Gunung Kidul Tutup Sebuah Klinik karena Penyebaran Covid-19
Lima orang tenaga kesehatan di Klinik Gunung Kidul positif Covid-19
REPUBLIKA.CO.ID, GUNUNG KIDUL -- Pemerintah Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta menutup sementara sebuah klinik kesehatan setempat untuk mencegah penyebaran virus corona, karena ada lima orang tenaga kesehatan di klinik tersebut positif Covid-19.
Kepala Dinas Kesehatan Gunung Kidul Dewi Irawaty di Gunung Kidul, Kamis (23/7), mengatakan dalam waktu dekat ini pihaknya akan melakukan penyemprotan disinfektan total terhadap klinik tersebut, sehingga semua pelayanan harus dihentikan sementara waktu. "Di klinik tersebut ada kasus positif, sehingga pelayanan disetop dulu selama proses sterilisasi," kata Dewi.
Ia mengatakan disinfektan total membutuhkan waktu sekitar tiga hari, tetapi semua dikembalikan sesuai perkembangan situasi. Pada Rabu (22/7) ada penambahan pasien Covid-19 dari tenaga kesehatan pada satu faskes tingkat pertama lima orang, yaitu perempuan 20 tahun, laki-laki 39 tahun, perempuan 19 tahun, perempuan 31 tahun, dan laki-laki 35 tahun.
Selanjutnya, tenaga kesehatan pada satu RS swasta ada tiga orang, yaitu laki-laki 42 tahun, perempuan 27 tahun, dan perempuan 28 tahun. "Penambahan dari tenaga kesehatan ini menjadi klaster baru," katanya.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Gunung Kidul, pada Kamis (23/7), ada 90 kasus Covid-19, 54 sembuh dan satu meninggal. Total pasien positif yang masih dirawat 35 orang, di antaranya dirawat di RSUD Wonosari dan RS luar wilayah Gunung Kidul.
Sementara itu, Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Gunung Kidul Immawan Wahyudi mengatakan peningkatan pasien positif Covid-19 di Gunung Kidul pada Rabu (22/3) disebabkan oleh beberapa faktor.
Faktor pertama, ujarnya, akibat dari "oleh-oleh" warga yang melakukan perjalan ke kota di luar DIY yang berstatus zona merah. Ada satu warga yang melakukan perjalanan ke daerah zona merah barat yang konfirmasi positif Covid-19 dan menulari lima orang warga. Ada juga yang dari daerah zona merah timur yang jumlahnya empat orang.
"Masih ada lagi dari daerah zona merah lain yang menulari warga lainnya. Jadi faktor yang paling menonjol adalah 'oleh-oleh' dari perjalanan ke daerah zona merah di luar DIY," katanya.
Kedua, penularan karena interaksi satu lingkungan kerja yang jumlahnya mencapai lima orang. "Itulah dua faktor yang dominan menambah jumlah angka konfirmasi positif, serta dari hasil karantina reaktif hasil rapid test pada pertengahan Juli ini menambah lima orang," tuturnya.
Menurut dia, hal terpenting yang harus dipedomani untuk pribadi dan keluarga serta lingkungan adalah berdisiplin dalam melaksanakan protokol kesehatan, pakai masker, cuci tangan dengan sabun sesering mungkin, tidak berkerumun, jaga kebugaran badan dengan mengonsunsi makanan bergizi, dan tidak perlu panik, tapi jangan menyepelekan pandemi Covid-19 apapun alasannya.
"Disiplin ini sesungguhnya untuk menjaga diri sendiri sekaligus menjaga orang lain dari kemungkinan tertular Covid-19," katanya.
Immawan mengaku sudah meminta Dinas Kesehatan untuk melakukan tes usap massal sekitar 1.000 orang lebih. "Ada kemungkinan dari gerakan tes usap yang diperintahkan pemerintah pusat ini akan menambah jumlah walaupun kita berharap dari tes usap massal ini tidak ada yg konfirmasi positif Covid-19," katanya.