PUPR: Program ABSAH Serap 20 Ribu Tenaga Kerja

Sasaran program ABSAH sebanyak 94 lokasi dengan alokasi anggaran sebesar Rp 38 miliar

ANTARA/PUSPA PERWITASARI
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuldjono. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mencatat program pembangunan akuifer buatan simpanan air hujan (ABSAH) pada Padat Karya Tunai (PKT) TA 2020 telah menyerap tenaga kerja sebanyak 20.755 hari orang kerja (HOK).
Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mencatat program pembangunan akuifer buatan simpanan air hujan (ABSAH) pada Padat Karya Tunai (PKT) TA 2020 telah menyerap tenaga kerja sebanyak 20.755 hari orang kerja (HOK). Selain untuk mempercepat pemulihan ekonomi dan meningkatkan daya beli masyarakat, PKT juga bertujuan mendistribusikan dana hingga ke desa/pelosok dan mengurangi pengangguran akibat pandemi Covid-19. 


"Pola pelaksanaan PKT juga harus memperhatikan protokol physical dan social distancing untuk pencegahan penyebaran Covid-19," kata Menteri PUPR Basuki Hadimuljono dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat (26/6).

Ia mengatakan penyaluran padat karya ABSAH dilaksanakan melalui pembangunan infrastruktur yang melibatkan masyarakat/warga setempat sebagai pelaku pembangunan. Khususnya infrastruktur berskala kecil atau pekerjaan sederhana yang tidak membutuhkan teknologi.

Pada TA 2020, sasaran program ABSAH sebanyak 94 lokasi dengan alokasi anggaran sebesar Rp 38 miliar. Hingga pertengahan Juni 2020, pembangunan ABSAH terealisasi sebanyak 79 lokasi yang dikerjakan oleh 10 Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS/BWS) Ditjen Sumber Daya Air Kementerian PUPR dengan progres konstruksi seluruhnya mencapai 55,54 persen dan telah menyerap 20.755 HOK.

Kementerian PUPR telah menyalurkan program pembangunan ABSAH melalui PKTTA 2020 untuk mendukung penanganan dampak sosial ekonomi Covid-19, khususnya untuk mengurangi angka pengangguran dan mempertahankan daya beli masyarakat.

Inovasi ABSAH merupakan infrastruktur penyediaan air baku mandiri dengan prinsip kerja menampung air hujan dalam tampungan yang disaring dengan media akuifer buatan (kerikil,pasir, bata merah, batu gamping, ijuk, dan arang). Pembangunan ABSAH diprioritaskan pada daerah kering, kawasan sulit air karena faktor geologi dan iklim, pulau-pulau kecil, dan daerah berair asin.

Di Provinsi Jawa Tengah, inovasi ABSAH dibangun masing-masing satu lokasi di Kabupaten Demak, Grobokan, dan Pemalang serta 19 lokasi di Kabupaten Sukoharjo. Provinsi lain yang menjadi sasaran ABSAH adalah Maluku di 35 lokasi yakni Kabupaten Maluku Barat dengan status terkontrak, yakni Desa Oirata Barat lima lokasi, Desa Wonreli lima lokasi, Dusun Worono lima lokasi, Desa Oirata Timur lima lokasi, Desa Purpura lima lokasi, dan Dusun Son Putih lima lokasi.

Kehadiran ABSAH di Maluku diharapkan dapat membantu penyediaan air bersih dan air minum masyarakat dari air hujan yang memenuhi baku mutu untuk melayani standar kebutuhan air baku minimal di tengah ketidakpastian kondisi ekonomi akibat Covid-19. Sehingga masyarakat setempat akan terbantu secara sosial maupun ekonomi karena tidak harus membeli air (memanfaatkan air hujan).

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler