Perkuat Ketahanan Pangan Lewat Olahan Qurban

Daging qurban olahan terinspirasi dari kisah Nabi Yusuf AS

istimewa
Daging sapi olahan bentuk abon dari Inisiatif Zakat Indonesia (IZI) untuk penerima manfaat kurban di daerah 3T. D
Rep: Imas Damayanti Red: A.Syalaby Ichsan

REPUBLIKA.CO.ID, Momentum qurban dijadikan ajang untuk beraksi dan berkarya dengan maksimal untuk membantu umat bagi lembaga filantropi. Sejumlah lembaga amil zakat nasional (Laznas) membidik program ketahanan pangan dari qurban yang mereka himpun.


CEO Rumah Zakat Nur Efendi menyampaikan, program qurban secara daring digencarkan selama masa pandemi virus korona jenis baru (Covid-19). Tujuannya adalah untuk menjaga ketahanan pangan umat yang terkena dampak pandemi.

“Kita olah qurban online ini menjadi kornet atau daging-daging olahan. Hal itu untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat terdampak secara lebih luas dan dengan jangka waktu yang cukup lama,” kata Nur Efendi saat dihubungi Republika, Selasa (30/6). 

Dia menjelaskan, sistem ketahanan pangan di dalam qurban tersebut merupakan suatu hal yang diajarkan agama. Daging qurban olahan terinspirasi dari kisah Nabi Yusuf AS. Pada  masanya, Nabi Yusuf memerintahkan umatnya untuk menyiapkan makanan selama tujuh tahun pada saat keberlimpahan untuk kemudian disimpan.  Hasil simpanan makanan tersebut pun dikeluarkan hingga tujuh tahun mendatang pada masa paceklik. 

Pada masa modern, skema ini dikenal sebagai ketahanan pangan. Untuk itu, dia menjelaskan,  program qurban yang dihimpun secara daring (online) dan luring (offline) pun akan diarahkan pada ketahanan pangan masyarakat. 

Dia menjelaskan, musim kurban memiliki  potensi daging yang sangat besar. Akan sangat disayangkan apabila potensi protein hewani tersebut hanya dihabiskan dalam jangka waktu tiga hari pada masa Idul Adha. Dia melihat, pada masa kenormalan yang baru (new normal) dan masih berlangsungnya pandemi, ketahanan pangan masyarakat cukup terancam. Dengan begitu, apabila qurban yang dihimpun Rumah Zakat itu dapat diolah dan didistribusikan, dia berharap para mustahik dapat terbantu dengan baik. 

Tim Relawan Rumah Zakat Kalimantan Barat bersama komunitas gabungan PKAK dan Payung Teduh Community bergerak menuju Desa Dabong Kecamatan Kubu dan Desa Nibung Kecamatan Teluk Pakedai. Kegiatan tersebut untuk menyalurkan 100 paket sembako dan 200 kornet siaga pangan. Penyaluran dilakukan menggunakan speed boat, Sabtu (06/6). - (istimewa)

“Daya tahan daging olahan ini bisa sampai tiga tahun. Sehingga, ketika musim qurban sudah berlalu, nantinya pun para mustahik kita jaga ketahanan pangannya,” ungkap dia. 

Dari tahun ke tahun, pertumbuhan qurban di Rumah Zakat meningkat. Menurut dia, hal itu tak lepas dari bukti kepercayaan masyarakat kepada Rumah Zakat dalam menghimpun, mengelola, dan mendistribusikan zakat ataupun qurban yang diamanatkan para donatur (muzaki). Adapun program ketahanan pangan dalam musim qurban tahun ini ada pada angka satu juta paket superqurban atau minimal 20 ribu dari jumlah pequrban. “Kami harapannya bisa lebih dari yang kami targetkan,” kata dia. 

Di sisi lain, dia menjelaskan, dengan adanya kurban //online// dan program superqurban dengan daging olahan, Rumah Zakat dapat menyasar wilayah-wilayah yang terdampak pandemi maupun wilayah-wilayah yang sulit terjangkau daging qurban segar. Rumah Zakat pun mendistribusikan qurban pada 34 provinsi secara reguler dan mendistribusikan juga ke wilayah-wilayah prioritas. “Wilayah prioritas itu, seperti di Jabodetabek, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatra Selatan, dan lainnya,” kata dia. 

Direktur Pendayagunaan Inisiatif Zakat Indonesia (IZI) Nana Sudiana mengatakan, program qurban IZI tahun ini juga berfokus pada daging olahan. IZI, kata dia, berfokus pada daging olahan berupa abon sebab sifatnya yang praktis dan dapat langsung dinikmati oleh para mustahik. Daging qurban yang diolah dalam bentuk  abon dimanfaatkan untuk  membantu para calon pequrban dalam melaksanakan ibadah qurban. Adapun pendistribusian abon tersebut rencananya akan menyasar ke wilayah-wilayah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T).

 “Karena, qurban dalam bentuk daging segar akan sulit untuk menjangkau wilayah-wilayah tertentu serta ada batasan waktu kapan daging segar itu boleh dikonsumsi. Sehingga, kami putuskan untuk mengolahnya menjadi abon,” ungkap Nana.

 

 

Qurban dalam bentuk daging segar akan sulit untuk menjangkau wilayah-wilayah tertentu. 

 

 

NAMA TOKOH Nana Sudiana (Direktur Pendayagunaan IZI)
 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler