Panen Durian, Suku Badui Banten Diserbu Wisatawan dari Berbagai Daerah

Wisatawan menikmati durian sekaligus berinteraksi dengan suku badui.

ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan
Ilustrasi warga menjajakan buah durian.
Red: Erdy Nasrul

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Durian merupakan buah yang banyak disukai masyarakat Indonesia. Tekstur buah ini lembut. Rasanya legit lagi harum yang menggugah nafsu makan.

Baca Juga


Buah satu ini tumbuh di berbagai kawasan di Indonesia, termasuk di kawasan suku badui tinggal sekitar Provinsi Banten. 

Durian khas Badui di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan yang berkunjung selama libur natal dan tahun baru.

Kepala Desa Kanekes sekaligus Tetua Adat Badui Jaro Oom mengatakan jumlah pengunjung wisata Saba Badui selama libur natal dan tahun baru ini mencapai 2.500 wisatawan perhari nya tercatat sejak tanggal 1 Januari 2025.

"Memang wisatawan nya cukup padat selama libur natal dan tahun baru saat ini, jumlah nya mencapai 2.500 lebih per hari nya," katanya di Lebak, Ahad (5/1/2025), 

Menurutnya semakin banyaknya wisatawan tersebut karena cuaca ekstrem dan isu bencana. Mereka memilih berlibur ke Badui untuk mencari tempat aman. Selain itu juga Badui sedang panen durian dan menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan.

"Selain karena cuaca ekstrem durian juga salah satu daya tarik bagi wisatawan yang datang ke Badui. Karena tidak hanya dari Banten yang ke sini, ada juga yang dari luar kota seperti Jakarta dan Bogor," katanya.

 

Sementara itu, Jamal warga Badui penjual durian mengatakan penjualan durian bisa mencapai 150 durian bahkan lebih habis terjual setiap hari nya. Terlebih saat awal tahun baru.

"Banyak yang terjual bisa sampai 150 buah lebih per hari nya, apalagi pas awal tahun itu rame banget," katanya.

Sementara itu, buah durian yang dijualnya tersebut harganya bervariasi sesuai dengan ukuran durian. Mulai dari harga Rp100 ribu 3 buah, Rp50 ribu hingga Rp10 ribu per buahnya.

Ia mengatakan sejak musim panen durian, aktivitas keseharian dihabiskan untuk menjual durian. Ia sendiri memiliki 75 pohon durian di kebun yang berbuah dan sedang proses panen.

"Musim durian di Badui akan terus berlangsung hingga bulan Februari, karena sekarang juga masih proses panen," katanya.

Wiwin Sulastri wisatawan asal Jakarta mengaku sengaja berkunjung ke badui untuk mengisi hari libur dengan berburu durian khas badui bersama dengan keluarganya.

"Liburan tahun baru ke sini kebetulan lagi musim durian juga, jadi sekalian kulineran, rasanya juga enak. Kalau durian itu tergantung tempatnya kan ada yang enak dan nggak kalau di Badui enak lumayan ada juga dagingnya," katanya.

Menurutnya durian Badui memiliki rasa dan tekstur yang khas. Selain harum dan rasanya yang manis, daging buah durian dari Badui juga legit dan sangat terasa di lidah saat dinikmati.

Dijajakan di sekitar Pandeglang

Panen buah durian khas Badui di pedalaman Kabupaten Lebak, Banten mulai ramai memadati sejumlah lokasi di Rangkasbitung. Banyak warga dari luar daerah berdatangan membelinya.

"Sejak dua hari menjelang Natal 2024, penjualan duren Badui habis diborong pembeli hingga menghasilkan omzet Rp25 juta," kata Basri (60) seorang pedagang durian khas Badui di Jalan Gang Kibun Rangkasbitung Kabupaten Lebak.

Panen durian khas petani Badui itu mulai sepekan terakhir memadati sejumlah lokasi di Rangkasbitung Kabupaten Lebak.

Mereka pedagang buah durian musiman itu ramai di sekitar ruas jalan Gang Kibun, Multatuli, Hardiwinangun, Sunan Kalijaga dan jalan selatan Stasiun Rangkasbitung.

Begitu juga ruas jalan menuju kawasan Badui, seperti Jalan Aweh - Cimarga - Leuwidamar serta Gunungkencana.

Para pedagang buah durian Badui itu dipastikan menguntungkan dan dapat menopang ekonomi keluarga.

"Kami hari ini menerima buah durian kiriman petani Badui hingga ribuan butir dengan harga Rp17 juta," kata Basri.

 

Menurut dia, dirinya dari modal Rp17 juta itu bisa meraup keuntungan bersih sekitar Rp4 juta selama dua hari.

Harga satuan durian khas Badui mulai Rp30 ribu hingga Rp150 ribu per butir dan pembelinya warga lokal juga ada dari Jakarta, Tangerang dan Bogor.

Pendapatan berjualan durian itu hanya pada musim panen durian khas masyarakat Badui saja, sedangkan jika tidak musim durian berjualan pisang dan kelapa.

Para pedagang durian di Jalan Gang Kibun Rangkasbitung sekitar 30 orang dan menyerap puluhan tenaga kerja.

"Kami merasa terbantu ekonomi keluarga dengan tibanya musim panen durian Badui itu," katanya menjelaskan.

Begitu juga Bayi (60) seorang pedagang durian di Jalan Multatuli Rangkasbitung mengaku dirinya sudah puluhan tahun berjualan buah durian Badui sangat menguntungkan, karena banyak konsumen memburu buah durian Badui itu.

"Kami dua hari terakhir ini merasa kewalahan melayani pembeli durian dengan jumlah cukup banyak, terlebih Natal, sehingga bisa meraup omzet Rp30 juta," katanya menjelaskan.

 

Ahmad (55), pedagang besar durian khas Badui warga Kabupaten Lebak mengaku dirinya merasa terbantu ekonomi keluarga juga pekerja mulai buruh panggul hingga pengemudi angkutan.

Ia menampung ribuan buah durian dari petani Badui dan dipasok ke luar daerah, seperti Bogor, Bekasi, Indramayu dan Jakarta.

Selama ini, buah durian sudah mulai panen dan sejak sepekan memasok buah durian ke Rangkasbiting hingga 10.000 butir per hari dengan keuntungan bersih sekitar Rp7,5 juta/hari,"katanya menjelaskan.

Kepala Bidang Produksi Dinas Pertanian Kabupaten Lebak Deni Iskandar mengatakan dipastikan panen durian Badui itu dapat meningkatkan ekonomi masyarakat mulai petani, penampung, tengkulak, pedagang pengecer hingga buruh pemetik dan buruh panggul.

Pemerintah daerah minta masyarakat Badui agar mengembangkan perluasan perkebunan durian guna menjadikan andalan ekonomi petani.

Saat ini, wilayah Kabupaten Lebak sebagai penghasil durian terbesar di Banten, karena tersebar di Kecamatan Leuwidamar, Cipanas , Lebak Gedong, Sobang, Muncang, Cibeber, Cihara, Bojongmanik, Cileles, Gunungkencana, Cijaku, Cigemblong, dan Panggarangan.

"Kami meyakini perputaran uang dari hasil panen durian bisa mencapai miliaran rupiah per bulan,"kata Deni.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler