Arus Kas Negatif, Pertamina tak Bisa Turunkan Harga BBM
Anjloknya harga minyak dunia kemarin juga berdampak pada keuangan Pertamina.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Harga minyak dunia yang sempat anjlok ke 21 dolar AS per barel tak bisa membuat Pertamina menurunkan harga jual BBM ke masyarakat. Alasannya, saat harga minyak dunia anjlok, arus kas perusahaan juga ikut ambles.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menjelaskan, Indonesia sebagai negara net importir tak bisa serta-merta menurunkan harga jual BBM seperti laiknya negara lain. Ia menjelaskan, anjloknya harga minyak dunia kemarin juga berdampak pada keuangan perusahaan.
"Memang harga minyak dunia sempat turun kemarin. Tapi, kondisi arus kas kita juga negatif. April-Mei itu cashflow kita negatif," ujar Nicke di Komisi VI DPR, Senin (29/6).
Alasan arus kas perusahaan menjadi negatif, Nicke menjelaskan, karena adanya depresiasi rupiah. Meski harga minyak dunia anjlok, nilai tukar rupiah atas dolar AS juga turut anjlok sehingga hal tersebut berpengaruh pada keuangan perusahaan yang pendapatan dari rupiah, sedangkan pembelian minyak menggunakan dolar AS.
"Justru ICP turun ketika rupiah depresiasinya dalam. Jadi, asumsi dan realisasi kurs itu ada gap. Walaupun ICP turun, tapi kursnya naik. Ada rugi selisih kurs," ujar Nicke.
Di satu sisi, menurut Nicke, kondisi melemahnya harga minyak dunia juga dibarengi dengan pelemahan daya beli. Ia menjelaskan, per Ahad (28/6) kemarin penurunan permintaan Pertamina sampai 25 persen.
"Ketika harga turun, demand juga pas rendah. Per keramrin penurunan demand kita sampai 25 persen," ujar Nicke.