Putri Bruce Lee Kecam Pemakaian Istilah Kung Flu oleh Trump
Donald Trump memakai kung flu sebagai kata ganti Covid-19.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Shannon Lee, putri aktor laga legendaris dan ikon budaya pop Bruce Lee, mengecam penggunaan istilah "kung flu" oleh Presiden Donald Trump sebagai nama panggilan untuk Covid-19. Dia juga berbagi pemikiran tentang filosofi kungfu,dan pemanfaatannya untuk melawan rasisme.
Lee yang rajin menulis dan berbagi tentang filosofi ayahnya, mengatakan bahwa retorika rasis Trump bertentangan dengan semangat dari praktik kung fu serta ajaran-ajarannya. Trump menggunakan istilah itu ketika kampanye di Tulsa, Oklahoma, pekan lalu, setelah mengeluarkan lelucon bahwa virus corona memiliki banyak nama lain dalam sejarah.
"Aku bisa menyebutkan 'kung flu'. Aku bisa menyebutkan 19 versi nama yang berbeda," kata Trump kepada simpatisannya.
Terlepas dari reaksi keras dari komunitas Asia-Amerika, Trump malah tetap bebal dan mengucapkan lagi istilah itu di depan pendukungnya di Dream City Church, Phoenix. Ironisnya, banyak pejabat seperti sekretaris pers Gedung Putih Kayleigh McEnany dan penasihat Gedung Putih Kellyanne Conway ikut menggunakan istilah kung flu.
Buzz Patterson, seorang kandidat dari Partai Republik yang mencalonkan diri sebagai anggota House di Kalifornia, bahkan bertanya secara retoris, "Jika kung flu adalah rasis, apakah itu berarti Bruce Lee dan kung fu adalah film rasis?"
Tak heran jika Shanon Lee merasa geram dengan pernyataan para pejabat dari partai sayap kanan tersebut. Lee menegaskan bahwa istilah 'kung flu' semacam lelucon yang mengorbankan budaya dan masyarakat Asia.
"Komentar itu sangatlah rasis, khususnya dalam konteks zaman pandemi sekarang. Karena itu membuat masyarakat China tidak aman," kata Lee seperti dilansir NBC, Kamis (2/7).
"Ayah saya berperang melawan rasisme dalam film-filmnya," kata Lee membalas penyataan Patterson.
Lee menunjukkan bahwa dalam bahasa China, istilah "kung fu" mengacu pada kedisiplinan atau keterampilan apa pun yang dicapai melalui kerja keras dan latihan. Mengacu pada seni bela diri China, ia mencatat kung fu adalah tradisi yang telah ada berabad-abad lalu yang didasarkan pada ketabahan dan keberanian.
Karenanya penggunaan istilah-istilah seperti "kung flu" dan "virus China" sangatlah meresahkan, terutama bagi mereka yang telah menjaga filosofi bela diri kung fu sejak lama.
"Dari sudut pandang seni bela diri yang sangat murni, saya pikir itu tidak pantas digunakan dengan cara ini. Tampaknya sangat bertentangan dengan gagasan kung fu. Kung fu adalah untuk membangun kekuatan batin," tutur Lee.
Lee mengingatkan untuk tidak melegalisasi praktik kampanye yang memecah-belah seperti itu. Dia menekankan bahwa dalam berbagai aspek kehidupan ayahnya, Bruce Lee malah berusaha untuk menumbuhkan persatuan dan secara aktif mengurangi budaya stereotipe.