Bank Sentral: Ekonomi Inggris Mulai Pulih

Terdapat aktivitas cukup kuat di pasar perumahan dan penjualan mobil baru

AP / Frank Augstein
Seorang pembelanja melihat pakaian di sebuah toko di sepanjang Oxford Street di London, Selasa, 14 Juli 2020. Gubernur Bank Sentral Inggris (BoE) Andrew Bailey mengatakan, ekonomi Inggris sudah mulai memulih setelah penerapan lockdown.
Rep: Adinda Pryanka Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Gubernur Bank Sentral Inggris (BoE) Andrew Bailey mengatakan, ekonomi Inggris sudah mulai memulih setelah penerapan lockdown. Tapi, beberapa sektor padat karya tetap terlihat lemah dan prospek jangka panjangnya masih tidak jelas.

Baca Juga


"Kami melihat, aktivitas ekonomi mulai berjalan kembali. Kami mulai melihat pemulihan ini," kata Bailey selama webinar yang diselenggarakan bank sentral, seperti dilansir Reuters, Jumat (17/7).

Bailey menambahkan, terdapat tanda-tanda aktivitas kembali yang cukup kuat di pasar perumahan dan penjualan mobil baru. Tapi, situasi kontras terjadi di perhotelan dan hiburan yang justru mempekerjakan banyak orang dengan sebagian besar di antaranya memiliki upah rendah.

Saat ini, Bailey mengatakan, situasi ketidakpastian masih merundung aktivitas ekonomi Inggris. Pertanyaan sangat besar mengenai seberapa berhati-hati orang untuk kembali ke kehidupan normal seperti sebelum krisis dan risiko gelombang kedua Covid-19 atau wabah lokal terus bermunculan.

Pada awal pekan ini, ekonomi Inggris diperkirakan menyusut lebih dari 14 persen sepanjang 2020 apabila ada kerusakan yang berkelanjutan dari virus corona.

Tapi, Bailey menyebutkan, BoE masih belum mengetahui seberapa banyak dan besar kerusakan jangka panjang yang akan diderita ekonomi sebagai akibat dari kegagalan perusahaan. "Kami belum tahu informasi lengkap tentang ini," katanya,

Sementara itu, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson berharap Inggris dapat kembali normal sebelum Natal. Pemerintah akan menghapus pembatasan secara bertahap, namun tetap menjaga protokol kesehatan berjalan dengan maksimal. Ia juga memastikan, negara harus mempersiapkan yang terburuk, meski tetap berharap yang terbaik.

Covid-19 telah menelan korban meninggal lebih dari 45 ribu orang di Inggris. Ini menjadi yang terburuk di Eropa. Tapi, kini, Inggris sudah mulai merelaksasi pembatasan seiring penurunan jumlah kasus aktif dan tingkat infeksi. Bahkan, Johnson menyebutkan, aturan jarak sosial kemungkinan akan dibatalkan ketika Natal.

"Ini harapan saya yang begitu kuat dan tulus bahwa kita akan dapat mengevaluasi pembatasan luar biasa ini dan kembali ke aktivitas normal yang lebih signifikan, paling cepat pada November, atau mungkin pada saat Natal," katanya.

Tapi, Johnson menekankan, rencana tersebut tergantung pada keberhasilan dalam menurunkan tingkat infeksi. Pemerintah akan menambah dana kesehatan dan meningkatkan sumber daya bagi pemerintah daerah untuk mengunci hotspot Covid-19.

Ke depannya, pemerintah juga akan meningkatkan kapasitas pengujian, menambah ketersediaan alat-alat pelindung diri. Untuk mencegah peningkatan penyebarna akibat penyakit musiman lainnya, pemerintah Inggris bahkan berencana menambah program vaksinasi flu tahunannya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler