Sosok Arsitek Ottoman di Balik Kukuhnya Hagia Sophia

Bangunan Hagia Sophia mampu bertahan berabad-abad.

EPA/TOLGA BOZOGLU
Sosok Arsitek Ottoman di Balik Kukuhnya Hagia Sophia. Masjid Hagia Sophia
Rep: Kiki Sakinah Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Sejak dibangun berabad-abad silam, bangunan bersejarah Hagia Sophia di Istanbul, Turki masih kukuh berdiri hingga saat ini. Ketahanan bangunan ikon Istanbul itu tidak lepas dari peran seorang arsitek terhebat di era Ottoman.

Baca Juga


Ialah Mimar Sinan, arsitek yang telah memperkuat kubah dan memperpanjang usia ketahanan bangunan Hagia Sophia. Sang arsitek membangun blok dan menara pendukung di sekitar Hagia Sophia pada abad ke-16.

Upaya memperkuat bangunan ini terjadi di masa kekaisaran Utsmaniyah. Setelah penaklukan Konstantinopel (nama Istanbul dahulu) oleh Ottoman dari Kekaisaran Byzantium, Fatih Sultan Mehmet mengubah fungsi Hagia Sophia dari gereja terbesar dunia Kristen menjadi masjid pada 1453.

Kubah dari keajaiban arsitektur yang dibangun oleh Kaisar Romawi Justinian I pada 537 M, itu tetap seperti permata di kalangan kaum Kristen selama lebih dari 1.000 tahun hingga 1520, ketika katedral Katolik di Sevilla selesai dibangun. Namun menurut banyak pakar, jika penguasa Ottoman tidak mengambil langkah atas bangunan tersebut, kubah Hagia Sophia tidak akan bertahan lama.

Pada abad ke-16, kekaisaran Ottoman menugaskan kepala arsitek mereka, Sinan, untuk membentengi tembok Hagia Sophia. Hal itu dilakukan untuk memastikan kubah bangunan berdiri kukuh selama berabad-abad yang akan datang. Sinan merupakan tukang bangunan paling terampil di era Ottoman.

Baca juga: 350 Ribu Orang Hadiri Sholat Jumat di Hagia Sophia

Seorang sejarawan seni Turki, Hayri Fehmi Yilmaz, mengatakan untuk memastikan daya tahan bangunan tersebut, Sinan dengan cepat menambahkan penopang besar di sekitar Hagia Sophia. Lingkungan bangunan bersejarah ini dirancang untuk makam Sultan Selim II (putra Sultan Utsmaniyah ke-10 Suleiman I) dan keluarganya.

Orang-orang mengunjungi era Bizantium Hagia Sophia, sebuah situs Warisan Dunia UNESCO dan salah satu tempat wisata utama Istanbul di distrik bersejarah Sultanahmet di Istanbul, Kamis, 25 Juni 2020. Dewan Negara Turki, pengadilan administratif tertinggi negara itu diharapkan Jumat, 10 Juli 2020, untuk mengeluarkan putusan tentang petisi yang meminta keputusan 1934 yang mengubah Hagia Sophia menjadi museum dibatalkan. - (AP Photo/Emrah Gurel)

"Beberapa penopang (penyangga) ini juga telah dibangun di era Byzantium. Tetapi kami memahami kubah Hagia Sophia memberi tekanan luar biasa pada sisa dari bangunan tersebut, sehingga Sinan menempatkan penyangga batu di sekitar bangunan untuk meringankan bebannya," kata Yilmaz kepada TRT World, dilansir Sabtu (25/7).

Menurut Yilmaz, Sinan bahkan bereksperimen dengan praktik penopang terbang, yang umum dalam arsitektur Eropa. Penopang tersebut ditempatkan di Sayap Timur Hagia Sophia. Sinan juga menggabungkan arsitektur Eropa tersebut ke dalam seni Ottoman.

"Ini jelas menunjukkan upaya intens untuk memelihara bangunan tersebut. Tanpa intervensi penting Sinan, Hagia Sophia dan struktur tambahannya mungkin tidak akan sampai hingga zaman sekarang," ujarnya.

 

 

Mimar Sinan lahir di Kayseri, sebuah kota di Anatolia tengah, pada akhir 1490-an. Terdapat berbagai teori tentang asal usulnya. Beberapa sejarawan mengatakan dia adalah keturunan Yunani, dan lainnya mengatakan dia adalah orang Armenia.

Banyak juga yang mengatakan dia adalah orang Albania atau seorang Turki Kristen. Namun, disebutkan Sinan memeluk Islam dan hidup di Istanbul di akhir hidupnya. Di kota Istanbul tersebut, Sinan dilatih sebagai seorang arsitek.

Selama masa hidupnya, Sinan mengawasi proyek-proyek besar pembangunan di seluruh Kekaisaran Ottoman. Mulai dari Masjid Suleymaniye yang indah di Istanbul hingga jembatan, karavan, madrasah, dan bangunan lainnya. Sinan merancang lebih dari 300 bangunan bersejarah. 

Seorang peneliti Turki yang bukunya tentang Hagia Sophia akan diterbitkan dalam beberapa pekan mendatang, Yasin Karabacak, mengungkapkan kubah besar Hagia Sophia pernah runtuh setelah pembangunan pertamanya. Karena itu, dibutuhkan sejumlah renovasi karena runtuh sebagian pada periode pra-Ottoman. Namun, selama era Ottoman dan setelahnya, ia mengatakan tidak ada kebutuhan jangka panjang untuk perbaikan pada bangunan tersebut.

Mozaik berwarna emas terlihat di dalam Masjid Hagia Sophia, di distrik bersejarah Sultanahmet di Istanbul, Turki. - (AP /Emrah Gurel)

"Alasan utama untuk itu adalah arsitek Sinan. Penopang dan menara oleh Arsitek Sinan membantu Hagia Sophia bertahan sampai sekarang tanpa memerlukan renovasi besar. Ketika Anda memperhatikan menara khususnya, Anda dapat dengan jelas melihat tujuannya menyokong bangunan tersebut dengan kehadiran penopang dan menara yang berat," kata Karabacak.

Baca juga: Bukti Viking Pernah Kunjungi Hagia Sophia dan Fakta Lainnya

Selama kariernya yang luar biasa, Sinan dikenal memiliki kegemaran besar terhadap menara-menara tipis yang dibangun secara indah. Namun, demi menyelamatkan struktur utama, ia memilih daya tahan ketimbang nilai estetika dengan membangun menara tebal di Sayap Barat Hagia Sophia.

Menurut sebagian besar ahli, dua menara lainnya di Sayap Timur Hagia Sophia dibangun pada periode yang berbeda oleh pembangun yang berbeda. Karabacak mengatakan, basis menara di Sayap Barat Hagia Sophia jauh lebih besar daripada basis menara lain di masjid-masjid lainnya.

"Di Masjid Sultanahmet di seberang Hagia Sophia, Anda tidak akan melihat banyak blok berat di dasar menara ini. Itu menunjukkan Sinan ingin menggunakan menara bahkan sebagai penopang untuk menyokong bangunan tersebut," katanya.

Karabacak menilai, jika Sinan tidak melakukan intervensi menyelamatakan Hagia Sophia, kubah bangunan itu mungkin telah runtuh seperti di masa sebelum era Ottoman. Ia memandang kekaisaran Utsmaniyah begitu peduli dengan permata sejarah Istanbul itu.

Namun, jauh sebelum arsitek Sinan, Ottoman tampaknya memiliki ketertarikan khusus pada Hagia Sophia. Tatkala Mehmet Sang Penakluk memerintahkan Hagia Sophia diubah menjadi masjid, ia tidak menghilangkan mozaik Kristen dari bangunan tersebut. Sehingga, memungkinan struktur bangunan itu bertahan selama berabad-abad.

 

 

Sultan Ottoman ini telah menyatakan kesedihannya setelah melihat kota Istanbul benar-benar hancur, ketika ia memasuki tembok besar ibu kota Romawi lama setelah berakhirnya peristiwa pengepungan berdarah. Sultan Mehmet dikenal fasih berbahasa barat dan timur termasuk Yunani, Latin, Persia dan Arab.

Ia bahkan tidak bisa menahan dirinya untuk mengucapkan bait Persia ketika ia berkeliling pusat kota Istanbul di sekitar Hagia Sophia dan Istana Byzantium yang lama. Sang sultan kala itu mengucapkan kata-kata berikut:

"Laba-laba menahan pintu gorden di istana Kaisar. Burung hantu itu memainkan alunan militer di kubah istana Efrasiyab."

Efrasiyab mengacu pada seorang komandan besar legendaris yang disebutkan dalam legenda terkenal Persia yang disebut Shahname, yang biasanya dianggap sebagai musuh utama orang Persia. Seorang pemandu profesional dan peneliti tentang sejarah Istanbul, Aysegul Elif Sofuoglu, mengatakan Hagia Sophia tidak dalam kondisi yang baik karena situasi keuangan Kekaisaran Byzantium yang bangkrut. Ia merujuk pada kekecewaan Sultan Mehmet atas kondisi kota yang bobrok kala itu.

Satu abad setelah penaklukkan Muslim, pemerintah Ottoman ingin merenovasi Hagia Sophia dan daerah sekitarnya. Menurut Sopuoglu, ada keluhan ke istana Ottoman bahwa keseimbangan statis Hagia Sophia mungkin rusak karena beberapa pembangunan rumah di samping bangunan tersebut.

Baca juga: Turki Teruskan Tradisi Khatib Jumat Pegang Pedang di Hagia

Karena itulah, istana kemudian memutuskan mewujudkan proyek restorasi (pemulihan) yang komprehensif dari Hagia Sophia. "Orang-orang tentunya tidak ingin meninggalkan rumah mereka. Dalam menghadapi pertentangan yang kian meningkat, istana mengerahkan otoritas keagamaan tertinggi pada masa itu, Ebussuud Efendi, Syaikh al-Islam, yang merupakan hakim agama tertinggi Ottoman," kata Sofuoglu.

Orang-orang berdoa di Hagia Sophia setelah salat Jumat saat upacara pembukaan resmi Hagia Sophia sebagai masjid di Istanbul, Turki, 24 Juli 2020. - (EPA-EFE/TOLGA BOZOGLU)

Gulru Necipoglu, seorang Profesor Seni Islam Turki-Amerika di Universitas Harvard dalam bukunya Age of Sinan, Architectural Culture in the Ottoman Empire menuliskan beberapa warga menolak meninggalkan rumah mereka. Mereka beralasan Hagia Sophia dahulunya merupakan tempat ibadah bagi orang Kristen. Namun, otoritas keagamaan Ottoman kala itu mengatakan hal itu tidak mungkin terjadi lagi.

Dalam fatwanya yang terkenal, Ebussuud Efendi, salah satu cendekiawan agama Utsmani terbesar, dengan jelas mengatakan Hagia Sophia bukan lagi sebuah gereja, melainkan telah menjadi masjid. Bangunan itu telah menjadi bagian dari fondasi Islam. Menurut Necipoglu, tidak ada Muslim sejati yang menginginkan keruntuhan bangunan tersebut.

 

Selanjutnya, fatwa tersebut memerintahkan dilakukan evakuasi langsung orang-orang dari rumah-rumah yang berada dekat Hagia Sophia. Langkah itu kemudian membuka jalan bagi proyek restorasi bangunan Hagia Sophia oleh arsitek Sinan. Sejak itu, Hagia Sophia berdiri sendiri seperti sebuah pulau di tengah kota tua yang menanti jamaah berikutnya.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler