Pusing Mikirin Refund? Anggap Saja Liburan Tertunda
Proses refund dari maskapai melalui agen perjalanan membutuhkan proses yang panjang.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pandemi Covid-19 tepakasa membuat sektor pariwisata seperti bisnis perhotelan dan penerbangan mati suri. Urusan pengembalian dana mulai dari tiket pesawat, booking hotel, hingga transportasi melalui agen perjalanan terpaksa harus dibatalkan karena sejumlah pembatasan bepergian yang diberlakukan pemerintah untuk memutus penyebaran Covid-19.
Travel blogger sekaligus penulis buku, Trinity menjadi salah seorang yang harus membatalkan jadwal berliburnya karena pandemi Covid-19. Hanya saja setelah mengetahui kondisi para pelaku bisnis di sektor penerbangan dan pariwisata, Trinity menyarankan untuk saat ini lebih baik bersabar dalam menunggu proses refund tiket baik transportasi, hotel, atau paket tur lainnya.
“Travel agent kasihan, maskapai juga, toh duit kita nggak akan hilang, Ekspektasi mau minta refund tunai juga sulit ya, bayangin top up balance saja ribet. Anggap saja liburan tertunda sabar saja,” kata Trinity dalam diskusi virtual, Kamis (18/6).
Trinity mengakui dampak pandemi Covid-19 sangat memukul industri pariwisata. Sebagai travel blogger, Trinity mengakui momen tersebut membuat dirinya untuk pertama kalinya erlama-lama di rumah selama empat bulan.
“Ini berat ya, karena aku pemasukannya tergantung pariwisata begitu mereka (industri penerbangan dan pariwisata) berhenti aku juga nggak ada pekerjaan tapi selama PSBB bisa mawas diri, berusaha selesaikan buku-buku yang tertunda,” ungkap Trinity.
Trinity mengakui beruntung, dirinya sempat melakukan proses refund tiket sebelum keadaan berkembang lebih parah. Dia mengatakan, saat itu proses refund masih lebih mudah dan dapat diproses dengan mudah. “Waktu itu setelah dua minggu, uangnya langsung dibalikan ke kartu kredit ku,” tutur Trinity.
Hanya saja, Trinity mengatakan banyak teman yang juga merasakan kesulitan mendapatkan refund tiket setelah kondisi semakin parah dan banyak pembatasan perjalanan baik di Indonesia dan juga negara lain. Trinity mengakui banyak yang hingga saat ini masih menunggu refund yang diajukan.
Proses refund yang cukup lama tampaknya bukan tanpa alasan. Pengamat penerbangan Gerry Soejatman memprediksi secara total proses refund tiket pesawat bisa mencapai 10 juta tiket setiap bulannya.
Gerry menjelaskan prediksi tersebut muncul dengan menghitung berdasarkan rata-rata refund tiket saat penerbangan masih beroperasi normal sebelum pandemi Covid-19. “Kondisi normal itu yang refund hanya satu persen dari tiket yang ada,” kata Gerry dalam kesempatan yang sama.
Dia menjelaskan, dalam setahun terdapat 120 juta penumpang pesawat yang berarti terdapat sekitar 100 ribu tiket per bulan yang mengalami refund. Setelah pembatalan penerbangan saat pandemi Covid-19 terjadi, Gerry memprediksi jumlah refund tiket dalam kondisi normal tersebut dapat bertambah berkali lipat hingga 10 juta tiket setiap bulannya.
Untuk itu, Gerry tidak heran jika proses refund tiket pesawat tidak bisa dilakukan dalam waktu sebentar. “Kalau jumlah yang refund hingga 10 juta tiket dalam sebulan ditambah kondisi tidak semua karyawan bekerja di kantor, bisa dibayangkan waktu yang dibutuhkan? Ini memang luar biasa prosesnya bisa 100 kali lipat dari sebelumnya,” ungkap Gerry.
Gerry mengakui, saat ini memang membuat maskapai dan industri pariwisata harus berjuang bertahan hidup. Gerry mengatakan semenjak pembatasan sosial berskala besar (PSBB) diberlakukan jumlah penerbangan turun pada awal Maret menjadi 450 penerbangan perhari dan akhir Maret terus turun menjadi 200 penerbangan perhari.
Belum lagi saat kebijkan larangan mudik diberlakukan, menurutnya trafik juga terus turun menjadi 80 penerbangan dalam sehari. “Jadi bayangkan, pendapatan maskapai bisa putus sebanyak 90 persen padahal harus bayar gaji karyawan, THR, perawatan pesawat, dan lainnya,” ungkap Gerry.
Tak hanya maskapai yang harus menghadapi kondisi sulit namun juga online travel agent (OTA). Sekretaris Jenderal Asosiasi Travel Agent Indonesia (Astindo) Pauline Suharno mengatakan pandemi Covid-19 membuat OTA tak memiliki barang dagangan.
“OTA nih sudah mati suri ibaratnya. Kita selama ini jual tiket pesawat, hotel, transportasi, paket tur, dan menjadi perantara kepada konsumen namun ini semua berkurang drastis,” jelas Pauline.
Meskipun begitu, Pauline memastikan OTA dan maskapai pasti memproses refund yang diajukan calon penumpang. Hanya saja memang membutuhkan waktu untuk memproses semua hal tersebut.
Terlebih menurut Pauline, setiap maskapai baik nasional atau internasional memiliki mekanisme masing-masing dalam menerapkan kebijakan refund setelah terdampak pandemi. “Makanya saya juga imbau kepada maskapai juga memberikan informasi yang sesuai kepada OTA dan kostumer. Maskapai bilang ke kostumer sudah tapi sudah apa? Verifikasi atau baru dilihat atau apa? Sementara OTA belum terima apa-apa,” jelas Pauline.
Pauline mengharapkan, sejak awal hingga nantinya pandemi Covid-19 berakhir, kostumer tidak membatalkan pemesanan tiket. Voucher atau deposit yang diterapkan maskapai diharapkan nantinya ketika pandemi berakhir maka industri pariwisata dan penerbangan kembali pulih lagi.