Pemprov Jabar Ganti Komponen Bansos Telur Jadi Susu

Penyaluran bansos telur dinilai memiliki masalah saat sampai di masyarakat.

ANTARA/Yulius Satria Wijaya
Petugas pos menata logistik bantuan sosial untuk warga yang terdampak perekonomiannya akibat COVID-19 di Kantor Pos, Cibinong, Bogor, Jawa Barat, Jumat (17/4/2020). Pemerintah Provinsi Jawa Barat menyalurkan bantuan sosial (bansos) senilai Rp500 ribu bagi warga yang berpenghasilan rendah dan termasuk miskin baru akibat pandemi COVID-19, khususnya di zona merah persebaran yaitu Bogor, Depok, dan Bekasi
Rep: Arie Lukihardianti Red: Nur Aini

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa barat akan mengganti komoditas telur yang akan disalurkan kepada masyarakat melalui bantuan sosial (Bansos) tahap dua Covid-19. Menurut Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, penggantian komoditas Bansos tersebut dilakukan, menyusul banyaknya masalah yang terjadi di lapangan dalam pembagian telur pada pembagian bansos tahap pertama.

Baca Juga


Ridwan Kamil mengatakan, pihaknya terus melakukan evaluasi terkait Bansos yang diberikan oleh provinsi kepada masyarakat. Berdasaran laporan, komoditas telur lebih banyak mengalami permasalahan.

"Bansos tahap berikutnya telur di Bansos akan dihilangkan karena banyak masalah saya amati, ini memang repot," ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil di Gedung Sate, Kota Bandung, Senin (29/6).

Emil mengatakan, pihaknya telah mendengarkan masukan dari berbagai pihak untuk mengganti kebutuhan protein dalam bansos yang didapatkan dari telur. Mengingat adanya permasalahan, maka pihaknya memilih komoditas susu untuk menggantikan telur.

"Ini contoh kita mendengar dan mengevaluasi sehingga tahap dua ini telur akan diganti susu untuk protein," katanya.

Emil optimistis, dengan melakukan konversi telur dengan susu untuk Bansos ini pun dapat menggejot kehidupan ekonomi lokal. Di mana pihaknya, akan menggandeng UKM sebagai penyedia susu yang nantinya akan disalurkan kepada masyarakat.

"Kami akan membeli susu ke koperasi peternak susu perah dan menghidupkan ekonomi lokal UKM-nya, sambil menggantikan ini protein dari telur," katanya.

Selain berkoordinasi dengan DPRD Jawa Barat mengenai pembagian Bansos, kata Emil, pihaknya pun sudah berdiskusi dengan ahli gizi. Sehingga bantuan yang diterima oleh masyarakat menjadi labih terukur, baik itu mengenain protein, karbohidrat, maupun vitamin.

"Sehingga ada karbohidrat, protein, dan lain lain, sehingga kalau ada satu elemen diganti maka elemen pengganti harus kelompok yang sama. Jadi nggak bisa digantikan menjadi karbohidrat. Hasil diskusinya kurang lebih susu," paparnya.

Berkaca dari pembagian telur, Emil tidak ingin susu yang disalurkan kepada masyarakat kembali menimbulkan masalah. Oleh karena itu, pihaknya akan terus mengkaji mengenai manfaat maupun durasi kadaluarsa susu tersebut. Sehingga, seluruh komoditas yang disalurkan kepada masyarakat melalui bansos benar-benar layak dikonsumsi.

Menurut Emil, Pemprov Jabar juga akan belajar jangan sampai pilihannya memperumit lagi. Misalnya, dengan memperhatikan durasi kadaluarsanya.

"Nah ini belum diputuskan apakah bentuknya bubuk, ataukah cair, apakah yang siap diminum. Tapi kita putuskan adalah susu, kemudian ada penambahan masker bahwa teknisnya itu belum kita putuskan," katanya.

Emil menjelaskan, penambahan masker pada Bansos tahap II ini dilakukan karena, Jabar sudah memasuki tahap Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB). Sehingga, semua masyarakat harus benar-benar menggunakan masker saat beraktivitas. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler