Tren Utang Terus Naik, Pemerintah Disarankan Cari Keringanan
Kenaikan utang ini untuk menutup kebutuhan defisit APBN selama masa pandemi.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tren utang luar negeri (ULN) Indonesia diperkirakan masih akan meningkat hingga akhir tahun 2020. Peneliti Indef, Bhima Yudhistira Adhinegara menyampaikan ULN swasta cukup lambat dan yang tinggi adalah ULN pemerintah.
Kenaikan ini untuk menutup kebutuhan defisit APBN selama masa pandemi. "Permasalahannya ada di-apetite atau daya tarik investor bisa menurun karena suku bunga turun berpengaruh terhadap rate bunga utang," katanya pada Republika.co.id, Ahad (19/7).
Sehingga ada risiko investor mengurangi kepemilikan SBN. Sementara, negara lain sedang berlomba untuk cari sumber pembiayaan baru. Kondisi ini bisa ciptakan debt overhang, utang yang terlalu besar akan hambat pertumbuhan ekonomi. Ada efek crowding out juga ke perbankan.
Bhima menyatakan, daripada agresif menerbitkan pembiayaan baru sebaiknya pemerintah mulai aktif renegosiasi utang dengan kreditur. Pembahasan di G20 sendiri sudah mulai masuk pada kemungkinan debt relief atau pengampunan utang. Indonesia bisa mencoba agar beban kewajiban utang bisa turun.
"Optimistis kita bisa debt relief di tingkat Rp 200-300 triliun jika pemerintah aktif lakukan dorongan untuk pengampunan utang," katanya.
Per Mei 2020, total pinjaman pemerintah ke lembaga bilateral dan multilateral mencapai 21,4 miliar dolar AS dan 30,3 miliar dolar AS. Jadi ada total 51,7 miliar dolar AS atau setara Rp 759 triliun yang bisa dimasukan dalam potensi debt relief.
Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, Luky Alfirman menyatakan bahwa kondisi utang pemerintah masih dalam batas aman. Jadwal penerbitan surat utang pun masih sesuai dengan perencanaan.
"Alhamdulillah masih on track, kita akan selalu melihat kondisi market maupun kebutuhan APBN, target penerbitan SBN adalah disesuaikan dengan defisit APBN," kata dia.
Terakhir, Kemenkeu baru saja menerbitkan SBN valas dalam bentuk Samurai Bond awal Juli 2020. Ke depannya, di tengah kondisi yang masih tidak pasti dan bergejolak, pemerintah masih menerapkan strategi oportunistik, fleksibel dan prudent.
Bank Indonesia telah merilis Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada akhir Mei 2020 sebesar 404,7 miliar dolar AS atau Rp 5.984 triliun. Nilai tersebut tumbuh 4,8 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada April 2020 sebesar 2,9 persen (yoy). ULN terdiri dari ULN sektor publik (Pemerintah dan Bank Sentral) sebesar 194,9 miliar dolar AS dan ULN sektor swasta (termasuk BUMN) sebesar 209,9 miliar dolar AS.