Generasi Milenial Pedesaan Jaga Ketahanan Pangan
Teknologi harus dimanfaatkan untuk memberikan rasa nyaman milenial pedesaan.
REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ridwan Diaguna, Dosen Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Jakarta/Peneliti IMPROVE INDONESIA
Indonesia sedang memasuki era bonus demografi yang didalamnya berkaitan erat dengan kehadiran generasi milenial. Generasi ini memegang peran besar sebagai modal Indonesia mengarungi kompetisi bonus demografi. Kompetisi ini dapat dimenangi jika kita mampu menjamin rasa kekhawatiran akan isu penyediaan pangan di masa depan. Pangan sangat krusial bagi kelangsungan hidup khalayat banyak, dan ketahanan negara.
Generasi milenial diharapkan menjadi pemegang kendali atas roda pembangunan pangan yang lebih maju dan dinamis. Intinya, generasi ini menjadi modal besar Indonesia untuk mewujudkan visi kemandirian dan ketahanan pangan nasional.
Melibatkan generasi milenial dalam visi kemandirian dan ketahanan pangan bukanlah perkara yang mudah. Dalam berbagai literasi generasi ini digambarkan sangat melek teknologi, bahkan beberapa literasi menyebutkan ketergantungan teknologi “No gadget no life”, serta memiliki ketertarikan besar bekerja di korporasi dengan nama besar.
Gambaran tersebut sangat bertolak belakang dengan gambaran pekerjaan disektor pertanian yang diasosiasikan dengan miskin intervensi teknologi dan jauh dari prestisius. Padahal generasi ini sangat besar potensi kontribusinya dalam mewujudkan visi kemandirian dan ketahanan pangan jika melihat jumlahnya yang besar, keunggulannya dalam penguasaan dan adaptasi teknologi, dan besarnya akses informasi yang berujung pada kesempatan belajar banyak hal yang lebih terbuka.
Sebanyak 67.69 persen dari 265 juta jiwa penduduk Indonesia pada tahun 2018 menurut BPS (2019) merupakan penduduk berusia produktif (15-64 tahun), dan 103 jutanya adalah generasi milenial (15-40 tahun). Empat puluh lima persen dari generasi milenial tersebut berdasarkan laporan Profil Generasi Milenial Indonesia berada di desa yang memiliki karakteristik berbeda dengan generasi milenial di perkotaan.
Generasi milenial pedesaan tidak menjadikan bersosial media sebagai aktivitas eksistensi melainkan hanya sekedar pengisi waktu luang. Ada kecenderungan generasi milenial di pedesaan tidak memiliki obsesi yang terlalu tinggi terhadap ponselnya, serta pemilihan gadget pun tidak sevarian milenial perkotaan yang berkaitan dengan keterbatasan ekonomi.
Sebagian besar milenial pedesaan masih disibukkan membantu keluarga mendapatkan penghasilan, meskipun sebenarnya tidak dipandang sebagai pekerjaan yang menarik. Meski demikian generasi milenial pedesaan ini tetap menyibukkan diri dengan aktivitas ekonomi konvensional yang berbau pertanian untuk melanjutkan nilai ekonomi kehidupannya.
Gambaran ini memberikan sedikit harapan pelibatan mereka dalam visi kemandirian dan ketahanan pangan. Kita perlu mencegah secara serius pergesaran masyarakat pedesaan (rural) ke masyarakat perkotaan (urban) untuk menghindari perubahan budaya, nilai-nilai sosial, perilaku dan pola pikir yang mengarah pada melupakan pertanian yang menjadi identitasnya.
Potensi generasi milenial pedesaan perlu diperhatikan secara serius dengan mengembangkan soft skill kepemimpinan, pengambilan keputusan, berpikir strategis, berpikir analisis, dan sebagainya, serta hard skill produksinya. Selain itu, kita harus mampu menjadikan generasi milenial perkotaan sebagai rekanan yang baik bagi generasi milenial pedesaan untuk bertahan dalam sektor pertanian.
Kemajuan teknologi di perkotaan harus dimanfaatkan untuk memberikan rasa nyaman milenial pedesaan bergerak di roda ekonomi pertanian dengan efesiensi dan keuntungan yang tinggi. Karakteristik milenial perkotaan yang percaya diri, mampu mengkomunikasikan ide dan gagasan dengan cemerlang serta keluwesan dalam bersosialisasi dalam komunitas daring dan non daring akan sangat berguna bagi sistem hilir pertanian.
Seiring dengan makin canggihnya perkembangan teknologi tersebut dapat diperkuat untuk mendukung kemajuan pertanian di pedesaan. Pedesaan dengan sejumlah sumber daya dan potensi besarnya, serta didukung pengalaman mumpuni dibidang pertanian. Skill bertani milenial pedesaan yang sudah mendarah daging dapat memastikan produksi berkelanjutan di hulu dan sekaligus memastikan roda ekonomi pedesaan tetap berjalan.
Generasi milenial pedesaan tetap nyaman di zona hulu pertanian dengan kontribusi nyata generasi milenial perkotaan di zona hilir. Generasi milenial perkotaan membangun sistem hilir dengan teknologi berbasis digitalnya seperti e-commerce serta inovasi mekanisasinya, sedangkan milenial pedesaan tumbuh dan berkembang dengan cepat dan baik di sektor hulunya.
Negara harus mampu menjembatani kedua generasi milenial ini agar menjadi kekuatan besar untuk mewujudkan visi kemandirian dan ketahanan pangan. Karakteristik khas dari milenial ini perlu dipahami semua pemangku kepentingan agar kesesuain antar keduanya menghantarkan kita pada peningkatan produktivitas dan nilai ekonomi yang lebih besar di sektor pertanian.