Dirut Garuda: Industri Penerbangan di Titik Terendah

Saat ini, Garuda Indonesia hanya melayani sekitar 100 penerbangan per hari.

Republika TV/Wisnu Aji Prasetiyo
Pesawat Garuda Indonesia dan beberapa maskapai lainnya di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten.
Rep: Rahayu Subekti Red: Agus Yulianto

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kondisi pandemi Covid-19 berdampak terhadap menurunnya trafik penerbangan dan penumpang secara drastis. Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan, pandemi Covid-19 mengantarkan industri penerbangan dunia berada pada titik terendahnya di sepanjang sejarah.


Irfan memastikan, kondisi tersebut tak lantas membuat Garuda Indonesia menyerah. “Kendati berada di tengah situasi sulit, Garuda Indonesia tetap optimistis,” kata Irfan dalam pernyataan tertulisnya, Ahad (2/8).

Dia yakin Garuda Indonesia dapat terus bertahan dan kembali bangkit. Hal tersebut dilakukan dengan upaya pemulihan kinerja yang telah dilakukan dan dengan dukungan penuh pemerintah serta soliditas stakeholders penerbangan.

Irfan mengakui, kondisi Covid-19 memberikan dampak signifikan terhadap kinerja perusahaan. “Dengan adanya pembatasan pergerakan dan penerbangan pada masa pandemi, rata-rata frekuensi penerbangan menurun drastis,” ujar Irfan.

Dia mengatakan, sebelumnya Garuda Indonesia melayani lebih dari 400 penerbangan perharinya. Hanya saja, pada saat ini Garuda Indonesia hanya melayani sekitar 100 penerbangan perhari.

“Jumlah penumpang juga mengalami penurunan tajam hingga mencapai 90 persen,” ungkap Irfan.

Berdasarkan laporan keuangan (//unaudited//) Semester 1 2020, Garuda Indonesia mencatatkan pendapatan usaha sebesar 917,28 juta dolar AS. Angka tersebut menujukan penurunan pendaparan sebesar 58,18 persen (//year on year//) dari periode sebelumnya sebesar 2,19 miliar dolar AS.

Capaian pendapatan usaha tersebut ditunjang oleh pertumbuhan pendapatan penerbangan tidak berjadwal sebesar 392,48 persen. Pendapatan penerbangan tidak berjadwal Garuda Indonesia pada semester 1 tahun ini menjadi 21,54 juta dolar AS dari periode sebelumnya sebesar 4,37 juta dolar AS.

Sementara itu, pendapatan penerbangan berjadwal Garuda Indonesia pada semester 1 tahun ini tercatat sebesar 750,25 juta dolar AS. Selanjutnya Garuda Indonesia membukukan pendapatan lainnya sebesar 145,47 juta dolar AS.

Garuda Indonesia membukukan rugi yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar 712,72 juta dolar AS. Sementara itu, beban usaha perusahaan berkurang menjadi 1,64 miliar dolar AS dibandingkan sebelumnya 2,10 miliar dolar AS. 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler