Taiwan Sambut Warga Hong Kong Lari dari Cengkeraman China
Unjuk rasa anti-China di Hong Kong mendapat sambutan hangat dari Taiwan.
REPUBLIKA.CO.ID, TAIWAN -- Taiwan bersiap menyambut gelombang warga Hong Kong yang melarikan diri dari cengkeraman China. Meski sebenarnya Taiwan kurang memiliki pengalaman dalam pengungsi maupun mata-mata China yang mungkin ikut menyusup.
"Tidak diragukan lagi Hong Kong prioritas untuk Presiden Tsai," kata pejabat pemerintah yang dekat dengan presiden Taiwan itu, Kamis (11/6).
Pejabat itu menambahkan pemerintah sudah menetapkan sumber daya untuk menangani warga Hong Kong. Pejabat lainnya mengatakan rencana itu termasuk menyediakan uang bulanan untuk biaya sewa tempat tinggal bagi mereka yang tidak bisa mendapatkan akomodasi.
Masih terlalu dini untuk mengetahui berapa banyak warga Hong Kong yang mungkin datang. Tapi Taiwan memperkirakan jumlahnya tidak sampai ribuan seperti jumlah imigran Vietnam yang datang pada pertengahan tahun 1970-an, untuk melarikan diri dari partai komunis.
Sejak unjuk rasa pecah tahun lalu sudah 200 warga Hong Kong yang melarikan diri ke Taiwan. Shih Yi-hsiang dari Asosasi Hak Asasi Manusia Taiwan mengatakan sekitar 10 persennya mendapatkan visa dibawah undang-undang yang melindungi warga Hong Kong ditangkap atas alasan politik.
Saat ini Taiwan masih melarang warga Hong Kong masuk ke pulau mereka karena pandemi virus korona. Menurut Shih jumlah warga Hong Kong yang masuk melonjak ketika peraturan tersebut dicabut.
Unjuk rasa anti-pemerintah di Hong Kong yang berlangsung selama satu tahun mendapat banyak simpati di Taiwan. Pulau itu menyambut baik demonstran yang melarikan diri dari kejaran petugas.
Pada bulan lalu Presiden Taiwan Tsai Ing-wen menjadi kepala pemerintahan pertama yang berjanji membantu warga Hong Kong yang pergi meninggalkan kotanya karena kendali China semakin menguat.
China membantah mengekang kebebasan kota Hong Kong dan mengencam tawaran Tsai. Seperti Hong Kong, selama berpuluh-puluh tahun Taiwan khawatir dengan pergerakan China Daratan. Pejabat di kota itu mengatakan mereka sedang membangun rencana bantuan kemanusiaan.