Pakistan Enggan Lockdown Sebab Terlalu Miskin
Angka kematian akibat Covid-19 di Pakistan mencapai 2.00 orang.
REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD -- Perdana Menteri Pakistan, Imran Khan, tetap enggan mengambil langkah penguncian wilayah. Dia menyatakan negara itu terlalu miskin untuk menerapkan pembatasan yang bisa menghancurkan ekonomi lebih dalam.
Pakistan melaporkan jumlah kematian akibat Covid-19 melampaui angka 2.000 dan kasus infeksi akan mencapai 100 ribu kasus pada Ahad (7/6). Hanya saja, jelas Khan, lockdown akan menghancurkan ekonomi yang berantakan dan bergantung pada miliaran dolar dalam bentuk pinjaman dari lembaga-lembaga pinjaman internasional.
Para profesional medis Pakistan telah meminta lebih banyak pengaturan dan penegakan arahan jarak jauh sosial yang lebih besar. Mereka marah karena pemerintah Khan tetap mengizinkan masjid terbuka yang menjadi salah satu lokasi penulara.
Untuk mencoba membendung penyebaran virus, pemerintah telah memerintahkan pasar ditutup pada akhir pekan dan inspeksi telah ditingkatkan di beberapa daerah dengan laporan kemunculan virus. Cara ini diharapkan bisa menahan laju penyebaran.
Sedangkan di negara tetangga, India melaporkan 9.971 kasus dalam lonjakan satu hari terbesar. Padahal negara ini bersiap untuk membuka kembali pusat perbelanjaan, hotel, dan tempat-tempat keagamaan setelah 10 minggu lockdown pada Senin (8/6).
India kini telah melampaui Spanyol sebagai negara paling parah dilanda pandemi dengan 246.628 kasus yang dikonfirmasi dan 6.929 kematian. New Delhi, Mumbai dan Ahmedabad adalah di antara kota-kota yang paling terpukul di negara ini.
Meski jumlah yang meningkat, India telah memulihkan sebagian layanan kereta api, penerbangan domestik, serta mengizinkan toko-toko dan manufaktur dibuka kembali. Perusahaan e-commerce telah mulai mengirimkan barang, termasuk yang dianggap tidak penting, ke tempat-tempat di luar zona kuncian.