Program Nuklir Iran: China Kecam AS, Dukung Iran
China mengecam Amerika Serikat (AS) yang keluar dari perjanjian nuklir Iran.
REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Hua Chunying, sekali lagi mengecam Amerika Serikat (AS) setelah secara sepihak keluar dari perjanjian nuklir Iran yang dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA).
Hua menegaskan China selalu berkomitmen untuk menegakkan JCPOA. "China mencatat laporan IAEA terbaru mengenai masalah nuklir Iran," kata Hua Chunying saat berpidato di konferensi pers, Senin (8 Juni).
Laporan tersebut, kata dia, mengkonfirmasi Iran telah mempertahankan kegiatan verifikasi dan pemantauan IAEA di negara itu. Juga, Iran belum mengambil langkah kelima untuk mengurangi komitmen dan belum mengalihkan bahan nuklir yang dinyatakan untuk tujuan lain.
"Laporan itu juga menunjukkan bahwa Iran ingin melakukan lebih banyak dialog dan kerja sama dengan IAEA dalam memenuhi kewajibannya," tegas Juru Bicara Kemenlu China ini.
China ingin menegaskan kembali bahwa penarikan sepihak AS dari JCPOA dan tekanan maksimum terhadap Iran adalah akar penyebab krisis nuklir Iran saat ini.
Satu-satunya cara yang benar untuk menyelesaikan masalah ini, kata Hua, adalah dengan menegakkan dan mengimplementasikan JCPOA.
Ia menyatakan AS harus menghentikan pendekatannya yang salah, yakni menghalangi implementasi pihak lain dari kesepakatan nuklir, dan memberikan ruang bagi upaya diplomatik.
China mendukung dialog dan kerja sama yang lebih besar antara Iran dan IAEA untuk menemukan solusi yang tepat. Juga, untuk memastikan pemantauan IAEA atas program nuklir Iran.
"Kami berharap semua pihak dapat mendukung upaya diplomatik yang disebutkan di atas dan melakukan hal-hal yang mengarah pada de-eskalasi daripada eskalasi. Kami juga percaya IAEA akan menyelesaikan masalah dengan baik secara objektif dan tidak memihak," kata Hua Chunying.
Mengenai masalah nuklir Iran, China selalu berkomitmen menegakkan JCPOA, mendukung multilateralisme, menjaga perdamaian dan stabilitas di Timur Tengah dan memperjuangkan tatanan internasional berdasarkan hukum internasional.
Amerika Serikat, yang merupakan penandatangan kesepakatan nuklir dengan Iran, menarik diri dari perjanjian dengan alasan yang tidak berdasar pada dua tahun lalu.
Ini juga mendorong pihak-pihak Eropa keluar dari perjanjian dan memberikan tekanan internasional lebih lanjut pada Iran.