AS dan Rusia Bahas Senjata Nuklir
AS berkomitmen tak hengkang dari perjanjian senjata nuklir.
REPUBLIKA.CO.ID, WINA -- Delegasi Amerika Serikat (AS) dan Rusia melakukan pertemuan di Wina, Austria, pada Senin (22/6). Mereka hendak membahas tentang pengendalian senjata nuklir.
Delegasi AS dipimpin Utusan Khusus Presiden AS untuk Duta Kontrol Senjata Marshal Billingsea. Sementara pihak Rusia dipimpin Wakil Menteri Luar Negeri Sergey Ryabkov.
Menurut keterangan Departemen Luar Negeri AS, seperti dikutip laman Voice of America (VoA), mereka akan membahas topik yang disepakati bersama terkait masa depan pengendalian senjata nuklir. Terkait hal itu, AS sebenarnya menginginkan China turut terlibat.
"AS telah memperluas undangan terbuka ke Republik Rakyat China untuk bergabung dalam diskusi ini dalam telah memperjelas perlunya ketiga negara untuk mengejar negosiasi pengendalian senjata dengan iktikad baik," kata Departemen Luar Negeri AS dalam sebuah pernyataan pekan lalu.
Namun China telah berulang kali menyatakan tak berminat dalam perjanjian semacam itu dengan AS dan Rusia. AS berkomitmen untuk tidak hengkang dari perjanjian nuklir Strategic Arms Reduction Treaty (New START) yang dijalin dengan Rusia. Perjanjian itu telah berakhir pada Februari lalu.
Dalam New START, AS dan Rusia dilarang mengerahkan lebih dari 1.550 hulu ledak nuklir, membatasi rudal, dan pembom berbasis darat serta kapal selam yang mengirimnya. Namun Presiden AS Donald Trump telah beberapa kali menuding Rusia tak mematuhi perjanjian tersebut.
Pada 7 Mei lalu, Trump sempat mengatakan bahwa AS berkomitmen terhadap kesepakatan pengendalian senjata yang efektif. Namun dia menginginkan hal itu tak hanya melibatkan negaranya dan Rusia, tapi juga Cina.