3 Kritik Erdogan dan Turki untuk Eropa

Presiden Erdogan mengkritik balik para penolak alih fungsi Hagia Sophia

Pool via AP
Muslim mengenakan masker dan menjaga jarak sosial shalat Idul Adha di Masjid Hagia Sophia di distrik bersejarah Sultanahmet Istanbul, Turki, Jumat (31/7/2020).
Rep: Teguh Firmansyah/Kiki Sakinah Red: Elba Damhuri

REPUBLIKA.CO.ID -- Oleh Kiki Sakinah, Teguh Firmansyah


Hagia Sophia telah resmi menjadi masjid setelah 80 tahun lebih berfungsi sebagai museum. Banyak kritik pedas atas pengubahan status Hagia Sophia ini ditujukan kepada Presiden Recep Tayyip Erdogan dan Pemerintah Turki.

Kritik datang tidak hanya dari negara-negara Eropa seperti Yunani, Spanyol, hingga Italia. Tetapi juga negara-negara lain di Asia dan Amerika.

Namun, Erdogan tetap jalan dengan keputusan pengadilan untuk menjadikan Hagia Sophia sebagai masjid. Bagi Erdogan, masalah Hagia Sophia adalah urusan kedaulatan Turki.

Sebaliknya, Erdogan dan politikus papan atas Turki memberikan kritik-kritik tak kalah pedasnya atas perlakuan Barat (Eropa) terhadap Islam dan masjid ketika mereka berkuasa.

Setidaknya ada tiga kritik yang sebetulnya juga pertanyaan kepada Barat atas apa yang sudah mereka lakukan pada masa lalu.

Pertama, Turki mengingatkan sejarah kaum Barat berkuasa di Eropa yang menghancurkan masjid, mengubah masjid jadi gereja, menjadikan masjid sebagai biara, sekolah, toko, tempat hiburan, hingga museum.

Kondisi ini bisa dilihat di Yunani, Italia, Spanyol, Siprus Yunani, hingga Portugal.

Dalam sejarahnya, banyak masjid dibangun di Spanyol selama masa kekuasaan Islam berjaya di sana. 

Namun, penguasaan kembali wilayah tersebut oleh Barat atau disebut Reconquista, banyak mengubah bahkan menghancurkan bangunan masjid.

Salah satu bangunan bersejarah yang menjadi saksi bisu kejayaan sekaligus kehancuran imperium Islam di Andalusia adalah Istana Alhambra. Di dalam kompleks istana ini dibangun masjid di masa kepemimpinan Islam.

Selama 800 tahun lamanya, Islam pernah berjaya di Eropa, tepatnya di Spanyol yang dulu dikenal sebagai Andalusia. 

Kerajaan Islam pun bermunculan di negeri Matador itu. Salah satu kerajaan yang sekaligus daulah terakhir Islam di Andalusia adalah Bani Ahmar atau Bani Nasrid (1232-1492 M). 

Dinasti Nasrid ini meninggalkan jejak arsitektur yang unik pada bangunan Istana Alhambra.

Selain di Granada, tercatat banyak masjid di wilayah lainnya di Spanyol yang kemudian diubah jadi tempat ibadah agama lain.

Kedua, terkait Yunani, Presiden Erdogan menyebut tidak ada satupun masjid yang tersisa di Athena ketika mereka lepas dari Ottoman. 

Menurut Erdogan, ini terjadi karena semua bangunan rumah ibadah umat Islam itu telah dihancurkan.

"Tetapi kami (umat Islam) tidak menggunakan cara-cara itu di kota-kota (Eropa) seperti di Istanbul (saat penaklukan Konstantinopel)," kata Erdogan.

Dia juga menyebut selain masjid, monumen simbolis Islam juga dihancurkan dalam waktu singkat. 

Ketika Sultan Mehmet Han, yang juga dikenal sebagai Mehmet Sang Penakluk, menaklukkan Istanbul, ia tidak disambut sebagai musuh tetapi seperti seorang penyelamat yang diharapkan. 

Turki, kata Erdogan, melindungi tempat-tempat ibadah agama lain agar tidak rusak dan tetap dipertahankan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. 

Kritik ketiga dari Erdogan, apakah Barat (Eropa) menyadari jika jumlah gereja dan sinagog di Turki sangat banyak?

Erdogan menyebut jumlah gereja dan sinagog di Turki sekitar 4-5 kali lipat dari jumlah masjid di negara Eropa mana pun. 

"Tempat ibadah non-Muslim di Turki sekitar empat-lima kali lebih banyak dari jumlah Masjid di negara Eropa. Ada satu tempat ibadah untuk 460 non-Muslim di Turki, ini jauh dibandingkan satu masjid per 2.000 Muslim di Eropa," ujar Erdogan.

Terkait Hagia Sophia, Erdogan berkomitmen untuk mempertahankan status Hagia Sophia sebagai situs warisan dunia meski telah dikonversi menjadi masjid. 

Ia merasa pembukaan Hagia Sophia untuk jamaah Muslim tak mengganggu status situs warisan dunia. Hagia Sophia tetap dijaga sebagai warisan dunia dan semua pemeluk agama tetap bisa datang ke sana.

Erdogan ingin toleransi dan perdamaian antarumat beragama terus terjaga dan simbol Hagia Sophia sebagai pemersatu semakin kuat.

Erdogan mengingatkan para pengkritiknya untuk melihat masalah Hagia Sophia secara jernih. Turki tidak merusak atau menghancurkan Hagia Sophia tetapi sebaliknya terus merawat dan menjaganya.

sumber : Anadolu Agency/Huriyyet/Ahvalnews/OrthodoxTimes
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler