--sekarang Madinah. Keberanian Umar dalam menegakkan panji Islam tak diragukan lagi. Ia terlibat pada Perang Badar, Uhud, Khaybar, serta penyerangan ke Suriah.

Ia juga tidak segan-seganu menentang kawan-kawan lamanya yang dahulu bersamanya menyiksa kaum Muslimin. Begitu juga kecintaannya kepada Nabi Muhammad SAW. Bahkan, saat Rasulallah wafat pada 8 Juni 632 M (12 Rabiul Awal atau 10 Hijriyah), Umar sangat terguncang sampai tidak memercayai jika orang yang dikasihinya sudah menghadap Sang Khalik.

Setelah didapatinya Rasulullah SAW tak bernyawa lagi, Umar keluar ke masjid sambil berteriak, "Ada orang dari kaum munafik yang mengira Rasulullah SAW telah wafat. Namun, demi Allah, sebenarnya dia tidak meninggal, tetapi ia pergi kepada Tuhan, seperti Musa bin Imran. Ia telah menghilang dari tengah-tengah masyarakatnya selama 40 hari, kemudian kembali lagi ke tengah mereka setelah dikatakan dia sudah mati. Sungguh, Rasulullah pasti akan kembali seperti Musa juga. Orang yang menduga dia telah meninggal, tangan dan kakinya harus dipotong." Setelah itu, sahabatnya, Abu Bakar ash-Shiddiq. menenangkan Umar dengan membacakan sebuah ayat bahwa Rasulullah SAW hanyalah manusia yang bisa mati.

Sebagai Khalifah Kedua

Setelah Rasulullah SAW wafat, kepemimpinan Islam digantikan oleh kepemimpinan Khulafaurrasyidin yang diawali oleh Sayyidina Abu Bakar. ada masa Abu Bakar menjabat sebagai khalifah, Umar merupakan salah satu penasihat kepalanya. Kemudian Abu Bakar meninggal pada tahun 634, Umar ditunjuk sebagai khalifah kedua. 

Dalam buku Islam Ditinjau dari Berbagai Aspek karya Harun Nasution, perkembangan Islam dibawah kepemimpinan Umar bin Khattab sangat pesat. Selain meneruskan kebijakan Abu Bakar, ia juga membuat gebrakan-gebrakan revolusioner dalam pemerintahannya. Untuk kepentingan pertahanan, keamanan dan ketertiban dalam masyarakat, Umar mendirikan lembaga kepolisian, korps militer dengan tentara terdaftar. 

Bahkan pada masa Umar para tentara diterapkan sistem gaji. Walhasil, saat itu.kekhalifahan menjadi salah satu kekuatan besar baru di wilayah Timur Tengah. Selain menaklukan Kekaisaran Sasaniyah hanya dalam kurun waktu dua tahun (642–644), juga berhasil mengambil alih kepemimpinan dua pertiga wilayah Kekaisaran Romawi Timur.

Selanjutnya, di bidang hukum, Umar melakukan pembenahan peradilan Islam dengan menerapkan prinsip-prinsip peradilan dengan menyusun sebuah risalah yang dikirimkan kepada Abu Musa Al Asyary. Risalah itu kemudian disebut Dustur Umar (konstitusi Umar) atau Risalah Al Qadla (Surat Peradilan).

Sementara untuk meningkatkan mekanisme pemerintahan di daerah, Umar melengkapi gubernurnya dengan beberapa staf, seperti sekretaris kepala, sekretaris militer, pejabat perpajakan, pejabat kepolisian, pejabat keuangan, dan hakim serta pejabat jawatan keagamaan. 

Beberapa terobosan lainnya, juga diterapkan khalifah Umar bin Khattab. Mulai dari membuat kalender Islam (hijriyah), membangun baitul mal wa tamwil, mengharamkan kawin mut'ah, menetapkan pengenaan zakat atas ternak kuda, menciptakan uang logam, menggunakan pos untuk pengiriman surat, memperluas Masjid Nabawi, mengangkat pejabat pengawas harga kebutuhan, serta menetapkan ketentuan pembagian warisan, dan lain sebagainya. Meski kekuasaannya di mana-mana tapi Umar merupakan tauladan pemimpin sejati ketulusannya bukan sebuah pencitraan.

Kisahnya yang menjadi contoh bagi para pemimpin terus melegenda sepanjang sejarah. Salah satunya saat ia memanggul sekarung gandum seorang diri pada malam hari demi memberi makan rakyat yang kelaparan. Bahkan, Abbas, sahabatnya yang membantu membawa minyak samin untuk memasak tak tega melihat keringat Umar bercucuran karena jarak antara Baitul Mal dengan keluarga miskin itu cukup jauh. Namun Umar menolak tawaran Abbas tersebut.

"Tidak akan kubiarkan kamu membawa dosa-dosaku di akhirat kelak. Biarkan aku membawa karung besar ini, karena aku merasa begitu bersalah atas apa yang telah terjadi pada si ibu beserta anak-anaknya,” jawab Umar dengan napas yang tersengal.

Kesuksesannya dalam memimpin kekhalifahan mengundang rasa iri dan dengki musuh-musuhnya. Salah satunya adalah Piruz Nahavandi atau lebih dikenal dengan Abu Lukluk seorang prajurit Sasania yang bertugas di bawah komandan Rostam Farrokhzad. Tragisnya Abu Lukluk membunuh Khalifah Umar bin Khattab ketika hendak mengimami sholat subuh pada 3 November 644 Masehi atau 26 Dzulhijjah 23 Hijriyah.

 

Umar bin Khattab wafat dalam usia 63 tahun, setelah selama lebih kurang 10 tahun mengemban amanah sebagai Khalifah. Dalam Kitab al-Muntakhab, sebelum meninggal Umar sempat berwasiat agar khalifah sesudahnya betul-betul mengetahui hak orang-orang Muhajirin dan menjaga kehormatan mereka. Selain itu, Umar juga berwasiat agar pemimpin penggantinya memperhatikan hak-hak orang-orang Anshar yang telah menyediakan tempat tinggal dan beriman sejak sebelum kedatangan orang-orang Muhajirin.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler