Nasihat untuk Pejabat: Teladani Kesederhanaan Rasulullah SAW

Rasulullah SAW adalah sosok sederhana sebagai pemimpin.

wikipedia
Rasulullah SAW adalah sosok sederhana sebagai pemimpin. Kaligrafi bertuliskan Muhammad SAW.
Rep: Umar Mukhtar Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Seorang pemimpin maupun pejabat pada saat ini diberi banyak kemewahan. Seperti fasilitas mobil, rumah, gaji besar dan tunjangan serta lainnya.

Baca Juga


Tentu saja, semua ini untuk mendukung pekerjaan besar yang ditugaskan kepada mereka. Namun, bagaimana kehidupan Rasulullah SAW saat memimpin umat Islam? 

 

Ahmad Zarkasih, Lc, dalam bukunya berjudul "Manusia Yang Tidak Seperti Manusia" mengurai tentang kesederhanaan Nabi Muhammad SAW dalam kehidupan sehari-hari. Zarkasih mengatakan, kehidupan Nabi SAW jauh dari kemewahan dan kemegahan dunia.

 

Padahal, menurut Zarkasih, Rasulullah SAW bisa saja mendapatkan itu jika dia mau. Tetapi justru hidup Nabi SAW tidak segemerlap pemimpin atau raja yang ada di planet bumi ini, yang segala urusannya dimudahkan dan dilayani dengan baik. Uang diberikan, wanita pun disediakan.  

 

"Nabi SAW hidup dalam kesederhanaan. Dan cukuplah sebagai bukti kezuhudan Nabi SAW, bahwa ketika wafat, beliau SAW masih menggadaikan baju perangnya kepada orang Yahudi untuk berhutang menutupi kebutuhan hidup keluarganya," jelas Zarkasih.

 

Dia juga menjelaskan, dengan posisinya yang sangat agung, Nabi Muhammad SAW masih saja mengerjakan pekerjaan rumah sendiri tanpa memerintah orang lain. Seseorang pernah bertanya kepada 'Aisyah RA, apakah Nabi SAW juga berkerja di rumah?

 

Kemudian 'Aisyah menjawab, "Ya! Nabi SAW itu (dirumah) menggosok sandalnya sendiri, menjahit bajunya sendiri dan mengerjakan sesuatu di rumah sebagaimana kalian bekerja di rumah.” (HR Imam Ahmad)

 

Zarkasih menyampaikan, seorang raja, jika ingin mengerjakan sesuatu tentunya sudah tidak lagi dengan badan dan tangannya. Mereka hanya menjentikkan jarinya, lalu datanglah para pembantu membawa apa yang mereka inginkan. Namun, tidak demikian dengan Nabi SAW.

 

"Sulit kita bayangkan kalau ada seorang pemimpin negara atau seorang pemimpin partai politik besar dan juga pergerakan orang banyak yang mendapati dapur rumahnya tidak ngebul. Dan itu terjadi di rumah Nabi SAW, pemimpin umat sejagad raya," jelas Zarkasih.

 

Ibn Abbas RA berkata, "Nabi SAW pernah beberapa malam, beliau tidur dan keluarganya dalam keadaan lapar, belum makan apa-apa.” (HR Imam Ahmad dan al-Tirmidzi)

 

Zarkasih juga menjelaskan, pelajaran penting dari Nabi SAW tentang kezuhudan Nabi Muhammad tergambar dalam percakapannya dengan malaikat Jibril yang direkam oleh al-Qadhi 'Iyadh dalam al-Syifa. Jibril datang kepada Rasulullah dan berkata:

 

"Allah SWT mengirimkan salam untukmu dan berkata, "Maukah kau jika aku jadikan gunung-gunung ini emas untukmu, dan dia selalu ada untukmu kapanpun kau mau?"

 

Lalu Nabi SAW mengatakan, "Wahai Jibril, dunia ini adalah rumah bagi yang tidak punya rumah, dan dia adalah harta bagi yang tidak punya harta, dan dunia dicari oleh orang yang tidak punya akal". Lalu Jibril berkata, "Allah SWT telah menetapkanmu dengan perkataan yang tetap (kuat)."

 

 

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler