Kemarin Israel Tanya Kebesaran Militer Mesir, Ini Jawabannya

Mesir selalu mengadakan persenjataan baru setiap tahun dengan Amerika.

AP
Militer Mesir.
Red: Erdy Nasrul

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Pemerintah Israel terkejut mengetahui kekuatan militer Mesir mendadak dimobilisasi ke Sinai. Di sana terpajang puluhan tank Abrams buatan Amerika lengkap beserta pasukannya. Kemudian dari wilayah perairan di dekat sana Mesir juga mengerahkan kapal selam.

Baca Juga


Mengetahui kekuatan militer Mesir berada di Sinai yang mendekati Israel, utusan Israel untuk PBB Danny Danon mempertanyakan bagaimana bisa Mesir memiliki kekuatan militer yang begitu besar, padahal tidak menghadapi ancaman apa pun.

Media al Mayadeen menyebutkan, ini adalah pertama kalinya seorang pejabat tinggi Israel menunjukkan kekagetannya tentang kekuatan militer Mesir. "Mereka (otoritas Mesir) menginvestasikan ratusan juta dolar dalam peralatan modern setiap tahun, dan mereka tidak memiliki ancaman di perbatasan mereka, bagaimana bisa?," kata Danon kepada stasiun radio keagamaan Israel Kol Barma pada Ahad (2/1/2025).

Ternyata jawaban Danon terdapat dalam penjelasan berita Reuters berikut ini. Departemen Luar Negeri AS telah menyetujui potensi penjualan sistem pertahanan produksi Lockheed Martin (LMT.N) dan Northrop Grumman Corp (NOC.N), ke militer Mesir.

Departemen Luar Negeri telah menyetujui kemungkinan penjualan modernisasi rudal pertahanan udara Lockheed senilai 625 juta dolar AS. Rudal ini dapat difungsikan untuk melindungi wilayah udara Mesir dari serangan musuh. Rudal pertahanan udara berfungsi untuk mendeteksi, melacak, mencegat, dan menghancurkan rudal penyerang. Rudal ini juga digunakan untuk melindungi pesawat tempur, helikopter, pesawat tanpa awak, dan rudal jelajah. 

Satu lagi, Amerika juga menyetujui Mesir untuk membeli Radar Jarak Jauh AN/TPS-78 Northrop Grumman dan dukungan terkait yang diperkirakan senilai 304 juta dolar AS. Radar ini dirancang untuk mendeteksi dan melacak banyak target pada jarak jauh. LRR digunakan untuk memantau lokasi sistem udara kawan dan musuh.

LRR memiliki peran penting dalam menjaga kedaulatan ruang udara, terutama di luar garis depan. LRR membantu pusat kendali dan komando untuk membangun Recognised Air Picture (RAP) yang akurat dan up-to-date. 

Kekuatan militer Mesir

Pemeringkatan Global Fire Power (GFP) 2024 menempatkan Mesir pada urutan ke-15 dunia. Kairo memiliki skor PowerIndex sebesar 0,2283 (sempurna: 0,0000). Catatan tersebut membuatnya berhasil mengungguli sejumlah negara Barat. Misalnya seperti Ukraina (18), Jerman (19) hingga Spanyol (20).

Jika melihat daftarnya, Mesir menjadi negara dengan militer terkuat. Berada pada peringkat 15 dunia versi GFP, Kairo bahkan mengungguli negara terkenal seperti Arab Saudi (23). Guna mendukung kekuatan militernya, Mesir juga memiliki anggaran pertahanan. Angkanya sendiri terbilang cukup besar. Menurut GFP, Mesir memiliki anggaran pertahanan mencapai USD9,4 miliar. Nominal tersebut terbilang besar dengan perbandingan 144 negara lain yang masuk pemeringkatan Global Fire Power (GFP).

Secara umum, militer Mesir masih berada di atas Israel. Pemeringkatan GFP 2024 menempatkan Kairo di peringkat 15, sementara Tel Aviv berada di posisi 17. Melihat perbandingan dari sisi ke sisi, Mesir juga sebagian besar unggul. Mereka hanya kalah dari aspek kekuatan udara saja.

 

Jumlah personel tentara

Sementara untuk sisi jumlah tentara, kekuatan darat, kekuatan laut, keuangan hingga logistik dilaporkan menang. Namun, perbandingan di atas berlaku jika Amerika Serikat atau sekutu lain Israel tidak membantu. Peta kekuatannya bisa berubah apabila AS dan sekutu-sekutu lain ikut campur membantu Israel.

Kekuatan militer Mesir akan ditopang 1,22 juta tentara. Jumlah tersebut terbagi atas 440 ribu tentara aktif, sementara sisanya adalah personel cadangan dan unit paramiliter. Selain tentara, kekuatannya juga bakal didukung persenjataan di berbagai sektor.

Pada matra darat, Mesir memiliki 5.340 tank, 77.596 kendaraan lapis baja, 1.119 peluncur roket hingga 3.046 artileri. Beralih ke laut, Kairo punya 2 kapal pengangkut helikopter, 13 fregat, 7 korvet, 8 kapal selam, serta 42 kapal patroli. Sementara di aspek udara, mereka memiliki 238 pesawat tempur, 88 pesawat serang, 59 pesawat transportasi, 346 pesawat latih, 11 pesawat misi khusus, 338 helikopter hingga 100 helikopter serang.



Mesir pernah Menang Lawan Israel

 

Tercatat dalam arsip Republika, konflik Israel-Mesir tak lepas dari skema luas Konflik Israel-Arab. Konflik itu diawali oleh keputusan PBB pada 1947, yang membagi wilayah Palestina menjadi dua bagian: untuk Yahudi dan Palestina. Pihak Yahudi menerima, namun negara-negara Arab sebagai pemilik tanah menolak keras pembagian itu.

Konflik meruncing dan perang terbuka tak terhindari ketika pada 1948, tokoh Yahudi Ben Gurion memproklamasikan negara Israel di bumi Palestina. Tentara Yordania dan Mesir bergabung menggempur kekuatan Israel. Yordania berhasil menguasai Tepi Barat, dan Mesir merebut Jalur Gaza (keduanya wilayah Palestina). Kekuatan Lebanon dan Suriah kemudian menyusul bergabung. Namun, perang selama setahun ini akhirnya dimenangkan Israel, dan dicapai gencatan senjata. Akibat perang ini, sekitar 750.000 warga Palestina terusir dari negerinya menjadi pengungsi di negara-negara Arab sekitar.

Kontak senjata berlanjut antara Mesir dengan Israel yang dibantu Inggris dan Prancis, ketika Presiden Mesir Jamel Abdul Nasir, pada 1956 menasionalisasi Terusan Suez. Dalam perang itu, Israel sempat menguasai sebagian wilayah Sinai, namun kemudian Mesir berhasil merebut kembali.

50 tahun lalu, tepatnya 1967, perang kembali pecah antara Israel dan negara-negara tetangganya. Perang dikenal dengan berbagai nama, mulai dari Perang 1967, Perang Enam Hari, atau Perang Arab. Namun, sejumlah ilmuwan menilai penyebutan Perang 1967 lebih netral.

Meski hanya berlangsung selama enam hari, 5-10 Juni 1967, imbasnya terasa hingga setengah abad setelahnya. Perang pada 1967 adalah hasil dari kulminasi ketegangan sejak lama antara Israel dan negara-negara Arab. Perbatasan antara Mesir dan Israel saat itu relatif kalem. Titik panas ada di perbatasan antara Israel dengan Suriah.

Saat itu, Suriah berupaya merisak Israel dan melindungi pejuang-pejuang Palestina. Israel menyebut mereka teroris dan mencoba memukul mundur. Perang pecah, saat itu semua pihak terlibat, mulai dari negara-negara Barat hingga Uni Soviet.

 

Menurut data Martin Gilbert dalam The Routledge Atlas Of The Arab-Israeli Conflict, perang yang dimulai pada Mei 1967 itu melibatkan 264 ribu personel pasukan Israel dengan 800 tank dan 300 pesawat tempur. Pasukan Arab merupakan pasukan gabungan Mesir, Suriah, dan Yordania. Mereka terdiri atas 340 ribu personel pasukan, 1.800 tank, dan 660 pesawat tempur.

Pada 5 Juni, Israel melancarkan serangan kejutan. Aksi yang disebut Operation Focus itu bertujuan menghancurkan pasukan udara Arab di darat. Sasaran pertama adalah Mesir.

Tel Aviv sudah berlatih operasi ini selama bertahun-tahun sehingga gelombang pertama begitu dahsyat. Tidak seperti Mesir dan pasukan Arab lain, pasukan Israel banyak belajar dari perang dan menyelesaikan tugas-tugas mereka.

Mereka dengan mudahnya melancarkan ratusan misi penghancuran di setiap pangkalan udara Mesir, Yordania, dan Suriah. Permintaan bantuan dihalangi Israel dan berujung pada serangan lanjutan.

Israel sukses besar. Tel Aviv bersorak. Serangan mereka ternyata lebih baik daripada yang sebelumnya direncanakan. Mereka sukses mengejutkan musuh. Hari berikutnya, Israel menyerang Yordania dan Suriah.

 

Misi ini pun sukses, Israel mengendalikan udara. Bukannya tanpa perlawanan, Raja Yordania saat itu membalas serangan dan mengerahkan aliansi militer. Begitu juga dengan Mesir yang melakukan perlawanan di darat.

Selama lima hari, Israel berhasil mencaplok Jalur Gaza, Gurun Sinai Mesir, Dataran Tinggi Golan Suriah, Tepi Barat, dan Yerusalem Timur dari Yordania. Untuk pertama kalinya dalam dua milenium, Israel berhasil menguasai situs Yahudi yang juga tempat suci umat Islam.

Menurut Encyclopaedia Britannica, kerugian yang diderita bangsa Arab amat dahsyat. Korban tewas di pihak Mesir lebih dari 11 ribu orang, Yordania mencapai 6.000 orang, dan Suriah kehilangan 1.000 warganya. Bandingkan dengan Israel yang kehilangan 700 nyawa.

Arab juga menderita pukulan berat di persenjataan dan perlengkapan. Kekalahan telak ini menggerogoti moral masyarakat sekaligus kaum elite Arab. Pemimpin Mesir Gamal Abdul Nasser mundur pada 9 Juni. Namun, massa bergerak meminta ia tetap bertahan di kursi kepresidenan. Sementara, Israel jelas memasuki masa penuh euforia kemenangan.

 

Perang ini paling buruk berimbas pada warga di Palestina. Sejak saat itu, Israel memulai okupasi daerah Palestina. Mereka menganeksasi Yerusalem timur dan Dataran Tinggi Golan. Aksi ini tidak diakui secara internasional. Perang 1967 membuat Israel semakin dikukuhkan menjadi penjajah.

Kemudian pada 1973, terjadi Perang Yom Kippur antara Israel melawan Mesir dan Suriah. Perang ini mengakhiri gencatan senjata di wilayah Timur Tengah yang disepakati pada 1970.

Perang itu terjadi pada hari raya Yahudi, Yom Kippur, yang didahului oleh serangan Mesir dan Suriah. Mesir dan Suriah berusaha merebut kembali wilayah mereka yang hilang akibat kekalahan pada perang enam hari melawan Israel pada 1967.

Perang Yom Kippur yang berlangsung 19 hari, mengalami berbagai efek negatif domestik dan internasional sesudahnya. Perang Dingin yang terjadi pada waktu itu turut mewarnai konflik ini dengan Amerika Serikat dan Uni Soviet berusaha membantu sekutu-sekutu mereka.

Setelah kemenangan pada Perang Enam Hari, Israel menduduki wilayah baru, termasuk Dataran Tinggi Golan yang sebelumnya milik Suriah dan Semenanjung Sinai milik Mesir. Para pemimpin Mesir dan Suriah akhirnya sepakat bergabung untuk melakukan operasi bersama meskipun dengan alasan berbeda.

Mesir berharap membuat Israel mengakui kekuatannya untuk kemudian memaksa penyelesaian damai. Sementara, Presiden Suriah berusaha mencari prestise politik dengan merebut kembali Dataran Tinggi Golan.

Perang Yom Kippur dimulai ketika tentara Mesir dan Suriah menyerang bersama pada 6 Oktober 1973. Selama hari-hari pertama Perang Yom Kippur, tentara Mesir dan Suriah berhasil mencetak kemenangan cepat.

Hal ini bisa dipahami mengingat Israel yang tidak menduga akan datangnya serangan sekaligus rasa percaya diri akan superioritas militer yang mereka miliki. Kemudian, turunlah bantuan dari negara superpower. Amerika Serikat memberikan bantuan peralatan militer sehingga mampu membalikkan keadaan.

Meskipun sudah dibantu Soviet, Mesir dan Suriah tidak mampu menahan laju balasan tentara Israel. Akibat kekhawatiran bahwa Perang Yom Kippur bisa memicu konflik terbuka dua kekuatan nuklir dunia (Amerika Serikat dan Uni Soviet), PBB berusaha keras untuk segera menyudahi perang.

Resolusi 338 Dewan Keamanan PBB akhirnya secara resmi mengakhiri Perang Yom Kippur pada 22 Oktober 1973. Sehingga, perang ini dinyatakan tidak ada pemenangnya. Namun, tingginya biaya perang menyebabkan gejolak ekonomi di negara-negara yang terlibat perang, sekaligus memicu perselisihan politik.

Israel dan Mesir berdamai

Babak baru penyelesaian konflik Arab-Israel terjadi ketika Presiden Mesir Anwar Sadat dan PM Israel Menachem Begin, dengan prakarsa AS, mengadakan perundingan damai di Camp David, AS, pada 17 September 1978. Setahun kemudian, 1979, dicapai kesepakatan damai Mesir-Israel. 

Intinya, kesepakatan itu menegaskan diakhirinya kontak senjata antara Mesir dan Israel, dikembalikannya Semenanjung Sinai kepada Mesir, dan diakuinya Israel sebagai negara oleh Mesir yang ditindaklanjuti oleh pembukaan perwakilan resmi di kedua negara.

Mesir kemudian tercatat sebagai negara Arab pertama yang berdamai dan membuka hubungan diplomatik dengan Israel. Namun, akibat sikap Sadat ini, Mesir dikecam negara-negara Arab, dan dikeluarkan dari keanggotaan Liga Arab. Markas organisasi ini pun kemudian dipindah dari Kairo ke Tunis, untuk beberapa tahun. Sadat dituding sebagai pengkhianat perjuangan bangsa Arab.

sumber : Dokumentasi Republika
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler