Pahala Begadang

Barangsiapa yang hendak meraih puncak, maka dia harus begadang, kata Imam Syafii.

shalat tahajud/ilustrasi. Salah satu kegiatan utama begadang adalah melakukan qiyamullail.
Red: Irwan Kelana

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Dr KH Syamsul Yakin MA


Seperti  dikutip oleh Syaikh al-Zarnuji dalam Taklim Muta’allim, Imam Syafii pernah berkata, “Barangsiapa yang hendak meraih puncak, maka dia harus begadang.”  Untuk mencapai kedalaman ilmu dan kemuliaannya, seseorang haruslah bekerja keras. Begadang adalah salah satu caranya. Seukuran kerja keras itu akan didapat sesuatu yang dicita-citakan.  

Begadang adalah sebuah proses untuk mencapai ketinggian ilmu, keberhasilan usaha, dan kesuksesan memimpin. Seorang ulama besar, pastilah telah melewati malam-malam panjang untuk belajar. Seorang pengusaha besar, pasti telah mengisi malam-malamnya dengan doa agar usahanya di kala siang memperoleh kemudahan. Pun, seorang pemimpin umat.

Mungkin mereka inilah yang dimaksud oleh Allah SWT dalam firman-Nya, “Di dunia mereka sedikit sekali tidur pada waktu malam.” (QS. al-Dzariyat/51: 17). Artinya, mereka mengisi malam dengan tafaqquh fiddin, berzikir, dan qiyamul lail. Tentu, mengisi malam dengan cara  seperti ini akan mendapat kemuliaan dunia dan kesenangan akhirat,  kelak.

Menurut Syaikh Hamami Zadah dalam Tafsir Surah Yasin, malam adalah perjalanan para perindu menuju ke hadirat Allah SWT. Bahkan dengan suara lirih mereka kerap bersenandung, “Duhai, sekiranya waktu-waktu malam terus berlangsung.”  Selain itu, lanjut Syaikh Hamami Zadah, malam adalah tempat memohon ampun, mengadukan kekurangan, dan penyesalan.

Bagi Syaikh Hamami Zadah, malam-malam panjang telah memperjumpakan para nabi dengan Allah SWT. Pertama, Nabi Ibrahim disandangkan pakaian kemuliaan oleh Allah SWT pada malam hari. Allah SWT berfirman, “Ketika malam telah menjadi gelap, dia melihat sebuah bintang.” (QS. al-An’am/6: 76). Inilah kisah Nabi Ibrahim “menemukan” Tuhan.

Kedua, malam-malam panjang juga dilewati oleh Nabi Yunus pada saat berada di perut ikan dengan memperbanyak doa. Doa beliau diabadikan al-Qur’an, “Ia (Nabi Yunus) menyeru dalam keadaan yang sangat gelap bahwa, “Tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau. Sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim.” (QS. al-Anbiya/21: 87).

Ketiga, peristiwa Nabi Musa mabuk cinta kepada Allah SWT di Bukit Tursina terjadi pada  malam yang panjang. Allah SWT memberi informasi, “Dan telah Kami janjikan kepada Musa (memberikan Taurat) sesudah berlalu waktu tiga puluh malam. Dan Kami sempurnakan jumlah malam itu dengan sepuluh (malam lagi).” (QS. al-A’raf/7: 142).

Keempat, peristiwa Isra Mikraj yang dialami Nabi SAW dimana beliau mencapai kedudukan yang tinggi, juga terjadi pada malam hari. Allah SWT berfirman, “Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjid Haram ke Masjid Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya.” (QS. al-Isra/17: 1).

Bagi manusia biasa seperti kita memperpanjang malam akan beroleh pahala. Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya di malam hari terdapat waktu tertentu, yang bila seorang muslim memohon kepada Allah dari kebaikan dunia dan akhirat pada waktu itu, maka Allah pasti akan memberikan kepadanya, dan hal tersebut ada di setiap malam.” (HR. Muslim).

Waktu tertentu itu adalah pada dua pertiga malam. Nabi SAW menginformasikan, “Apabila dua pertiga malam telah pergi, satu malaikat akan turun dengan izin Allah ke langit dunia seraya berseru dan berkata, “Adakah orang yang punya keperluan? Malam ini adalah malam dipenuhinya kebutuhan.” (HR. Bukhari). Ini juga pahala begadang.  

Terakhir, ada kabar gembira lagi yang disabdakan Nabi SAW tentang mata yang tidak disentuh oleh api neraka. Salah satunya, “Mata yang berjaga dalam perang di jalan Allah.” (HR. Turmudzi). Saat ini perang di jalan Allah bisa berupa berjuang memberantas kebodohan, kemiskinan, dan wabah penyakit. Saatnya kita begadang setiap malam.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler