Ketua Dewan Adat Harap Mahasiswa Papua Kembali ke Kampus
Ia berharap para mahasiswa tetap mengutamakan pendidikan.
REPUBLIKA.CO.ID, JAYAPURA - Ketua Dewan Adat Mamta Tabi Zadrak Taime mengajak para mahasiswa yang jadi korban peristiwa rasis Surabaya, Jawa Timur yang kini berada di Papua agar lebih berpikir ke depan. Dia berharpa saudara-saudaranya itu kembali ke kampus asal di beberapa daerah di Indonesia guna melanjutkan kuliah.
"Anak-anak mahasiswa ini adalah putra-putri Papua masa depan bangsa dan harapan rakyat Papua, kalian kembali ke tempat kuliah masing-masing dan sudah tidak usah terpengaruh dengan isu dan kepentingan politik," katanya dalam keterangan tertulis di terima Antara di Kota Jayapura, Kamis (11/6).
Menurut dia, mahasiswa harus fokus belajar dan selesaikan kuliah sehingga nantinya bisa datang kembali bangun Tanah Papua ini. "Kalau bukan kalian anak-anak Papua siapa lagi yang mau bangun Tanah Papua.
Mahasiswa eksodus, kata dia, harus berpikir cerdas dan jauh ke depan dan lebih utamakan masa depan ketimbang terlibat dalam isu-isu atau kepentingan-kepentinhan politik.
"Mahasiswa kalau sudah terpengaruh pikirannya dengan kepentingan politik kasihan dengan masa depannya, bisa tidak selesai kuliah," katanya.
Untuk itu, Zadrak Taime meminta para mahasiswa eksodus untuk segera kembali ke tempat kuliahnya, karena pemerintah akan membantu memfasilitasi untuk kembali ke tempat kuliah masing-masing.
Pemerintah Provinsi Papua, kata Zadrak, harus segera mencari solusi terbaik bagi mahasiswa eksodus dan tidak biarkan terus berlarut. "Kasihan mereka banyak tertinggal mata kuliahnya, apa yang jadi masalah dan persoalan hendaknya duduk bersama untuk mencari solusi terbaik bagi adik-adik mahasiswa eksodus ini," katanya.
"Kami juga menghimbau masyarakat Papua untuk mendukung para mahasiswa eksodus ini kembali kuliah di kampus masing-masing," sambungnya.
Zadrak Taime juga mengingatkan para pihak-pihak yang memanfaatkan para mahasiswa eksodus ini untuk berhenti cari panggung atau memanfaatkan masalah ini untuk kepentingan sesaat atau untuk kepentingan politik tertentu.
"Kita ini sudah susah jangan lagi bikin tambah susah kami, para mahasiswa jangan terpengaruh dengan politik, politik itu sudah ada yang urus," katanya.