Indonesia Wajib Punya Positioning di Pasar Halal

Yang harus dibangun industri halal saat ini adalah ekosistemnya.

Thoudy Badai_Republika
Pengunjung melihat produk yang dipamerkan saat gelaran Halal Expo Indonesia di Ice BSD, Tangerang, Banten (ilustrasi). Kementerian Koordinator (Kemenko) Bidang Perekonomian menekankan pentingnya memajukan ekosistem produk halal di Indonesia.
Rep: Rizky Suryarandika Red: Fuji Pratiwi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Koordinator (Kemenko) Bidang Perekonomian menekankan pentingnya memajukan ekosistem produk halal di Indonesia. Dengan demikian Indonesia punya daya tawar hingga dominasi di pasar halal dunia.

Baca Juga


Asisten Deputi Peningkatan Daya Saing Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, Kemenko Perekonomian Iwan Faidi mengungkapkan, negara lain justru peduli dengan produk halal. Mayoritas negara-negara itu pun bukan didominasi penduduk Muslim.

"Beberapa negara punya positioning dalam pangsa pasar halal, misalnya Inggris yang mengembangkan keuangan syariah di Eropa barat, Korea Selatan jadi destinasi utama halal, Jepang targetkan industri halal," kata Iwan dalam seminar virtual bertema Indonesia Pusat Halal Dunia: Potensi Domestik dan Tantangan Global yang diadakan Universitas Maarif Hasyim Latif (Umaha) pada Selasa, (16/6).

"Kalau Malaysia sudah lama mulainya untuk industri dan keuangan halal, Thailand juga ingin jadi dapur halal dunia," lanjut Iwan.

Sedangkan di Indonesia, Iwan mendapati nilai konsumsi produk halal baru 10 persen dari pasar halal global. Kemudian Indonesia hanya mengisi 17 persen dari aset keuangan syariah dunia.

"Indonesia masih belum jadi pemain utama karena masih pasar dari negara lain. Market share Indonesia harus meningkat 20 persen pada 2023," ujar Iwan.

Iwan meyakini pengembangan ekosistem halal di Tanah Air mulai menunjukkan sinyal positif sejak satu dekade terakhir. Hal ini ikut dipengaruhi pola hidup syariah yang kian populer di kalangan anak muda.

"Ada fenomena hijrah di kalangan milenial sehingga mendorong produk halal, ini jadi role model banyak yang concern dengan syariah," ucap Iwan.

Yang harus dibangun saat ini, lanjut Iwan, adalah ekosistemnya. Tak sekedar acara, tapi meningkatkan kesadaran halal, kemitraan, dan integrasi digital.

Kemudian, Iwan menyebut perlunya penguatan pembayaran secara syariah dalam transaksi sehari-hari. Sehingga hal ini bisa mendorong ekosistem halal yang melibatkan merchant dan bank.

Walau begitu, Iwan mengakui pekerjaan rumah yang besar ialah memastikan penerapan konsep Halal di semua lini produksi. Sebab ia khawatir dalam rangkaian lini produksi hingga ke tangan konsumen masih ada yang belum memenuhi aspek Halal.

"Memang yang berat membangun supplychain halal dari hulu hingga hilir semuanya halal," ucap Iwan. 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler