'Modest Fashion' Muslimah Mulai Tren di India
'Modest fashion' di India berarti memecahkan stereotip tentang mode pakaian Muslimah.
REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Berbagai jenama fashion wanita Muslimah kini sudah mulai menjamur di India. Namun, para pencipta tren mode 'modest' ini mengaku tidak mudah untuk membangun merek mereka di sana.
Founder dan CEO The Hijab Lee, Nighat Ahmad (37 tahun) meluncurkan jenama fashion-nya di kota Kanpur, India utara pada 2014. Pada awalnya, ia merasa tidak siap akan pertentangan dari hasil karyanya.
"Saya selalu ditanya bagaimana saya bisa memadukan jilbab dan mode," kata Ahmad dilansir dari laman The National, Kamis (18/6).
Sulit baginya menjelaskan mengapa ia menjual pakaian jumpsuit dan maxi, dan mengapa dia sering terlihat mengenakan rok panjang dan jilbab. "Beberapa orang mengatakan, jika Anda seorang hijabi, kenakan burqa bersamanya atau hijab," kata Ahmad.
Sementara itu, pengusaha, Shanaz Rukshana (26) meluncurkan label modest fashion, The Hijab Company pada 2017. Ia pun juga belajar mengenai Islam untuk membantu Rukshana memahami agamanya. Kemudian Rukhsana pun tertarik dengan mode tersebut.
"Saya menyadari di India ada kesalahpahaman di antara wanita Muslim tentang berpakaian, salah satunya adalah bahwa warna hitam, abu-abu dan krem harus menjadi warna yang disukai untuk pakaian," kata dia.
Baik Ahmad dan Rukshana melangkah ke dalam sebuah bisnis untuk memecahkan stereotip tentang pakaian modest atau tertutup di India. Ketika The Hijab Lee diluncurkan, merek mode tertutup baru muncul di negara ini. Dan saat ini, banyak label mode, blogger, dan influencer berkembang pesat, tidak hanya di seluruh kota besar, tetapi juga di kota-kota kecil seperti Kochi, Kozhikode, dan Kanpur.
Pada tahun lalu, Lakme Fashion Week menjadi acara fashion besar pertama di India yang memasukkan busana modest. Ini menampilkan koleksi yang berfokus pada jilbab untuk wanita bekerja.
Menurut sebuah platform informasi yang melacak ekonomi Islam global, Salaam Gateway, India menghabiskan sekitar 11 miliar dolar Amerika Serikat untuk pakaian pada 2015. Dengan pertumbuhan tahunan yang diharapkan sebesar 13 persen, angka ini ditetapkan mencapai 20 miliar dolar tahun ini.
Salah satu tren terbesar platform yang diidentifikasi yakni munculnya e-commerce. Menurut perusahaan riset Statista, hampir setiap merek memiliki toko online, dan kemudian ada yang seperti Little Black Hijab, Zak Attire dan Hazel Hijab yang menjual secara eksklusif di Instagram.
Namun, banyak pelanggan masih lebih suka pengalaman berbelanja yang lengkap, dan pilihan untuk mencoba berbagai produk sebelum membelinya. Itu sebabnya banyak merek memiliki toko ritel.
"Wanita Muslim, terutama yang berpendidikan muda, mencari individualitas dalam hal berpakaian. Mereka ingin keluar, belajar, bekerja, dan berpakaian untuk itu, tetapi tidak dengan mengorbankan kesederhanaan mereka," kata Ahmad.
Seorang influencer modest fashion, Nabeeha Fakih memiliki pengikut hingga 23 ribu di Youtube dan lebih dari 60 ribu pengikut Instagram. Ia merasa kemunculan mode tertutup di India sangat penting bagi wanita Muslim di seluruh negeri.
"Wanita merasa diberdayakan ketika mereka bisa cantik di kulit mereka sendiri tanpa harus menunjukkannya," kata Fakih. Ia menganggap orang lain lebih dapat meyakinkan, dan meningkatkan kepercayaan diri, tanpa perlu mengabaikan akar budaya mereka.
Ahmad mengatakan, stigma negatif telah berkurang selama bertahun-tahun. "Kesalahpahaman umum bahwa wanita hijabi harus duduk di rumah dan wanita yang bekerja tidak mengenakan jilbab sedang berubah," kata dia.