Bamsoet Bahas Investasi Saat Bertemu Dubes Qatar
Pada 2019, Qatar mengalokasikan 500 juta dolar AS untuk pengembangan Labuan Baju
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua MPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet) membahas peningkatan investasi saat bertemu dengan Duta Besar Qatar untuk Indonesia Fawziya Edrees Salman Al-Sulaiti di Ruang Kerja Ketua MPR RI, Kompleks Parlemen RI, Senayan, Jakarta, Selasa (14/7). Bamsoet mengatakan Indonesia ingin menjalin kerja sama yang lebih erat melalui investasi dengan berbagai negara, termasuk Qatar.
"Sejak 2011, Qatar tercatat menjadi negara berpenduduk Muslim terkaya dunia dengan pendapatan per kapita per tahun mencapai 93.965 dolar AS dengan produk domestik bruto (PDB) mencapai 210.002 dolar AS, sehingga ekspansi investasi Qatar ke berbagai negara juga sangat agresif. Indonesia siap menampung investasi dari Qatar," ujar Bamsoet.
Pada 2019, melalui Qatar Investment Authority (QIA), Qatar sudah mengalokasikan 500 juta dolar AS, antara lain untuk pengembangan investasi di Labuan Bajo yang mencapai 100 juta dolar AS.
Investasi lainnya dalam kerja sama PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan PT Pembangkitan Jawa Bali (PJB) dengan Nebras Power untuk pembangunan PLTGU 800 MW dengan nilai investasi mencapai 1 miliar dolar AS.
Namun, mantan Ketua DPR RI itu mendorong peningkatan investasi Qatar di Indonesia. Pemerintah Indonesia sudah menyiapkan berbagai kemudahan untuk lebih menarik investor dari berbagai negara.
Baik dari segi perizinan maupun keringanan perpajakan. Semuanya akan terangkum dalam RUU Cipta Kerja yang sebentar lagi akan disahkan.
Selain masalah investasi, Bamsoet juga membahas perihal gagasan MPR RI untuk membentuk Majelis Syuro Parlemen Dunia (World Consultative Assembly) dengan Dubes Qatar.
"Selain masalah investasi, kami juga sampaikan MPR RI sedang menggagas pembentukan Majelis Syuro Parlemen Dunia (Wolrd Consultative Assembly) sebagai wadah berhimpunnya parlemen negara berpenduduk mayoritas Muslim menggalang kerja sama di berbagai bidang. Semangat Ukhuwah Islamiyyah selain harus diterapkan dalam hubungan kemanusiaan, juga harus diwujudkan dalam hubungan parlemen antarnegara," ujar Bamsoet.
Tak hanya itu, Kepala Badan Bela Negara FKPPI ini juga meminta jaringan stasiun TV Aljazeera yang berbasis di Doha, Qatar, bisa berimbang dalam meliput pemberitaan tentang Indonesia.
Khususnya, mengenai kondisi di Papua dan Papua Barat. Pandangan bahwa berita baik adalah berita buruk, menurut Bamsoet, perlu didasarkan pada objektivitas pemberitaan dan keseimbangan dalam menggali sumber pemberitaan.
"Hubungan baik yang telah terjalin antara Indonesia dengan Qatar sejak tahun 1976, harus tetap terjaga," kata Bamsoet.
Bamsoet mengatakan bahwa diundangnya Indonesia melalui Menlu RI untuk menyaksikan penandatanganan Comprehensive Peace Agreement (CPA) antara Amerika Serikat dan Taliban di Doha, Qatar, menunjukkan bahwa antara Indonesia dan Qatar selalu bekerjansama menciptakan perdamaian.
Pada akhir pertemuan, Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia itu menyempatkan diri untuk berkolaborasi bareng Duta Besar Qatar untuk Indonesia,Fawziya Edrees Salman Al-Sulaiti untuk membuat video blog (vlog) di Youtube.
Dengan berkolaborasi lewat Youtube, Bamsoet ingin menguatkan posisi Indonesia di kancah diplomasi Internasional, termasuk mengenalkan Empat Pilar MPR RI kepada masyarakat dunia.
"Duta Besar Qatar Fawziya yang baru satu bulan bertugas di Indonesia sangat terkesan dengan penduduk Indonesia yang ramah. Beliau merasa nyaman berada di sini. Sikap ramah tamah penduduk Indonesia tentu tak lepas dari akar budaya dan kearifan lokal. Sebagai bangsa yang beradab dan berbudaya, mari kita jaga citra bangsa yang kondusif. Sebagai penduduk Muslim terbesar dunia, mari kita buktikan bahwa Indonesia adalah wujud nyata dari Islam sebagai Rahmatan Lil Alamin, kasih sayang bagi semesta alam," pungkas Bamsoet.