Wapres: Bayi Dapat ASI Eksklusif di Bawah 50 Persen
Ibu harus mendapat dukungan dari suami dan tempatnya bekerja untuk memberikan ASI.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Ma'ruf Amin kembali mengampanyekan pemberian ASI eksklusif bagi bayi-bayi di Indonesia. Dalam peringatan Pekan Menyusui se-Dunia yang jatuh awal Agustus, Ma'ruf mengingatkan 1.000 hari pertama anak hingga usia 2 tahun merupakan fase menentukan pertumbuhan dan perkembangan seorang anak.
Karena itu, pemberian ASI selama 6 bulan pertama adalah cara terbaik untuk memenuhi kebutuhan gizi anak. Setelah anak berusia lebih dari 6 bulan pun, ASI tetap harus diberikan hingga 2 tahun bersamaan dengan makanan pendamping ASI.
"Ketika gizi anak dapat dipenuhi, maka pertumbuhan fisik dan perkembangan kognitifnya akan menjadi optimal. Ketika pertumbuhanya optimal, maka kita akan mempunyai generasi yang sehat, cerdas dan produktif," kata Ma'ruf saat pembukaan webinar dalam rangka Pekan Menyusui Sedunia tahun 2020 di Jakarta, Rabu (12/8).
Ia mengatakan, ASI juga terbukti efektif dalam pencegahan stunting. Saat ini, pemerintah sedang berupaya untuk menurunkan prevalensi stunting hingga 14 persen pada tahun 2024.
Karena itu, pemberian ASI kepada anak harus terus didorong agar prevalensi stunting dapat segera diturunkan. "Menurut data Kementerian Kesehatan, bayi yang memperoleh ASI eksklusif di Indonesia masih di bawah 50 persen, artinya, masih lebih dari setengah anak-anak Indonesia tidak memperoleh haknya untuk mendapatkan ASI ekslusif," ujarnya.
Karena itu, mendorong dan mendukung pemberian ASI Eksklusif menjadi pekerjaan rumah semua pihak. Ia mengingatkan, perintah memberikan ASI sudah ada sejak lama dalam berbagai agama.
Dalam Islam, misalnya, perintah menyusui anak selama 2 tahun jelas sekali tertuang dalam Alquran Surat Al-baqarah ayat 233. Hal ini menunjukkan bahwa betapa dianjurkannya pemberian ASI kepada anak.
"Selain dalam Islam, saya yakin agama-agama lain juga memerintahkan hal yang sama. Baik itu Kristen Protestan, Katolik, Hindu, Budha maupun Konghucu," katanya.
Meskipun menyusui adalah proses alami, pelaksanaannya tidak selalu mudah. Ma'ruf menjelaskan, banyak Ibu mengeluh ASI nya tidak keluar, sehingga memutuskan untuk berhenti memberikan ASI.
Sementara ibu bekerja juga menghentikan pemberian ASI, karena kesibukan pekerjaan. "Seharusnya, hal-hal tersebut tidak menjadi halangan bagi Ibu untuk terus menyusui. Justru yang diperlukan oleh Ibu adalah dukungan terutama dari suami, keluarga dan lingkungan tempatnya bekerja agar tetap bisa memberikan ASI kepada anaknya," katanya.
Dukungan lain yang diperlukan adalah konselor menyusui yang terampil agar dapat memberikan edukasi yang baik kepada Ibu dan keluarganya tentang proses menyusui. Konseling menyusui dapat membantu ibu membangun kepercayaan diri sambil menghormati keadaan dan pilihan masing-masing.
Hadir sebagai pembicara dalam acara bertajuk “Invest-ASI Indonesia untuk Bumi yang Lebih Sehat” itu yakni Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto, Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak I Gusti Ayu Bintang Darmawati, Kepala BKKBN Hasto Wardoyo, Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Aman Bhakti Pulungan, dan Nutrition Specialist UNICEF Sri Sukotjo.