Sidebar

UNS Bahas Babak Baru Menuju New Normal

Sunday, 05 Jul 2020 06:04 WIB
UNS Bahas Babak Baru Menuju New Normal. Foto: Pedagang mengenakan masker dan pelindung wajah melayani pembeli di kawasan Jalan Kapten Tata Natanegara, Kota Bandung, Rabu (10/6). Sejumlah pedagang di kawasan tersebut menerapkan protokol kesehatan jelang new normal atau adaptasi kebiasaan baru (AKB), sekaligus sebagai upaya pencegahan virus Corona (Covid-19)

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Pusat Unggulan IPTEK (PUI) Javanologi Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo menggelar webinar Internasional Pagebluk dan Keseimbangan Alam: Babak Baru Masyarakat Jawa Menuju New Normal, Sabtu (4/7). Tercatat 925 pendaftar dari berbagai negara bergabung melalui Zoom Meeting dan kanal Youtube Universitas Sebelas Maret.

Webinar menghadirkan lima pembicara yakni, Sri Hartini selaku Sekretaris Dirjen Kebudayaan Kemendikbud mewakili Hilmar Farid selaku Dirjen Kebudayaan Kemendikbud. Kemudian Datuk Sukiman bin Sarmani sebagai Diaspora Jawa di Malaysia, Hywel Coleman dari University of Leeds United Kingdom, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, serta Johan Raksowidjojo dari Nederlands Javanese Diaspora.

Sri Hartini menjelaskan mengenai "Seni, Pagebluk dan Tradisi". Pagebluk identik dengan tanda alam yang biasa diartikan oleh orang zaman dahulu sebagai kondisi yang kurang baik. Menghadapi kondisi tersebut masyarakat biasa melakukan solusi tradisional untuk menghadapinya seperti melakukan aksi tolak bala, membuat pamunah atau penawar serta melakukan pangruwat.

"Dimasa kini fase-fase tersebut mampu memberikan makna bagi masyarakat. Seperti pada bidang ekonomi misalnya rempah-rempah menjadi trend yang bisa dikembangkan menjadi komoditas baru. Serta dalam penyelenggaraan kesenian, seniman tanah air semakin kreatif menyelenggarakan acara," terangnya seperti tertulis dalam siaran pers.

Kemudian pembicada dari Diaspora Jawa di Malaysia, Datuk Sukiman bin Sarman menyampaikan kondisi keturunan Jawa yang bertahan hidup di Malaysia selama masa pandemi. Datuk Sukiman bin Sarman menceritakan, keturunan Jawa di Malaysia masih memegang teguh budaya leluhur dalam menghadapi situasi ini. Seperti menggunakan tiga falsafah yakni manut dan patuh, guyub serta kerjasama gotong royong.

Hywel Coleman dari University of Leeds, United Kingdom menyampaikan tentang cara penyampaian pesan secara efektif kepada masyarakat pada masa kini. Masing-masing memiliki bentuk tersendiri supaya bisa diterima masyarakat. Menurut survei sederhana yang dilakukan Hywel Coleman di lingkungan sekitar tempat tinggalnya, masih ditemukan masyarakat yang belum memahami istilah-istilah yang muncul di masa pandemi ini. Hal tersebut menjadi perhatian karena belum semua informasi tersampaikan dengan baik kepada masyarakat.
 
Sementara itu, Johan Raksowidjojo yang lahir di Suriname dan telah lama hidup di Belanda membuat keturunan Jawa ini terbiasa dengan berbagai bahasa di antaranya, bahasa Jawa, Indonesia, Inggris dan Belanda. Nilai-nilai luhur dari budaya Jawa masih lekat dalam kehidupan sehari-hari yang dilakukannya. Johan Raksowidjojo juga menjelaskan beberapa peraturan yang berlaku di negara kincir angin pada masa pandemi ini.

"Saiki wong Jowo saka Suriname ing Welandi kabeh sedih, kabeh sepi, nyekrukuk koyo pithik dikurung, ngenteni srengenge lan akhire Corona Covid-19, matur nuwun [Sekarang orang Jawa dari Suriname di Belanda semuanya sedih, semua sepi, mendekam seperti ayam dikurung, menunggu matahari dan akhir dari Corona Covid-19, terima kasih]," tutup Johan Raksowidjojo menggunakan bahasa Jawa.

Di akhir webinar ketua PUI Javanologi UNS, Sahid teguh Widodo menyampaikan kesimpulan hasil diskusi dari agenda tersebut. Sahid menyampaikan, nilai-nilai kultural memiliki manfaat bagi situasi saat ini. "Direkomendasikan untuk tetap menggali nilai-nilai kultural sebagai nilai dasar yang dapat bermanfaat sebagai bahan penyusunan kebijakan pemerintah di dalam mengatasi dampak pandemi Covid-19," ucap Sahid.

Baca Juga


Berita terkait

Berita Lainnya