Legislator tak Heran Perkantoran Jadi Klaster Baru Covid-19

Sedari awal penanganan mitigasi Covid-19 dinilai kurang sigap.

EPA/CDC
Virus corona dalam tampilan mikroskopik. Pembukaan sejumlah perkantoran, perusahaan, dan sekolah pasca wacana new normal seharusnya diikuti dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat. Tanpa aturan ketat klaster Covid-19 sangat mungkin muncul.
Rep: Ali Mansur Red: Indira Rezkisari

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Netty Prasetiyani mengaku tidak heran jika perkantoran menjadi klaster baru penyebaran Covid-19. Ia mengatakan, pandemi Covid-19 ini kurang dikelola dengan baik sejak awal. Hingga kini angka kasus Covid-19 belum menunjukkan tanda akan menurun, justru kasus semakin meningkat.

"Dimulai dari keterlambatan memitigasi, penerapan PSBB yang tidak efektif, dan manajemen komunikasi yang buruk membuat penurunan kurva pandemi menjadi sulit,” ujar anggota Komisi IX DPR RI tersebut, Kamis (30/7).

Menurut Netty, pembukaan sejumlah perkantoran, perusahaan, dan sekolah pasca wacana new normal seharusnya diikuti dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat. Sarana dan prasarana yang mendukung pemberlakuan kebiasaan baru, seperti masker, hand sanitizer serta media komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) harus tersedia dan mudah didapatkan oleh masyarakat.

Selain itu, kata Netty, pemerintah dan perusahaan hendaknya membantu atau memberikan subsidi pembiayaan bahkan menggratiskan rapid test bagi para pekerja yang tidak mampu. Ia mengingatkan agar  munculnya klaster perkantoran ini  ditanggapi serius.

“Karyawan yang berhubungan dengan pasien  positif harus benar-benar ditelusuri dan dipastikan aktivitasnya agar tidak terjadi transmisi ke orang lain,” tegas Netty.

Lebih lanjut Netty meminta pemerintah mengantisipasi gelombang Covid dengan melakukan tiga hal. Pertama, pasien PDP, ODP dan pasien positif Covid-19 yang sembuh harus didata melalui telusur kontak. Kedua, para PDP, ODP dan pasien yang sembuh harus terus dipantau dan meminta agar puskesmas dan dinas kesehatan melakukan koordinasi, serta melibatkan perangkat RW dan RT di lingkungan tempat tinggal.

"Ketiga, setiap pihak harus saling mengingatkan  untuk menjaga pola hidup sehat dan bersih baik dengan cara memakai masker, mencuci tangan, dan tidak berkerumun,” ujar Netty.

Baca Juga


BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler