Nyawa Puluhan Juta Anak Terancam Akibat Vaksinasi Terhambat

Pandemi Covid-19 menghambat vaksinasi pada anak-anak

AP/Jerome Delay
Pandemi Covid-19 menghambat vaksinasi pada anak-anak. Ilustrasi.
Rep: Idealisa Masyrafina Red: Christiyaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, NAIMEY -- Jutaan anak-anak dapat meninggal karena penyakit yang sebenarnya dapat dicegah akibat gangguan parah pada program vaksinasi yang disebabkan oleh virus corona. Setidaknya 68 negara telah terpengaruh, dengan beberapa kampanye vaksinasi dihentikan sepenuhnya.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyarankan banyak negara agar menunda vaksinasi untuk membantu memperlambat penyebaran virus corona. Tetapi sekarang WHO adalah salah satu dari beberapa kelompok yang menyatakan keprihatinan tentang dampak jangka panjangnya.

Dilansir BBC pada Kamis (4/6), badan PBB untuk Dana Anak (Unicef), Lembaga Vaksin Sabin dan Gavi, serta Aliansi Vaksin juga khawatir ribuan anak-anak setiap hari bisa mati sia-sia. Lembaga-lembaga tersebut memperkirakan jumlah bayi yang kehilangan vaksinasi rutin karena pandemi virus corona adalah 34,8 juta di Asia Tenggara dan 22,9 juta di Afrika.

Sedangkan wabah penyakit mematikan yang dapat dicegah saat ini yaitu campak di Nepal dan Kamboja, lalu campak, kolera, dan demam kuning di Ethiopia. Di klinik yang biasanya penuh sesak di ibu kota Nigeria, Naimey, ruang tunggu sepi. Ada hampir 1.000 kasus Covid-19 yang dilaporkan di negara ini.

Tetapi polio, yang dapat menyebabkan kelumpuhan atau bahkan kematian, juga kembali. Empat kasus baru telah dilaporkan sejak Februari.

Zeinabou Tahirou duduk dengan jilbab merah muda dan masker biru sambil menggendong bayi perempuannya, Fadila. "Saya sangat takut datang ke sini karena virus corona. Tetapi petugas kesehatan telah memberi tahu saya betapa pentingnya imunisasi ini dan juga apa yang harus saya lakukan agar tetap aman, seperti mencuci tangan sepanjang waktu," kata Tahirou.

Ada sejumlah alasan mengapa layanan vaksinasi sangat terganggu. Orang tua takut terinfeksi Covid-19 jika mereka meninggalkan rumah, petugas kesehatan dialihkan untuk menangani pandemi, hingga masalah mendapatkan pasokan vaksin ke klinik.

"Campak sedang meningkat, juga difteri dan kolera. Jadi ini akan menjadi masalah nyata," kata Direktur Eksekutif Unicef, Henrietta Fore.

"Sebagai dunia, kami telah menaklukkan banyak penyakit yang dapat dicegah ini untuk anak-anak. Sekarang, ada kekhawatiran besar bahwa keuntungan ini bisa "terhapus"," tambahnya.

Baca Juga


BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler