Prinsip Pelestarian Lingkungan Ala Rasulullah 14 Abad Silam

Rasulullah SAW meletakkan prinsip pelestarian lingkungan berkesinambungan.

Republika/Bowo Pribadi
Rasulullah SAW meletakkan prinsip pelestarian lingkungan berkesinambungan. Menikmati Sunrise
Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Prof Syihabuddin Qalyubi*

Baca Juga


 

Bencana selalu meninggalkan kesedihan, penderitaan, dan kerugian. Beberapa tahun terakhir ini bangsa Indonesia disibukkan dengan berbagai bencana, mulai Sunami Aceh, Gempa Yogya Pangandaran, Lombok, Palu, dan kota lainnya. 

Di samping itu bencana diakibatkan banjir, kebakaran hutan dan kekeringan sering melanda berbagai daerah. Oleh karena itu, Covid-19 yang sedang mendera dunia selama beberapa bulan ini jangan sampai membuat bangsa ini lalai akan bencana-bencana serupa yang mungkin saja akan terjadi lagi. 

Ilmu pengetahuan telah menjelaskan tentang beberapa faktor yang menyebabkan bencana itu, diantaranya kekurangpekaan manusia terhadap lingkungan hidupnya. Lingkungan dan manusia terjalin demikian eratnya, antara yang satu dengan yang lain tidak dapat dipisahkan. Karena alam raya ini diciptakan Allah SWT dalam bentuk yang sangat serasi dan selaras bagi kepentingan manusia (QS  Al-Mulk [67]: 3-4).

Keberadaan alam dan seluruh benda (benda yang terkandung di dalamnya) merupakan suatu kesatuan yang tidak bisa terpisahkan. Secara keseluruhan saling membutuhkan.   

Menurut Undang Undang No. 23 Tahun 1997, lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. 

Alam dan segala di dalamnya seperti tumbuh-tumbuhan, hewan, termasuk manusia dan benda mati yang ada di sekitarnya, serta kekuatan alam lainnya, seperti angin, udara dan iklim hakikatnya adalah bagian dari kerberadaan alam yang sangat berpengaruh pada kehidupan manusia.   

Manusia tidak bisa lepas dari udara, tanah, dan air. Ketika udara, tanah dan air yang dijadikan sebagai tumpuan hidup makhluk hidup di bumi telah mengalami polusi, sehingga tidak dapat dikendalikan lagi, maka unsur-unsur yang ada di dalamnya pun dapat masuk ke dalam tubuh manusia yang mengkonsumsinya. Sehingga akan terikat di dalam aliran darah dan inilah yang memicu munculnya berbagai penyakit.  

Rasulullah SAW dalam berbagai haditsnya banyak memberi pedoman tentang penataan lingkungan hidup, agar bisa terjaga kelestariannya. Beberapa pedoman itu antara lain terangkum dalam prinsip berikut:  

 

Penggunaan air 

Hampir dalam kegiatan sehari-hari manusia tidak bisa terlepas dari air, demikian pula dalam kegiatan peribadatan, misalnya yang berkaitan dengan hadats kecil (berwudlu) dan hadats besar (mandi besar karena janabah) mesti menggunakan air. Oleh karenanya penggunaan air yang efektif dan efisien harus sangat diperhatikan.

Dari Anas bin Malik RA, beliau mengatakan: 

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَوَضَّأُ بِالْمُدِّ، وَيَغْتَسِلُ بِالصَّاعِ، إِلَى خَمْسَةِ أَمْدَادٍ

“Nabi SAW berwudhu dengan satu mud (air) dan mandi dengan satu sha’ sampai lima mud (air)” (HR Bukhari no 198 dan Muslim no 325). 

Nabi Muhammad SAW mencontohkan penghematan air. Beliau berwudhu dengan satu mud air, satu mud kurang lebih setengah liter, dan mandi cukup dengan satu sha sampai lima mud air. Satu sha seukuran empat mud. Para ulama berbeda pendapat tentang cara mempraktikkan wudhu dan mandi sebagaimana  dipraktikkan Rasulullah SAW. 

Tapi yang paling penting yang bisa diambil pelajaran dari hadits tersebut bahwa Rasulullah SAW memberi pelajaran kepada umatnya agar berhemat dalam penggunaan air, penghematan bukan sewaktu berwudhu saja, tetapi juga dalam kegiatan manusia sehari-hari. Karena pemborosan air bisa mengakibatkan banjir di musim hujan dan di saat kemarau akan terjadi kekeringan. 

Wudhu (ilustrasi) - (Tahta Aidilla/Republika)

Di samping itu, penggunaan air juga harus memperhatikan aspek kesehatan sebagaimana hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda:  

لا يبولن أحدكم في الماء الدائم الذي لا يجري، ثم يغتسل فيه))، وقال مسلم: ((ثم يغتسل منه))؛ متفق عليه

“Janganlah seorang pun di antara kamu buang air kecil di air tergenang yang tidak mengalir dan kemudian mandi di dalamnya. (HR Al Bukhari, No 236, dan Muslim No 57). 

Imam As Shan’ani dalam Subul al-Salam berpendapat: “yang sesuai dengan kaidah bahasa Arab bahwa yang dilarang di dalam hadits adalah menggabungkan (kencing kemudian mandi sekaligus), karena kata ثم (kemudian) tidak memberikan makna sebagaimana yang diberikan wawu ‘athof (= dan), kata ثم memberikan makna gabungan dan berurutan (kencing kemudian mandi sekaligus di dalam air yang sama). 

Tetapi menurut riwayat Abu Dawud: larangan itu mencakup dari masing-masing (kencing saja atau mandi saja) di air yang tidak mengalir, karena  kencing atau mandi dalam air yang tidak mengalir menyebabkan air tercemar kotor dan bisa mengakibatkan sakit pada badan dan menjijikkan bagi orang lain.   

 

Pengelolaan tanah 

Rasulullah SAW sangat menganjurkan menghidupkan tanah yang mati atau sekarang dikenal dengan istilah reboisasi:  

عن هشام بن عروة ، عن أبيه ، أن رسول الله – صلى الله عليه وسلم – قال : من أحيا أرضا ميتة فهي له ، وليس لعرق ظالم حق ( الترميذي: 1378)

Dari Hisyam bin ‘Urwah dari ayahnya, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: Barangsiapa menghidupkan tanah yang mati maka tanah itu (menjadi) miliknya. Dan tidak ada hak bagi penyerobot tanah yang zalim dengan menanaminya (HR at-Tirmidzi, No. 1378)

Ilustrasi area sawah menjelang panen - ()

Tanah mati atau tanah terlantar adalah tanah yang tidak tampak padanya telah berlangsung kepemilikan seseorang. Jadi tidak tampak di situ bekas sesuatu berupa pagar, taman, bangunan atau semacam itu. Tidak ada pemilik tanah itu dan tidak ada yang memanfaatkannya. Untuk proses kepemilkan atas tanah mati atau tanah terlantar di wilayah Indonesia perlu merujuk  Kepada Undang Undang Pokok Agraria  (UUPA) dan PP No 11 Tahun 2010 Tentang Penertiban dan Pendayagunaan Tanah Terlantar. 

Namun yang menjadi perhatian dalam kesempatan ini, bahwa betapa Rasulullah SAW sangat memperhatikan tanah, jangan sampai ada tanah yang mati atau terlantar. Semua tanah harus dimanfaatkan dan diberdayakan sehingga tanah itu menjadi subur.  

 

Menanami lahan 

Penanaman lahan kosong dengan tanaman-tanaman yang bermanfaat dan produktif banyak berkontribusi pada penataan lingkungan hidup. Sehubungan dengan itu Rasulullah SAW bersabda: 

عن جابر قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم ما من مسلم يغرس غرسا إلا كان ما أكل منه له صدقة وما سرق منه له صدقة وما أكل السبع منه فهو له صدقة وما أكلت الطير فهو له صدقة ولا يرزؤه أحد إلا كان له صدقة 

Dari Jabir RA, dia berkata: “Rasulullah SAW bersabda: Tidaklah seorang Muslim yang bercocok tanam kecuali setiap tanaman yang dimakannya bernilai sedekah baginya, apa yang dicuri darinya menjadi sedekah baginya, apa yang dimakan binatang liar menjadi sedekah baginya, apa yang dimakan burung menjadi sedekah baginya, dan tidaklah seseorang mengambil darinya, melainkan menjadi sedekah baginya." (HR Muslim, No: 5161)

Petani menanam benih padi dengan mesin penanam (transplanter) di lahan persawahan (ilustrasi) - (ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra)

Hadits ini memotivasi manusia untuk mau bercocok tanam, memanfaatkan tanah yang tersedia, di samping bernilai ekonomis juga bernilai sedekah. Di samping itu penanaman pohon dapat menghasilkan oksigen,  bermanfaat untuk melindungi lapisan ozon yang mulai menipis dan mengurangi pencemaran udara. 

Akibat dari semakin menipisnya lapisan ozon sebagai pelindung bumi, maka suhu permukaan bumi pun akan meningkat. Sehingga akan mempengaruhi terjadinya penguapan air di permukaan bumi menjadi tidak stabil. 

Dan akhirnnya akan mengakibatkan terjadinya musim hujan yang berkepanjangan, atau musim kemarau yang tiada akhir. Bahkan sulit memprediksi terjadinya pergantian musim, hembusan arus angin yang terkadang membawa badai, dan curah hujan yang tinggi di daerah kawasan tropis menjadikan tanahnya lebih cepat mengalami kekeringan.

 

Menyayangi binatang 

Binatang adalah makhluk hidup yang dekat dengan kehidupan manusia. Perilaku yang simpati terhadap binatang akan membantu keberlangsungannya.

Abu Hurairah RA berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Ketika tengah berjalan, seorang laki-laki mengalami kehausan yang sangat. Dia turun ke suatu sumur dan meminum darinya. Tatkala ia keluar tiba-tiba ia melihat seeokor anjing yang sedang kehausan sehingga menjulurkan lidahnya menjilat-jilat tanah yang basah. Orang itu berkata: “Sungguh anjing ini telah tertimpa (dahaga) seperti yang telah menimpaku.” Ia (turun lagi ke sumur) untuk memenuhi sepatu kulitnya (dengan air) kemudian memegang sepatu itu dengan mulutnya lalu naik dan memberi minum anjing tersebut. Maka Allah berterima kasih terhadap perbuatannya dan memberikan ampunan kepadanya.” Para sahabat bertanya: “Wahai Rasullulah, apakah kita mendapat pahala (bila berbuat baik) pada binatang?” Beliau bersabda: “Pada setiap yang memiliki hati yang basah (berperasaan) maka ada pahalanya.” (HR Al-Bukhari, No. 2234)

Hadits ini menunjukkan betapa Rasulullah SAW sangat menyayangi binatang dan sangat membenci orang yang kejam terhadap binatang. Suatu ketika Rasulullah SAW berjalan, di tengah perjalanan beliau  melintasi sarang semut yang telah dibakar, beliau bersabda:

 انه لاينبغى أن يعذ ب بالنار الا رب النار 

“Sesungguhnya tidak ada yang berhak menyiksa dengan api selain Rabb (Tuhan) pemilik api.” (HR Abu Daud : 2675)

Di samping itu Rasulullah pernah bersabda:“Seorang perempuan masuk neraka karena seekor kucing yang ia kurung hingga mati, maka dari itu ia masuk neraka karena kucing tersebut, disebabkan ia tidak memberinya makan dan tidak pula memberinya minum di saat ia mengurungnya, dan tidak pula ia membiarkannya memakan serangga di bumi.” (HR Al-Bukhari : 3482)

Petugas memberi makan satwa unta koleksi Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) Solo, Jawa Tengah, Rabu (13/5/2020). (ilustrasi)

Beliau pun telah melarang mengurung atau mengikat binatang ternak untuk dibunuh dengan dipanah/ditombak dan sejenisnya. Rasulullah SAW telah bersabda. “Siapa gerangan yang telah menyakiti perasaan burung ini karena anaknya? Kembalikanlah kepadanya anak-anaknya”. Beliau mengatakan hal tersebut setelah beliau melihat seekor burung berputar-putar mencari anak-anaknya yang diambil dari sarangnya oleh salah seorang sahabat.” (HR Abu Daud : 2675 dengan sanad sahih).

Begitulah sikap Rasulullah SAW dalam menyayangi binatang, bahkan ketika beliau akan menyembelih hewan pun diperlakukannya dengan baik, sebagaimana sabdanya:

“Sesungguhnya Allah telah mewajibkan ihsan (berbuat baik) atas segala sesuatu, maka apabila kalian membunuh hendaklah berlaku ihsan di dalam pembunuhan, dan apabila kalian menyembelih hendaklah berlaku baik di dalam penyembelihan, dan hendaklah salah seorang kamu berbuat baik kepada sembelihannya dan hendaklah ia mempertajam mata pisaunya.” (HR Muslim : 1955) 

Sikap manusia yang seharusnya terhadap lingkungan hidup, sebetulnya secara umum tercakup dalam firman Allah SWT: Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya (QS Al A’araaf: 56) dan sabda Rasulullah SAW : “Tidak boleh melakukan perbuatan yang bisa membahayakan diri sendiri dan membahayakan orang lain.“ (HR Ibnu Majah, no 2340 dan 2341). 

Maka pencemaran udara, baik akibat asap pabrik, knalpot kendaraan, kebakaran hutan ataupun lainnya, pencemaran sungai dan laut akibat limbah industri ataupun lainnya, merupakan fasād fil-ardli (membuat kerusakan di muka bumi dan dharār (membahayakan baik diri pribadi atau pun orang lain) yang secara jelas harus dihindari.  

Pelestarian lingkungan hidup, di samping perintah Undang-Undang, juga perintah Allah SWT dan Rasulnya, bagi orang yang melaksanakannya merupakan ketaatan kepada Undang-Undang dan ajaran agamanya, sebaliknya orang yang tidak memperdulikan pelestarian lingkungan hidup berarti yang bersangkutan membangkang kepada peraturan negara dan petunjuk agamanya. 

 

*Dewan Pakar IMLAI Guru Besar Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler