Arab Saudi Kutuk Serangan Rudal Houthi ke Riyadh
Arab Saudi menyebut drone dan rudal Houthi menargetkan warga sipil di Riyadh.
REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH — Kabinet Arab Saudi mengutuk serangan delapan pesawat nirawak bersenjata dan tiga rudal balistik yang dilancarkan kelompok Houthi Yaman. Kabinet Saudi memandang serangan itu merupakan aksi teror.
Dalam pernyataan yang dirilis Saudi Press Agency pada Selasa (23/6) malam, disebutkan bahwa serangan pesawat drone dan rudal balistik itu menargetkan warga sipil serta mengancam kehidupan ratusan orang di Ibu Kota Riyadh. Setidaknya dua ledakan besar terdengar di kota tersebut.
Dilaporkan laman Aljazirah, Houthi mengeklaim serangan yang dilancarkannya berhasil mengenai gedung Kementerian Pertahanan Saudi dan markas militer. Namun, tak ada tanda-tanda gedung tersebut terhantam misil atau menjadi sasaran tembakan drone.
Daerah di sekitar gedung Kementerian Pertahanan Saudi di Riyadh pun tampak lengang pada Selasa malam. Lalu lintas berjalan normal tanpa ada langkah-langkah pengamanan tambahan.
Juru bicara koalisi militer Saudi di Yaman, Kolonel Turki al-Malki, mengatakan, pihaknya berhasil menembak jatuh rudal yang ditembakkan Houthi. Oleh sebab itu, serangan mereka tak dapat menjangkau target di Riyadh.
Selain itu, koalisi militer Saudi menembak jatuh tiga rudal yang mengarah ke Najran dan Jizan. Sejumlah drone pun dilumpuhkan. Al-Malki mengecam serangan Houthi. Menurut dia, serangan itu merupakan aksi permusuhan yang sengaja dirancang untuk membidik warga sipil.
Serangan itu bukan pertama kalinya Houthi berupaya menyerang Saudi. Sebelumnya, kelompok tersebut telah berulang kali melakukan aksi serupa. Tindakan itu merupakan bentuk respons Houthi atas intervensi militer Saudi di Yaman.
Konflik Yaman telah berlangsung sejak 2014. Pemicunya adalah dikuasainya Ibu Kota Sanaa oleh Houthi. Tak hanya itu, Houthi pun berhasil mengontrol sebagian besar wilayah utara Yaman di sepanjang perbatasan dengan Saudi.
Pada Maret 2015, Saudi memimpin koalisi untuk melakukan intervensi militer ke Yaman. Mereka berupaya mengembalikan pemerintahan Presiden Abed Rabbo Mansour Hadi yang diakui secara internasional ke tampuk kekuasaan.
Sejak saat itu Saudi gencar melancarkan serangan udara ke Yaman. Sekolah, rumah sakit, dan fasilitas publik lainnya turut terdampak serangan Riyadh. Konflik telah menyebabkan jutaan warga di sana mengalami kelaparan. Akses ke fasilitas atau layanan kesehatan makin sulit. PBB telah menyebut krisis Yaman sebagai krisis kemanusiaan terburuk di dunia.
Menurut Armed Conflict Location and Event Data Project, konflik Yaman telah menyebabkan lebih dari 100 ribu orang tewas, termasuk di dalamnya gerilyawan Houthi dan warga sipil.